f Untuk semakin meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah dapat
menggunakan teknologi seperti kalkulator, komputer, alat peraga, atau media lainnya.
2.3 Model Pembelajaran POE
POE pertama kali diperkenalkan oleh White dan Gustone pada tahun 1995 dalam bukunya Probing Understanding. POE dinyatakan sebagai strategi sains yang
efisien untuk memperoleh dan meningkatkan konsepsi sains peserta didik.Strategi ini mensyaratkan peserta didik untuk membuat prediksi terlebih dahulu kemudian
melakukan eksperimen untuk mencari tahu kecocokan prediksinya, dan akhirnya peserta didik menjelaskan kecocokan atau ketidakcocokan antara hasil pengamatan
dengan prediksinya. Menurut Liang 2011, kegiatan POE dapat digunakan oleh guru untuk
merancang kegiatan belajar yang dimulai dengan sudut pandang siswa, bukan guru atau ilmuwan. Demikian juga hasil penelitian Suyanto 2012, yang menyatakan
bahwa strategi POE dalam proses pembelajarannya berawal dari sudut pandang siswa sebagai pengetahuan awal bagi siswa dan didukung dengan melakukan eksperimen di
laboratorium sehingga siswa akan menemukan konsepnya sendiri, sesuai dengan pendapat Wiyanto yang menyatakan bahwa peran penting laboratorium adalah
sebagai pengembang kemampuan berpikir siswa. Menurut Suparno sebagaimana dikutip oleh Permatasari, O. I 2011, model
pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang bersifat konstruktivis karena peserta didik diberi kebebasan dalam memikirkan persoalan fisika yang diajukan dan
dapat mencoba membangun pengetahuannya sendiri lewat berpikir, praktik, dan
mencari penjelasan. Dengan pembelajaran POE siswa dapat mengeksplorasi pengetahuannya melalui kegiatan ilmiah yang terdiri dari menduga suatu peristiwa
fisika, mengamati, dan menjelaskan. Pembelajaran dengan model POE menggunakan tiga langkah utama dari
sebagai berikut: 1
Predict, merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa fisika. Siswa diberi kebebasan untuk menyusun dugaan dengan alasannya.
Semakin banyak muncul dugaan dengan alasannya. Semakin banyak muncul dugaan dari siswa, guru akan dapat mengerti bagaimana konsep dan
pemikiran siswa tentang persoalan fisika yang diajukan. Pada proses prediksi ini guru juga dapat mengerti miskonsepsi apa yang terjadi pada diri siswa. Hal
ini penting bagi guru dalam membantu siswa untuk membuat konsep yang benar.
2 Observe, yaitu melakukan percobaan mengamati apa yang terjadi. Dengan
kata lain, siswa diajak untuk melakukan percobaan untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa melakukan praktikum,
untuk menguji prediksi yang mereka ungkapkan. Siswa mengamati apa yang terjadi, yang terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi atas prediksinya.
3 Explain, yaitu pemberian penjelasan terutama tentang kesesuaian antara
dugaan dengan hasil praktikum dari tahap observasi. Apabila hasil prediksi tersebut sesuai dengan observasi, maka siswa semakin yakin akan konsepnya.
Akan tetapi, jika dugaannya tidak tepat, maka siswa dapat mencari penjelasaan tentang ketidakpastian prediksinya. Siswa akan mengalami