Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwista

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN

PARIWISATA

(Studi Pada Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Sumatera Utara)

Skripsi

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

100903091

JOPPY KHERISTIAN SINULINGGA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :

Nama : Joppy Kheristian Sinulingga

NIM : 100903091

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata (Studi Pada Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Sumatera Utara)

Medan, April 2014

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara,

Drs. Robinson Sembiring, M.Si Drs. M. Husni Thamrin Nst,M.Si

NIP. 196004201988031002 NIP. 196401081991021001

Dekan,

FISIP USU MEDAN

Prof. Dr. badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

ABSTRAK

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata (Studi Pada Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Karo Sumatera Utara)

Nama : Joppy Kheristian Sinulingga

NIM : 100903091

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, M.Si

Salah satu faktor dalam pengembangan pariwisata adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan pariwisata itu sendiri. Partisipasi masyarakat tersebut seyogyanya berlangsung secara sukarela dan adanya keberlanjutan. Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sumber daya alam yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi objek wisata. Selain itu, dengan mengikut sertakan masyarakat dalam proses dan usaha pengembangan pariwisata sangat penting, sehingga dari masyarakat itu sendiri memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga kelestarian potensi sumber daya alam yang dimiliki daerahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Adapun objek penelitian ini adalah objek wisata bukit Gundaling Berastagi dan desa budaya Lingga Kabupaten Karo Sumatera Utara.

Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian deksriptif dengan pendekatak kualitatif. Dengan melakukan wawancara langsung terhadap 39 orang informan yang terdiri dari 21 0rang masyarakat pelaku wisata bukit Gundaling, 5 orang masyarakat budaya Lingga, 6 orang pegawai Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Karo serta 5 orang pengunjung Gundaling dan 2 orang pengunjung Desa Budaya Lingga.

Dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata sudah ada. Namun masih terdapat beberapa kelemahan dalam partisipasi masyarakat tersebut. Dari penelitian ini juga beberapa bentuk usaha partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Dari penelitian ini juga diketahui beberapa program dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dalam usaha peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata serta diketahui kendala dan hambatan dalam pengembangan objek wisata Gundaling dan desa Budaya Lingga.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PARIWISTA”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya dan teristimewa kepada Bapak (R.Sinulingga) dan Mamak (R. Br Ginting) yang dengan penuh rasa kasih sayang dalam mengasuh, mendidik, membimbing dan memberikan dukungan baik moril maupun materiil, dan berkat ketulusan doanya.

Lit Nge Pagi Malemna Bapa ras Nandeku. Buat adikku tersayang Ema Kartika

Br Sinulingga yang selalu memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Maka dari itu penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada orang-orang yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung kepada yang terhormat:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

2. Bapak Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Karo yang telah memberi ijin penulis melakukan penelitian Skripsi.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


(5)

4. Ibu Dra. Elita Dewi, selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Bapak Drs. Robinson Sembiring, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian Skripsi ini. Terima Kasih banyak Pak.

6. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si sebagai Ketua Penguji. 7. Ibu Dra. Asima Yanti Phd. MA sebagai Penguji.

8. Ibu Dra. Asima Yanti Phd. MA selaku dosen wali yang telah memberi banyak ilmu dan kemudahan kepada penulis selama masa perkuliahan. 9. Untuk dosen-dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

10.Untuk masyarakat pelaku usaha wisata Gundaling dan masyarakat desa Lingga dan beberapa pengunjung wisata yang telah membantu ketika melakukan penelitian dan wawancara serta meluangkan waktu dalam memberi informasi.

11.Buat semua pegawai di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo yang tealah dengan senang hati menerima dan member informasi kepada penulis.

12. Untuk Kak Dian Siregar dan Kak Mega yang telah membantu penulis dalam urusan surat-menyurat.

13.Terkhusus buat sahabatku Olber Juahta Sembiring, Calvin Erinata Tarigan, Dedy Prasetya Sembiring, Frima Hajirin Sembiring. Terima kasih buat dukungan motivasi. Sukses Kita Kerina Palll… Kita Berjuang bersama sama berjalan meniti kehidupan untuk mencapai Kesuksesan Palll…


(6)

14.Terkhusus buat Eva Ferasiska Sembiring Meliala yang telah mengajari dan memberi motivasi dalam penyusunan Skripsi ini. Terima kasih buat doa dan motivasinya serta banyak hal yang kam ajarkan arti kehidupan ini dan bagaimana caranya menjalani kehidupan untuk meraih kesusuksesan. 15.Terkhusus buat Chenary Irene Pelawi terima kasih buat motivasi dan

dukungannndu dalam mennyusun skripsi ini. Kam selalu menyemangati aku supaya tetap semangat dan pantang menyerah. Semoga seh bagi sienggo sisuraken impalku.

16. Teristimewa buat Devi Sentia Br Singarimbun dan Pebrina Sari Br Tarigan yang telah mengajariku kesabaran dan terus memberikan semangat dalam penulisan Skripsi ini. Terima kasih buat semua doa-doanya, motivasi dan meluangkan waktunya untukku. ( segera menyusul wisudanya ya ).

17. Terkhusus dan teristimewa buat keluarga besar IMKA EGUANINTA FISIP USU. Olber,Terangta, Stepanus, Dedy Prasetya, Bg Gery, Indah, Endang, Iyan, Ana, Ica,Dian, Ginta, Yuanita, Laura, Logika, Adi, Theo, Daniel, Ema, Jesica, Elisa, Gita, Nomi, Agi, Dwi, dan mungkin tak bisa disebutkan satu persatu. Maju dan jaya terus IMKA EGUANINTA. Peduli dan bangun taneh kemulihenta. Adi La Kita Ise Nari!!!!

18. Buat abang dan kakak alumni Bg Salmen, Kk Eninta, Kk Lia, Kk Bernita, Bg Mawan, Bg Boris Perangin angin. Terima kasih buat motivasi dari abang dan kakak. Terutama banyak penulis banyak mendapat pengetahuan


(7)

dari bang Salmen Sembiring S.sos. Bujur melala bang enggo iajarindu aku.

19.Terkhusus dan teristimewa buat kawan-kawan magang Batu Jong Jong.

