Pencernaan Ruminansia TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 5 kilogram, sedangkan betina dewasa 15 sampai 20 kilogram. Bobot lahir anak cempe 2,7 kilogram; bobot sapih 7,2-12 kilogram; dan bobot domba umur 7 bulan berkisar 15 kilogram Mulyono dan Sarwono, 2004. Domba ekor tipis lokal mempunyai ciri tubuh dan ekor yang relatif kecil, tidak ada tanda-tanda berlemak. Bulu domba biasanya berwarna putih dan banyak belang-belang hitam sekitar mata, hidung, dan bagian-bagian lainnya. Ternak betina umumnya tidak bertanduk tetapi yang jantan mempunyai tanduk melingkar. Umumnya telinganya medium sampai kecil dan sebagian berposisi menggantung Rangkuti et.al., 1989. Domba ekor tipis lokal merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 populasi ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah Mulyono, 1998.

B. Pencernaan Ruminansia

Pencernaan adalah serangkaian proses yang terjadi dalam saluran pencernaan dengan memecah bahan pakan menjadi bagian-bagian atau partikel-partikel yang lebih kecil. Pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana sehingga larut dan dapat diabsorbsi melalui dinding saluran pencernaan, selanjutnya masuk kedalam peredaran darah atau getah bening, dan diedarkan keseluruh tubuh yang membutuhkannya Kamal, 1994. Pada sistem pencernaan ternak ruminansia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak ruminasi. Pakan berserat hijauan yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut proses regurgitasi, untuk dikunyah kembali proses remastikasi, kemudian pakan ditelan kembali proses redeglutasi. Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen Tillman et al., 1991. Proses pencernaan ruminansia dimulai di dalam mulut. Di dalam mulut pakan yang masih berbentuk kasar dipecah menjadi partikel – partikel kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva Siregar, 1994. Mulut ruminansia berfungsi untuk merenggut makanan secara cepat Hatmono dan Hastoro, 1997. Hijauan itu dikunyah sebentar sebelum ditelan, dicampur commit to user 6 dengan saliva di dalam mulut untuk melumasinya Blakely dan Bade, 1991. Lidah menolong proses pemasukkan bahan pakan melalui mulut. Secara mekanis, lidah terutama menolong proses pengunyahan pakan dalam rongga mulut dengan memindah – mindahkan atau mengaduk bahan pakan yang dikunyah Parakkasi, 1999. Rumen adalah bagian perut yang paling besar dengan kapasitas paling besar. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang dikonsumsi Kartadisastra, 1997. Menurut Arora 1989 rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikrobia. Menurut Soetarno 2003 di dalam rumen, makanan atau pakan yang masih kasar mengalami fermentasi oleh bermacam-macam bakteri sehingga pakan lebih mudah dicerna. Retikulum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan menyerupai sarang tawon dengan struktur yang halus dan licin serta berhubungan langsung dengan rumen Kartadisastra, 1997. Retikulum mencegah benda-benda asing seperti kawat agar tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut Blakely dan Bade, 1991. Retikulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut. Pola fermentasi di dalam organ ini serupa dengan yang terjadi di dalam rumen Arora, 1989. Omasum merupakan bagian perut setelah retikulum yang mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk fisik ini dengan gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling pakan yang melewatinya dan juga menyerap sebagian besar air Kartadisastra, 1997. Fungsi utama omasum adalah menggiling partikel-partikel pakan, mengasorbsi air bersama Na dan K serta mengasorbsi asam lemak volatil dari aliran ingesta yang melalui omasum. Abomasum merupakan tempat pertama terjadinya pencernaan pakan secara kimia karena adanya getah lambung. Abomasum juga mengatur aliran ingesta Arora,1989. commit to user 7

C. Pakan

Dokumen yang terkait

Pendugaan Kadar Neutral Detergent Fiber dan Acid Detergent Fiber pada Pakan Berdasarkan Hasil Analisa Proksimat

0 6 81

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN AMPAS TEBU (BAGASSE) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA LOKAL JANTAN

0 6 52

PENGARUH SUPLEMENTASI PROBIOTIK CAIR EM4 TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK RANSUM DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 29

PENGARUH PENGGANTIAN KONSENTRAT DENGAN TEPUNG SAMPAH ORGANIK DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 59

PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS BIR DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 48

Pengaruh Penggunaan Bungkil Biji Kapuk (Ceiba Pentandra) Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Pada Domba Lokal Jantan

0 7 46

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU DAN MINYAK KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, ACID DETERGENT FIBER (ADF) DAN NEUTRAL DETERGENT FIBER (NDF) RANSUM DOMBA LOKAL JANTAN

0 5 51

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L CARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN KECERNAAN SERAT KASAR DOMBA LOKAL JANTAN

0 10 90

PENGARUH PENAMBAHAN MIKROBA LOKAL (MOL) TERHADAP KADAR NEUTRAL DETERGENT FIBER DAN ACID DETERGENT FIBER PADA RANSUM LENGKAP TERFERMENTASI.

0 0 2

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

0 0 5