Menurut penelitian yang dilakukan oleh Masdiarti 2000 di Kecamatan Hamparan Perak, yang meneliti pola pengasuhan dan status gizi anak balita ditinjau
dan karakteristik pekerjaan ibu, memperlihatkan hasil bahwa anak yang berstatus gizi baik banyak ditemukan pada ibu bukan pekerja 43,24 dibandingkan dengan
kelompok ibu pekerja 40,54 dan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak dalam mengasuh anaknya.
Pada anak balita, perhatian terhadap pangan menurun secara makin nyata dan baru hilang setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kesukaan serta
ketidaksukaan terhadap pangan berubah dari hari ke hari dan dari minggu ke minggu. Selera makan biasanya tidak bisa diperkirakan. Anak bisa makan lahap pada waktu
makan pertama tetapi menolak pada waktu makan berikutnya. Keluhan sebagian besar orang tua bahwa anak paling sulit makan malam. Ada kemungkinan bahwa
seorang anak yang telah makan 2 kali dan mendapat beberapa jenis jajanan atau kudapan, telah terpenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizinya, sebelum waktu makan
malam Nasoetion Wirakusumah, 1990.
2.2.1.1 Tingkat Asupan Makanan Anak Balita
Zat gizi adalah zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam pangan yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Manusia
memerlukan zat gizi agar dapat hidup dengan sehat dan mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi
pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan internal dan eksternal, pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan, serta untuk aktivitas Supariasa et
al. 2002.
Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang
dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya Supriatin, 2004.
Tahap awal dari kekurangan zat gizi dapat diidentifikasi dengan penilaian konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang kurang akan berdampak terhadap
kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum terdapat dua kriteria untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi energi dan protein.
Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok, sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging, telur
dan susu Supariasa et al. 2002. Angka Kecukupan Gizi AKG dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Basis dari AKG adalah kebutuhan
Estimated Average Requirement. Untuk mengetahui kecukupan gizi anak balita digunakan AKG tahun 2004, yang disajikan pada tabel 2.1. Kecukupan gizi tersebut
dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya.
Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi AKG Rata-Rata Per Hari
Golongan Umur
Berat Badan
Kg Tinggi
Badan
cm Energi
Kkal Protein
g Vitamin
A RE
BesiFe mg
0-6 bulan 5.5
60 560
12 350
3 7-12 bulan
8.5 71
800 15
350 5
1-3 tahun 12
90 1250
23 350
8 4-6 tahun
18 110
1750 32
460 9
Sumber: Solihin Pudjiadi, 2003 : 30.
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Energi AKE Dan Protein AKP Anak No.
Umur Energi kkal
Protein gr
1. 0-6 bulan
550 10
2. 7-11 bulan
650 16
3. 1-3 tahun
1000 25
4. 4-6 tahun
1550 39
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII, Jakarta, 2004
2.2.1.2 Frekuensi Pola Makan Anak Balita