Salam Ceki United. Kenanagan Batu indah Katak tanpa sinyal. Terima

kasih banyak buat dukungannya, bantuan dan ilmu-ilmu yang kalian berikan. Semoga persahabatan kita tetap terjaga Olber Sembiring, Frisca Sinaga, Hafni Rahmanita, Jeremia Sinaga, Ibran Tampubolon, Devi Sahrani, Adeg handayani, Nurul Elvandari, Fitri Puspita, Laura Barus, Hanna Maria Lubis. Sukses buat kita semua ya teman teman Ceki United. 20.Buat teman-teman Administrasi Negara 2010 yang jadi sahabat dari awal

kuliah sampe sekarang, satu inisiasi Mahniarta Sembiring, Artha Sinulinggga,Andika, Dion, Fritz(CS), Boby, Muda, Fahmi, Zain,Modest, Syahrial Yakucil, Olber, Nurul, Hafni, Een, Indra Fahmi, dan semua kawan-kawan AN 2010 yang tidak bisa disebut namanya semua (terima kasih buat semuanya).

21.Buat adek AN 2011,2012, 2013 Della Sembiring, Cansrida Girsang, Iren, Sani, Laza, Ema, Jesicca, Elisa, Deminar, Daniel dll (makasih buat semuanya).

22.Buat sahabat-Permata GBKP Lingga GBKP KM 7 Medan semuanya terima kasih banyak, semoga makin berkembang terus dalam pelayanannya.


(8)

24.Buat IMKA EGUNINTA FISIP USU (tempatku belajar dan mengetahui arti pengabdian masyarakat, peduli terhadap sesama, berkeluarga).

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap Skripsi ini membawa manfaat dan dapat berguna bagi semua pembaca serta dapat menyadarkan kita bahwa pelaksanaan atau implementasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam menyukseskan suatu program.

Medan, April 2014 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………. i

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Perumusan Masalah ……….. 6

C. Tujuan Penelitian ……… 7

D. Manfaat Penelitian ……… 8

E. Kerangka Teori ……….. 9

1. Partisipasi Masyarakat…..………. 9

1.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata………..……….. 10

1.2 Cara Menggerakkan Partisipasi……… 12

1.3 Bentuk-Bentuk Partisipasi……….………….. 13

2. Pariwisata……….………..……… 14

2.1 Jenis-Jenis Pariwisata………. 14

2.2 Pelaku Pariwisata ……… 16

2.3 Objek dan Daya Tarik Wisata………….………….. 18

2.4 Elemen –Elemen Pariwisata ………. 20

2.5 Desa Wisata………..……….. 22

3. Pengembangan Pariwisata……….……….. 23

3.1 Tiga Paradigma Utama dalam Pengembangan Pariwisata……….…… 24

3.2 Manfaat Pengembangan Pariwisata Pedesaan……… 25


(10)

F. Defenisi Konsep ……….. 26

G. Definisi Operasional………. 27

H. Sistematika Penulisan ………. 29

BAB II METODE PENELITIAN……… 30

A. Bentuk Penelitian……… 30

B. Lokasi Penelitian………. 31

C. Informan Penelitian………. 31

D. Teknik Pengumpulan Data………. 32

E. Teknik Analisis Data………. 33

F. Etika Penelitian……….. 34

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……….. 35

A. Kondisi Geografis dan Batas Administrasi……….. 35

B. Objek Wisata di Kabupaten Karo ……… 36

1) Kawasan Wisata Sibayak………….………... 36

2) Kawasan Wisata Sinabung…….……… 39

3) Kawasan Wisata Sipiso-piso……….. 42

C. Objek Kajian Penelitian……… 44

1) Bukit Gundaling ……… 44

2) Desa budaya Lingga……….. 47

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA... 51


(11)

B. Keterlibatan masyarakat dengan pengembangan pariwisata…… 54

C. Partisipasi masyarakat pelaku usaha wisata bukit Gundaling

dan desa Lingga dalam Pengembangan Pariwisata………. 56

D. Penyediaan makanan dan minuman……….………… 58 E. Pelaksanaan Sapta Pesona………. 59 F. Bentuk penyediaan jasa yang diberikan kepada pengunjung……… 60

G. Upaya yang dilakukan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung……… 61

H. Pemeliharaan sarana dan prasarana……….. 62 I. Upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan

dalam pariwisata berkelanjutan………. 63

J. Upaya pengembangan keterampilan masyarakat………. 64 K. Kebijakan dan Program pembangunan pariwisata

yang diinginkan masyarakat……….. 66 L. Kebijakan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Karo dalam peningkatan partisipasi


(12)

M. Sosialisasi menjaga kebersihan dan menjadi tuan rumah

yang baik………..……….. 69

N. Pengembangan sarana dan Prasarana………... 71

O. Pembinaan sadar wisata ………. 74

P. Bentuk kerjasama dalam rangka pengembangan wisata………… 75

Q. Program Promosi………. 76

R. Kesan dan saran pengunjung untuk objek wisata Gundaling dan desa budaya Lingga……….. 77

BAB V PENUTUP………. 79

A. Kesimpulan……… 79

B. Saran ………. 86


(13)

ABSTRAK

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata (Studi Pada Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Karo Sumatera Utara)

Nama : Joppy Kheristian Sinulingga

NIM : 100903091

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, M.Si

Salah satu faktor dalam pengembangan pariwisata adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan pariwisata itu sendiri. Partisipasi masyarakat tersebut seyogyanya berlangsung secara sukarela dan adanya keberlanjutan. Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sumber daya alam yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi objek wisata. Selain itu, dengan mengikut sertakan masyarakat dalam proses dan usaha pengembangan pariwisata sangat penting, sehingga dari masyarakat itu sendiri memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga kelestarian potensi sumber daya alam yang dimiliki daerahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Adapun objek penelitian ini adalah objek wisata bukit Gundaling Berastagi dan desa budaya Lingga Kabupaten Karo Sumatera Utara.

Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian deksriptif dengan pendekatak kualitatif. Dengan melakukan wawancara langsung terhadap 39 orang informan yang terdiri dari 21 0rang masyarakat pelaku wisata bukit Gundaling, 5 orang masyarakat budaya Lingga, 6 orang pegawai Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Karo serta 5 orang pengunjung Gundaling dan 2 orang pengunjung Desa Budaya Lingga.

Dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata sudah ada. Namun masih terdapat beberapa kelemahan dalam partisipasi masyarakat tersebut. Dari penelitian ini juga beberapa bentuk usaha partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Dari penelitian ini juga diketahui beberapa program dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dalam usaha peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata serta diketahui kendala dan hambatan dalam pengembangan objek wisata Gundaling dan desa Budaya Lingga.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi pembangunan, diantaranya dapat dilihat dalam bentuk devisa, pajak dan retribusi yang di peroleh dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Dalam perencanaan pengembangan suatu daerah, sektor pariwisata memberikan peranaan besar terhadap peningkatan daerah.

Salah satu faktor dalam pengembangan pariwisata adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan pariwisata itu sendiri. Partisipasi masyarakat tersebut seyogyanya berlangsung secara sukarela dan adanya keberlanjutan. Partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi yang memandang masyarakat sebagai subjek dari segala aturan pembangunan bukan sebagai objek pembangunan. Pelibatan masyarakat ini secara utuh dilakukan melalui pola pikir pembangunan yang memandang masyarakat sebagai subyek peraturan dengan keanekaragaman perilaku. Melalui proses pelibatan partisipasi masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang akan muncul suatu sistem evaluasi dari kegiatan pengembangan pembangunan yang telah dilakukan dan menjadi masukan bagi proses pengembangan selanjutnya.


(15)

Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata mempunyai peranaan yang penting dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi masyrakat. Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik pariwisata.

Dalam proses pembangunan dan penataan suatu objek wisata oleh pemerintah sering sekali terlantar akibat kurangnya pemeliharaan dan perawatan. Dalam hal pengembangan pariwisata seperti atraksi wisata dan kerajinan cendera mata serta pemeliharaan objek wisata kurang terdapat pengeloaan sehingga dalam hal ini untuk mengatasi masalah tersebut perlu peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sumber daya alam yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi objek wisata. Selain itu, dengan mengikut sertakan masyarakat dalam proses dan usaha pengembangan pariwisata sangat penting, sehingga dari masyarakat itu sendiri memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga kelestarian potensi sumber daya alam yang dimiliki daerahnya. Dengan memiliki rasa tanggung jawab ini maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang sadar akan potensi sumber daya alam yang ada


(16)

sehingga masyarakat didaerah tersebut merawat dan memelihara kelestarian objek wisata yang ada didaerahnya.

Dalam hal usaha dan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim. Hal ini dikarenakan masyarakat belum sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan objek wisata didaerahnya. Penyebab lain yaitu tidak adanya kemampuan finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelola dan memelihara objek wisata yang ada di daerahnya.keahlian disini maksudnya menyangkut keterampilan-keterampilan masyarakat dalam pembuatan kerajinan tangan, memberikan pelayanan yang terbaik bagi wisatawan, memelihara infrastuktur yang ada. Sehingga sangat diperlukan partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik, ikut menajaga kelestarian alam, keindahan, kebersihan lingkungan, menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung wisata serta masyarakat yang ada di daerah objek wisata dapat memberikan kenangan dan kesan yang baik dalam rangka mendukung program sapta pesona sehingga dapat menanamkan kesadaran masyarakat dalam pengembangan pariwisata dan akan menimbulkan masyarakat yang sadar wisata.

Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil produk pertanian dan juga sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia dengan Kota Berastagi sebagai pusat kepariwisataan berjarak 66 KM dari Kota Medan dan 11 KM dari Kota Kabanjahe sebagai Pusat Pemerintahan. Kabupaten Karo selain memiliki potensi pertanian juga memiliki potensi dari sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan


(17)

banyaknya potensi sumber daya alam yang menunuang pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Karo1

Salah satu objek wisata yang ada di Kota Berastagi adalah Bukit Gundaling. Bukit Gundaling merupakan tempat wisata dengan pohon kayu yang rindang dan bunga bungaan yang sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda. Dari Puncak Bukit Gundaling terlihat panorama Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung serta Kota Berastagi. Jarak dari Kota Berastagi ke Bukit Gundaling ± 2 Km dapat menggunakan bus ukuran besar. Selain pemandangan indah di Bukit Gundaling para wisatawan juga bisa berkeling dengan menunggangi kuda atau kreta sado, berbelanja souvenir cendera mata khas Bukit Gundaling dan Khas Kota Berastagi, hal lain yang bisa di lakukan yaitu adanya tempat untuk beristirahat dan aneka makanan dan minuman

.

2

1

http://karokab.go.id/i/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=36&Itemid=55 Diakses Pada tanggal 08 Oktober 2013 pukul 13.15 WIB

. Dalam usaha pengembangan objek wisata Bukit Gundaling partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Dimana terdapat efek berganda dari pengembangan Objek Wisata Bukit gundaling. Dimana industri wisata akan menggerakkan ekonomi masyarakat, terutama pada sektor informal. Dalam hal ini masih sangat minim terlihat partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling. Hal ini terlihat dari tata ruang pengelolaan objek yang belum baik seperti rumah makan, toko-toko souvenir, pondok, yang belum tertata rapi sehingga kurang nyaman untuk dipandang. Dari segi parkir di bukit Gundaling manajemen parkir belum sepenuhnya tertata

2


(18)

dengan baik. Jika dilihat dari dimensi lingkungan, pengelolaan sampah masih belum baik hal ini terlihat dari beberapa lokasi di areal bukit gundaling masih terlihat sampah yang berserakan, ini dilihat dari hasil observasi tanggal 02 Januari 2014 dan Observasi tanggal 19 Januari 2014. Dari segi pemeliharaan infrastruktur pendukung, pemeliharaan proyek-proyek infrastruktur yang dibangun masih belum terpelihara dengan baik dan banyak yang rusak.. Hal ini terlihat dari patung, Sapo angin, geriten yang kurang terpelihara. Dari segi kuliner, di bukit Gundaling belum terdapat makanan dan minuman khas yang memunculkan minat wisatawan untuk berkunjung. Pada hari libur atau hari-hari tertentu masyarakat lokal pelaku wisata juga belum membuat attraksi wisata buatan yang dapat menarik segmen wisatawan massal.

Objek wisata lain di Kabupaten Karo yaitu Desa budaya Lingga. Lingga adalah salah satu desa yang menjadi daerah tujuan wisat lebih kurang 15 Km da adat yang diperkirakan berumur 250 tahun, tetapi kondisinya masih kokoh. kekerabatan. Rumah adat pembatas berupa dinding kayu atau lainnya. Dalam wisata budaya ini berkaitan dengan rumah tradisional Karo. Dimana pada saat ini hanya tersisa 2 rumah adat lagi. Dalam pengembangan pariwisata desa budaya lingga sangat erat dengan partisipasi masyarakat desa Budaya Lingga dalam pemeliharaan dan


(19)

pengembangan pariwisata budaya lingga. Partisipasi masyarakat di desa budaya Lingga menyangkut pemeliharaan Rumah adat tradisional karo, pembuatan kerajinan tangan khas Karo, pemeliharaan dan pengembangan museum Karo Lingga. Untuk pengembangan desa wisata sangat di utamakan peran serta masyarakatnya dalam pengembangan pariwisata suatu desa wisata.

Peningkatan Partisipasi masyarakat akan dengan tersendirinya berkembang bila kegiatan pariwisata tersebut dirasakan manfaat ekonominya oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat disini adalah bentuk kegiatan yang menunjang industri pariwisata dengan kegiatan yang makin memperkokoh kekhasan wisata, misalnya membuat cendera mata khas Bukit Gundaling Berastagi dan kerajinan tangan khas desa budaya Lingga, ikut menjaga kelestarian alam, keindahan, kebersihan lingkungan, menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung wisata Bukit Gundaling. Desa budaya Lingga dalam memertahankan keaslian desa budaya dan pemeliharaan rumah adat sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakatnya. Tentunya partisipasi masyarakat sangat diutamakan di sini karena dianggap yang paling mengetahui keadaan tempat tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan

Pariwisata”(Studi Pada Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)


(20)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga Kabupaten Karo?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penelitiannya. Adapun tujuan yang Penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengatahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling Berastagi Kabupaten Karo

Dalam hal ini peneliti ingin melihat partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling yaitu :

 Partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan tata ruang pondok dan rumah makan

 Partisipasi masyarakat Gundaling dalam bidang kebersihan yang menyangkut pengelolaan sampah

 Partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan makanan dan minuman yang khas

 Partisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa kreta sado dan kuda tunggang


(21)

 Partisipasi masyarakat dalam penyediaan kerajinan tangan souvenir Gundaling

 Partisipasi masyarakat dalam penjualan cendera mata/ souvenir khas kota Berastagi

 Partisipasi masyarakat dalam pembuatan even bulanan

 Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan toilet umum

 Partisipasi masyarakat dalam penyediaan tenda dan tikar

 Partisisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa photographer cetak langsung photo.

2. Untuk mengetahui program Dinas Pariwisata Kabupaten Karo dalam melibatkan masyarakat dalam peningkatan pariwisata Gundaling Berastagi dan desa budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. 3. Untuk mengetahui masalah atau kendala yang dihadapi dalam

pengembangan pariwisata Gundaling Berastagi dan desa budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan wahana untuk melatih dan mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan kemampuan berfikir melalui karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.


(22)

2. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dalam menambah kajian maupun referensi bagi mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian ini dengan objek yang sama.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Karo dalam Pengembangan Pariwisata Gundaling Berastagi Kabupaten Karo.

E. Kerangka Teori

Sebelum melangkah pada operasionalisasi penelitian, akan dikemukakan terlebih dahulu teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Sebagai upaya untuk lebih mengarahkan dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Kerangka teori ini diperlukan sebagai alat untuk memudahkan penelitian, sebab ini merupakan pedoman berpikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan bepikir untuk menggambarkan dari suatu mana ia menyoroti masalah yang dipilihnya. Menurut Kerlinger teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukan perspektif yang


(23)

digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian 3

Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/ proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat

. Oleh karena itu, untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berpikir yaitu kerangka teori.

1. Partisipasi Masyarakat

4

Menurut Isbandi partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi

. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari kebersediaan dan kemauan anggota umum untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi proyek yang akan dilaksanakan.

5

Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat,

.

3

Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES 1995, hal 37

4

Rahardjo Adisasmita. Pembangunan dan Perkotaan. Yokyakarta: Graha Ilmu, 2006 hal 38

5

Isbandi,Rukminto Adi..Perencanaan Partisipatoris berbasis asset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press, 2007 hal 27


(24)

perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

1.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata

Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Pengelolaan objek wisata, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi pariwisata.

Selain itu masyarakat lokal merupakan “ pemilik” langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus di konsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang di konsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada ditangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka.

Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah lebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Oleh sebab itu peran terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja. Selain itu masyarakat lokal biasanya mempunyai tradisi dan kearifan lokal dalam pemeliharaan sumberdaya pariwisata yang tidak dimiliki oleh pelaku pariwisata lainnya.


(25)

Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan ”keterlibatan suatu pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain”. Menurut Tikson partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya6

Selama ini pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya

.

7

6

.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata akan membawa tuntutan bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi yang sama dari stakeholders terkait dan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan kawasan wisata.

7


(26)

1.2Cara Menggerakkan Partisipasi

Agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat menggeraakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, usaha itu8

1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata

:

2. Dijadikan stimulus terhadap masyarakat yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban yang dikehendaki

3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut.

Selain cara cara diatas, partisipasi masyarakat dapat digerakkan melalui : 1. Proyek pembanguna desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola

masyarakat.

2. Organisasi dan kelembagaan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

3. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.

8

Ndaha, Taliziduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Bina Aksara, hal 104


(27)

1.3Bentuk-Bentuk Partisipasi

Rogers dalam Ndraha, menyatakan bahwa ada beberapa bentuk partisipasi yaitu9

1. Partisipasi dalam/ melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan

:

2. Partisipasi dalam memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima(menanti, memenuhi dan melaksanakan) maupun menolaknya.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan. Partisipasi ini disebut juga sebagai partisipasi dalam pengambilan keputusan.

4. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan operasional pembangunan. 5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil

pembangunan.

6. Partisipasi dalam menilai pembangunan yaitu keterlibatan masyarakat dalam sejauh mana pelaksanan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

9

Ndaha, Taliziduhu. 1987. Pemabnguan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Bina Aksara, hal 103


(28)

2. Pariwisata

Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 Km(50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Sedangkan Menurut Undang-Undang No.10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Wisata adalah perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan bersifat sementara dengan tujuan berlibur atau tujuan lainnya bukan untuk mencari nafkah.

2.1Jenis-Jenis Pariwisata

Menurut Pendit, jenis-jenis pariwisata yang dikenal dewasa ini, antara lain10

1) Wisata budaya :

Wisata budaya ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adat-istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.

10

Pendit, Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramitha, hal 41


(29)

2) Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga di air, danau, pantai, teluk dan laut. Misalnya: memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan yang indah.

3) Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Wisata ini mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ketemapat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata ini banyak dikaitkan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara pegunungan, keajiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang ditemukan ditempat lain.

4) Wisata Konvensi

Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasiltas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

5) Wisata Pertanian (Agrowisata)

Wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya.


(30)

Dimana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun untuk sekedar menikmati aneka macam tanaman dan buah buahan..

6) Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaikan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok atau masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau pegunungan yang dianggap keramat. Wisata Pilgrim ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang untuk memperoleh berkah dan kekayaan yang melimpah.

2.2Pelaku Pariwisata

Di dalam pasar wisata banyak pelaku yang terlibat. Meskipun peran mereka berbeda-beda, tetapi harus diperhitungkan dalam pengembangan pariwisata yaitu11

1) Wisatawan :

Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Dengan motif dan latar belakang yang berbeda-beda, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata. Dalam hal ini bisa dimaklumi mengapa suatu daerah atau negara yang intensitas

11

Damanik, Janianton dan HelmutF.Weber.2009. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke


(31)

wisatanya tinggi sebaliknya daerah atau negara lain hanya menempati posisi sebagai penerima wisatawan atau penyedia jasa semata.

2) Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Industri pariwisata dapat dibedakan menjadi:

a) Pelaku langsung ,yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan. contohnya: hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata dan atraksi hiburan.

b) Pelaku tidak langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata. Contoh: usaha kerajinan tangan, lembar panduan wisata dan sebagainya.

3) Pemerintah

Pemerintah mempunyai otoritas dalam peraturan, menyediakan dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Pemerintah juga bertanggung jawab dalam menentukan arah kebijakan, yang menjadi panduan bagi stokeholder lain yang memainkan peran masing-masing dalam pariwisata. Dalam menjalankan perannya pemerintah perlu menyusun rencana yang jelas. Tidak kalah penting adalah konsistensi antara rencana dengan impelementasi.


(32)

4) Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata, seperti upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan daerah tujuan wisata. Selain itu, masyarakat lokal merupakan pemilik langsung atraksi yang dikunjungi serta dikonsumsi wisatawan.

Kesenian menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah lebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Masyarakat lokal biasanya mempunyai tradisi dan kearifan lokal dalam pemeliharaan sumberdaya pariwisata.

5) Lembaga Swadaya Masyarakat

Banyak LSM baik lokal, regional maupun internasional yang melakukan kegiatan dikawasan wisata. Organisasi non-pemerintah ini sudah melakukan aktivitasnya baik secara partikuler maupun bekerjasama dengan masyarakat.

2.3Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah /tempat tertentu . Menurut Undang-Undang Nomor


(33)

10 Tahun 2009, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatwan. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:

1.Objek dan daya tarik wisata alam

Objek dan daya tarik wisata alam terdiri dari pantai, wisata bahari (wisata laut, danau dan sungai), pegunungan, daerah liar dan terpencil, taman dan daerah konservasi. Soekadijo dalam Warpani mengelompokkan jenis pariwisata aktif maupun pasif alam, yaitu12

a) Melakukan kegiatan-kegiatan di alam terbuka misalnya berjemur dipantai, menyelam, berburu, dan panjat tebing.

:

b) Menikmati suasana alam seperti menikmati keindahan alam, kesegaran iklim pegunungan dan ketenangan alam pedesaan.

c) Mencari ketenangan, melepaskan diri dari kesibukan rutin sehari hari dan beristirahat.

12

Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB, hal 50


(34)

d) Menikmati “rumah kedua”, menikmati tempat tertentu, tinggal di pesanggrahan, atau mendirikan tempat berteduh sementara berupa tenda.

e) Melakukan widiawisata, alam menjadi objek studi, mempelajari flora atau fauna tertentu.

2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya

Kekayaan budaya daerah, upacara adat, busana daerah dan kesenian daerah adalah daya tarik wisata. Budaya bukan hanya mengenai kesenian tetapi juga adat istiadat masyarakat, kebiasaan yang tidak ditemui di daerah atau Negara asal wisatawan. Selain itu, keberadaan bangunan bersejarah dapat pula menjadi daya tarik wisata, misalnya keratin, gedung bersejarah, rumah adat, candi, makam tua dan bersejarah, dan lain-lain.

2.4Elemen –Elemen Pariwisata

Gunn dalam Warpani memandang pariwisata sebagai suatu sistem dan memilahnya dalam sisi permintaan dan sediaan. Komponen permintaan terdiri atas elemen orang, ditenggarai hasrat orang melakukannya, sedangkan komponen sediaan adalah daya tarik wisata, perangkutan, informasi dan promosi serta pelayanan. Atas dasar pengertian tersebut, Gunn mengelompokkan elemen kepariwisataan menjadi elemen13:

13

Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB, hal 22


(35)

1. Utama

a) Daya tarik yang mengandung arti objek yang menjadi sasaran dan destinasi kunjungan wisata. Daya tarik wisata adalah potensi alamiah atau binaan atau hasil rekayasa akal budi yang menjadi fokus pariwisata. Elemen ini menjadi bagian langsung dan menjadi pemicu pariwisata.

b) Penduduk baik sebagai pelaku pariwisata, sebagai “tuan rumah” pariwisata maupun menjadi objek wisata (sasaran penelitian). Penduduk dianggap memiliki tiga ciri utama yaitu, kualitas,kuantitas dan mobilitas. Ketiga ciri tersebut, baik penduduk di tempat asal wisatawan maupun penduduk di destinasi wisata adalah faktor yang harus ditelaah secara cermat guna mengetahui pancaran dasar pariwisata pada tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, kemampuan minat wisata.

2. Prasyarat

Elemen ini merupakan prasyarat proses berlangsungnya kegiatan pariwisata, yakni pengangkutan. Keandalan sistem pengangkutan secara langsung akan berpengaruh terhadap pola distribusi arus wisatawan menuju objek wisata. Fungsi utama pengangkutan (lokal, regional, nasional dan internasional) adalah memindahkan orang dan barang dari asal ke tempat destinasi wisata.


(36)

Salah satu ciri utama pariwisata adalah melakukan perjalanan, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa pelayanan jasa pengangkutan maka kepariwisataan akan lumpuh. Kesan pertama yang baik tentang daerah tujuan wisata harus sudah tampil di terminal(bandara, dermaga/pelabuhan, stasion dan terminal bus) yang berfungsi sebagi gerbang utama.

3. Penunjang

a) Informasi dan promosi yang membangun untuk mendorong minat berwisata.

b) Akomodasi, adalah mata rantai kegiatan wisata. Tanpa kegiatan kepariwisataan dapat dikatakan bahwa akomodasi akan lumpuh. Akomodasi dapat berupa hotel, motel, pondok wisata dan bumi perkemahan.

c) Rumah makan. Banyak wisatawan yang ingin menikmati makanan khas setempat, sehingga usaha makan sangat bermanfaat dalam kepariwisataan.

d) Lembaga Keuangan. Keberadaan lembaga keuangan seperti bank dan money changer sangat memudahkan dan memberi kenyamanan khusus bagi para wisatawan.

e) Sektor Informal. Para penjaja cenderamata, pramuwisata, bahkan para pedagang keliling selain untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, tidak jarang mereka justru menjadi objek wisata.


(37)

2.5Desa Wisata

Desa wisata adalah suatu integrasi bentuk integrasi antara akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata 14

1. Akomodasi : Sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.

:

2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokal desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.

Adapun yang menjadi kriteria desa wisata sebagai berikut:

1. Atraksi Wisata, yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa.

2. Jarak tempuh, adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari tempuh ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten.

3. Besaran Desa, menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisatan pada suatu desa.

14


(38)

4. Sistem kepercayaan dan kemasyakaratan, merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyakaratan yang ada.

5. Ketersediaan infrastruktur, meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya.

3. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah proses, cara, pedoman menjadi maju atau membangun secara bertahap, teratur dan berkesinambungan yang mengarah kepada tujuan yang dikehendaki. Pengembangan dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan berbagai sumber daya pariwisata, mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan keberlangsungan pengembangan pariwisata15

15

Swarbroke.1996. Pengembangan Pariwisata. Yokyakarta: Graha Ilmu, hal 99


(39)

3.1Tiga Paradigma Utama dalam Pengembangan Pariwisata

1. Economically viable, yaitu harus mampu meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Socially acceptable, yaitu harus mampu mewujudkan keadilan sosial, melestarikan serta memperkokoh jati diri, kemandirian bangsa, memperkaya kepribadian, memepertahankan nilai-nilai agama, serta berfungsi sebagai menciptakan ketertiban dan kedamaian dunia (objek wisata yang potensial, jika dikelola dengan baik maka akan menyedot minat wisatawan mancanegara untuk langsung berkumpul, saling mengenal dan menjalin persahabatan antarnegara).

3. Environmentally suistanable, yaitu harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkesinambungan. Oleh karena itu pembangunan pariwisata berbasis masyarakat menjadi “azimat” yang harus dipegang oleh para penentu dan pelaksana kebijakan pembangunan pariwisata.

3.2Manfaat Pengembangan Pariwisata Pedesaan

Adapun manfaat dari pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut 16 1. Manfaat Ekonomi

:

Pariwisata memberikan sumber pendapatan baru kepada penduduk dengan adanya:

16

Jayadinata, Johara T dan I.G.P Pramandika.2006. Pembangunan Desa dalam Perencanaan. Bandung: Penerbit ITB, hal 202


(40)

a. Kesempatan kerja baru dalam kegiatan pariwisata, misalnya akomodasi, makanan, pengangkutan dan rekreasi.

b. Ekonomi lokal mengalami diversifikasi, cerita dasar ekonomi bagi masyarakat menjadi lebih luas dan stabil.

c. Perusahaan baru yang tertarik dengan kawasan tersebut, yang memberikan kekuatan pada ekonomi lokal.

2. Manfaat sosial

a) Fasilitas atraksi baru, seperti prasarana budaya dan rekreasi dan pusat olahraga.

b) Hubungan sosial yang lebih baik dalam masyarakat yang terisolasi dan kesempatan untuk pertukaran budaya.

c) Kesadaran yang lebih besar dan menghidupkan kembali adat istiadat lokal kerajinan tangan dan beberapa ciri kebudayaan sendiri.

d) Pengembangan peranan wanita dalam masyarakat pedesaan yang masih tradisional.

3. Manfaat untuk lingkungan

Untuk kebanyakan wisatawan, motivasi utama untuk mengunjungi pedesaan adalah suasana lingkungan alamnya. Sukses dari pengembangan pariwisata pedesaan bergantung pada sumber dana dan pendorong dalam konservasi, produksi dan perbaikan lingkungan alam pedesaan, mendukung preservasi dan perbaikan lingkungan, bangunan bersejarah termasuk rumah pedesaan dan bangunan tua, dan mendorong


(41)

perbaikan lingkungan pedesaan seperti pembuangan sampah. Pengembangan pariwisata merupakan upaya salah satu cara dalam upaya untuk melestarian lingkungan, di samping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari lingkungan yang ada.

F. Definisi Konsep

Menurut Singarimbun, konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial17

1. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan seseorang atau sebuah kelompok dalam suatu kegiatan atau program yang bertujuan untuk membawa perubahan kearah yang lebih baik.

.

Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

2. Pengembangan pariwisata adalah usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata agar dapat dinikmati pada saat ini bahkan untuk masa depan.

17

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3 ES, hal 33


(42)

G. Definisi Operasional

1. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling diukur dari :

 Partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan tata ruang pondok dan rumah makan

 Partisipasi masyarakat Gundaling dalam bidang kebersihan yang menyangkut pengelolaan sampah

 Partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan makanan dan minuman yang khas

 Partisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa kreta sado dan kuda tunggang

 Partisipasi masyarakat dalam penyediaan berbagai tanaman hias  Partisipasi masyarakat dalam penyediaan dan penjualan cendera

mata/ souvenir khas kota Berastagi

 Partisipasi masyarakat dalam pembuatan even bulanan

 Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan toilet umum

 Partisipasi masyarakat dalam penyediaan tenda dan tikar

 Partisisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa photographer cetak langsung photo.


(43)

2. Pengembangan pariwisata

Indikator-indikatornya :

 Pembangunan sarana fisik dan non fisik  Ikut pameran pariwisata

 Promosi dan pemasaran pariwisata

 Pembinaan masyarakat sadar wisata

 Penataan dan pengembangan potensi objek wisata

Pementasan event bulanan dan tahunan

 Brosur-brosur paket wisata di agen perjalanan wisata dan website pariwisata


(44)

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran dan karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA

Bab ini berisika hasil data yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi serta hasil analisisnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas masalah yang dikemukakan serta pemecahan masalah yang dinyatakan dalam bentuk saran.


(45)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendakatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti secara sistematis. Penelitian kualitatif menyajikan data yang dikumpulkan terutama dalam bentuk kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya18

18

Sutopo, H.B. 2002.Metode Penelitian Kualitatif: Dasar teori dan terapannyadalampenelitian. Surakarta: SebelasMaret University Press, hal 111

. Dengan demikian metode ini memusatkan perhatian pada masalah – masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba menganalisis untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.


(46)

B. Lokasi Penelitian

1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo JL.Gundaling No.1 Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

2. Bukit Gundaling Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

3. Desa Lingga kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

C. Informan Penelitian

Penelitian Kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal populasi dan sampel. Menurut Suyanto, informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu19

1. Informan Kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

:

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

19

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada, hal 172


(47)

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan kunci: Kepala Bagian Pengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Karo dan Kepala Bidang Objek Gundaling Berastagi.

2. Informan Utama: masyarakat lokal yang bertempat tinggal di Gundaling dan desa Lingga serta masyarakat yang berkaitan langsung dengan kegiatan wisata di Gundaling dan desa Lingga.

3. Informan tambahan : Para pengunjung wisata Gundaling dan desa Lingga yang sedang berada di Bukit Gundaling Berastagi dan wisatawan yang berkunjung ke desa Lingga.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh


(48)

informasi yang dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, literature, internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetisi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. b. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.


(49)

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan dan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Moleong, teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam satuan yang kemudian dikatagorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirnya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian20.

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti tetap berpedoman terhadap etika penelitian. Etika penelitian adalah prinsip-prinsip etik dalam pengelolaan penelitian dimulai dari penetapan topic dan masalah sampai penyajian hasil penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian, etia penelitian digunakan pada setiap tahap penelitian. Dalam penyusunan proposal, peneliti mencari referensi buku guna melengkapi teori yang akan peneliti bawa dalam p;enelitian dan penulisannnya dengan jujur.

20


(50)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Geografis dan Batas Administrasi

Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120-1.420 Meter di atas permukaan laut. Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang berpotensi sebagai daerah pertanian dan pariwisata. Dataran Tinggi Karo memiliki alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berbagai keindahan dan daya tarik wisata. Kabupaten Karo berjarak 46 Km dari kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo memiliki dua buah gunung berapi aktif yaitu Gunung Sinabung 2.454 Meter dpl dan Gunung Sibayak 2.172 Meter dpl. Daya tarik wisata utama daerah ini adalah alam pegunungan, panorama, danau, sungai, peninggalan budaya dan atraksi seni budaya.

Secara geografis letak Kabupaten Karo berada di antara 2º50’-3º19’ Lintang Utara dan 97º55’-98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km² atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara dengan total jumlah penduduk 311.012 jiwa yang tersebar di 17 kecamatan.

Adapun batas-batas wilayahnya yaitu :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang. b. Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir.

c. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungan


(51)

d. Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Nangroe Aceh Darusalam

B. Objek Wisata di Kabupaten Karo

Objek wisata di Kabupaten Karo dibagi menjadi 3(tiga) kawasan, yaitu:

1) Kawasan Wisata Sibayak

a) Air Terjun Sikulikap

Air terjun ini mempunyai ketinggian jatuh 30 m. Tempat ini di kelilingi hutan hujan tropis tempat Gibon bergantungan yang kadang kala berteriak sahut-sahutan. Disekitar lokasi ini terdapat kupu-kupu yang berwarna-warni. Jarak dari kota Berastagi ke Objek Wisata ini 11 Km dan dapat ditempuh dengan menggunakan bus besar ataupun kecil tujuan Medan-Berastagi.

b) Panorama Doulu

Panorama Doulu terletak tidak jauh dari Kota Berastagi. Dari tempat ini kita bisa melihat pemandangan Desa Bandar Baru dan Kota Medan yang indah dengan gemerlap indah lampu dimalam hari sambil meniKmati jagung bakar dan rebus serta makanan lainnya. Untuk sampai ke tempat ini, kita dapat menggunakan kenderaan roda dua ataupun roda empat. Di tempat


(52)

ini kita juga dapat melihat monyet yang berkeliaran. Jarak dari Kota Berastagi 11 Km.

c) Lau Debuk-Debuk

Objek wisata ini merupakan pemandian air panas yang mata airnya bersumber dari perut bumi mengandung unsur belerang yang dapat mengobati penyakit gatal-gatal dan bisa dibuat sebagai pengganti mandi sauna. Pada waktu –waktu tertentu, ada kegiatan ritual seperti Erpangir Ku Lau yang bertujuan membersihkan diri dari roh-roh jahat dan niat-niat yang tidak baik. Jarak dari Kota Berastagi ke Objek Wisata ini 12 Km dan dapat menggunakan bus besar.

d) Air panas Alam Semangat Gunung

Objek wisata ini sebagai tempat pemandian air panas alam yang telah dikelola secara professional dalam bentuk kolam-kolam renang yang suhunya berbeda-beda sesuai dengan keinginan para wisatawan. Mata air ini bersumber dari perut bumi dan mengandung unsur belerang yang dapat mengobati penyakit gatal-gatal. Jarak dari Kota Berastagi ke Objek Wisata ini 14 Km dan dapat menggunakan bus besar.


(53)

e) Gunung Sibayak

Gunung berapi Sibayak dalam keadaan aktif berlokasi diatas ketinggian 2.172 m dari permukaan laut. Dari puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif mengeluarkan asap sulfatara dan pemandangan yang indah dan menawan. Jarak dari kota Berastagi ke tempat awal pendakian dari desa Jaranguda 8 Km. Lama pendakian diperkirakan 2 samapai 3 jam.

f) Bukit Gundaling

Bukit ini ditumbuhi oleh pohin kayu dan bunga-bungaan dan sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda yang merupakan tempat rekreasi bagi para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dari puncak bukit Gundaling terlihat panorama Kota Berastagi, Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak serta hamparan pertanian. Jarak dari kota Berastagi ke Bukit Gundaling 2 Km dan dapat di tempuh dengan menggunakan bus ukuran kecil dan besar.

g) Pasar buah Tradisional Berastagi

Pasar tradisional ini tidak jauh dari pusat kota Berastagi . pasar ini sangat menarik dikunjungi oleh para wisatawan karena ditempat ini tersedia berbagai jenis buah segar khas hasil pertanian Karo dan tersedia sayuran segar serta berbagai tanaman hias.


(54)

h) Taman Mejuah Juah Berastagi

Taman ini berlokasi di Kota Berastagi dengan luas sekitar 6 Ha. Tempat ini di tumbuhi oleh tanaman dan bunga-bungaan yang indah. Taman ini juga sering dijadikan sebagai tempat pagelaran seni tari Karo. Tempat ini cocok untuk tempat rekreasi keluarga untuk bersantai.

i) Pasar Kaget Berastagi

Pasar Kaget Berastagi merupakan sentra kuliner yang beroperasi pada malam hari. Pasar kaget ini terletak di pusat Kota Berastagi berbentuk memanjang dimulai dari tugu Perjuangan Berastagi. Di pasar kaget ini tersedia berbagai jenis makanan khas Indonesia.

2) Kawasan Wisata Sinabung

a) Danau Lau Kawar

Danau ini memiliki luas 200 Ha. Diapit oleh alam pegunungan yang ditumbuhi pohon-pohon kayu hutan tropis dan di pinggiran dsnsu ini terbentang lahan seluas 3 Ha sebagai lokasi tempat berkemah. Di objek wisata ini dapat dilakukan kegiatan pendakian ke puncak Gunung Sinabung melewati hutan belantara. Jarak dari kota Berastagi ke objek wisata ini 27 Km dan dapat


(55)

menggunakan kenderaan roda 4 dan melintasi beberapa desa dan lahan pertanian(Agrowisata).

b) Gunung Sinabung

Gunung Sinabung berlokasi diatas Ketinggian 2.454 Meter dari permukaan laut. Pendakian melewati belantara tropis dan tebing yang penuh dengan tantangan, dan di puncak gunung terdapat hamparan untuk berkemah. Dari puncak gunung Sinabung terlihat kawah yang mengeluarkan asap Sulfatara serta pemandangan indah yang menawan. Jarak dari kota Berastagi ketempat awal pendakian Gunung Sinabung 27 Km yaitu dari desa Kuta Gugung , Lau Kawar. Waktu yang di tempuh untuk mendaki gunung ini 2-3 jam.

c) Desa Budaya Lingga

Di desa ini terdapat bangunan rumah tadat tradisional Karo yang berusia 250 Tahun yang dikenal dengan nama “Rumah Siwaluh Jabu” di huni oleh 8 kepala keluarga yang hidup berdampingan dengan keadaan damai dan tenteram. Bahan bangunan tradisional ini terbuat dari kayu bulat, papan, bambu dan beratap ijuk. Dalam pembuatan rumah adat ini tidak menggunakan paku dan dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu. Pada umumnya wisatawan yang sangat tertarik berkunjung ke desa budaya Lingga adalah wisatawan yang berasal dari Eropa. Jarak


(56)

dari kota Berastagi ke Objek wisata ini 15 Km yang dapat ditempuh dengan menggunakan kenderaan umum dan juga kendaraan bus pariwisata.

d) Air Panas Payung

Objek wisata ini sebagai tempat pemandian air panas yang dikelola secara tradisional dalam bentuk kolam-kolam renang yang suhunya berbeda-beda sesuai dengan keinginan para pengunjung. Mata air ini mengandung unsur belerang yang sangat rendah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Jarak dari kota Berastagi ke Air panas Payung ini 21 Km dan dapat ditempuh dengan kenderaan kecil.

e) Gua Liang Dahar

Gua Liang Dahar mempunyai 3 ruang besar dengan ukuran masing-masing 500 Meter persegi, 400 Meter persegi, 300 Meter persegi, serta ruang ukuran kecil lainnya. Di dalam gua terdapat mata air yang mengalir melalui terongan kecil ke desa Bekerah. Jarak dari kota Berastagi ke objek wisata ini 40 Km, sampai ke desa Lau Buluh dapat menggunakan kendaraan roda 4 dan selanjutnya berjalan kaki 30 menit.


(57)

3) Kawasan wisata Sipiso-piso

a) Air Terjun Sipiso-piso

Air terjun ini mempunyai ketinggian jatuh 120 m dan dilator belakangi panorama indah Danau Toba, bukit-bukit di tumbuhi pinus, bentangan pulau Samosir berwarna biru dan pematang sawah. Jarak dari kota Berastagi ke Objek wisata ini 35 Km. Untuk menuju objek wisata ini dapat menggunakan kenderaan ukuran kecil dan besar.

b) Gunung Sipiso-piso

Daerah wisata gunung Sipiso-piso dapat dipergunakan untuk olah raga dirgantara, lokasi untuk paralayang, dimana lokasi start dimulai dari puncak Gunung Sipiso-piso dan lokasi mendarat berada pada pinggiran Danau Toba- desa Tongging. Lokasi ini sudah lama dikenal sebagai lokasi olahraga air-paralayang. Lokasi ini berada 34 Km dari Berastagi. Pemandangan di lokasi ini sangat menarik dan menawan.

c) Tongging

Tongging adalah tempat yang nyaman untuk santai dan juga merupakan tempat yang menarik untuk di kunjungi. Berlokasi disebelah ujung utara Danau Toba dengan pemandangan yang sangat indah. Jalan yang curam dan berliku


(58)

menuju Merek dari sebelah kanan jalan ini, kita dapat melihat keagungan air terjun Sipiso-piso. Letak Tongging sangat cocok sekali karena berada berada pada jalan utama menuju Medan – Berastagi dan Sidikalang-Kutacane dengan kawasan Nasinal Leuser atau ke Aceh Singkil yang terkenal dengan pulau banyak. Tongging berada ditengah-tengah daerah yang dialami tiga suku yaitu Karo, Batak Toba dan Pak-Pak yang bercampur baur dan menggunakan bahsa lokal dengan menggunakan dari ketiga suku tersebut.

d) Dokan

Dokan merupakn sebuah desa yang indah memiliki rumah adat tradisional. Di desa ini terdapat bangunan rumah tadat tradisional Karo yang berusia 250 Tahun yang dikenal dengan nama “Rumah Siwaluh Jabu” di huni oleh 8 kepala keluarga yang hidup berdampingan dengan keadaan damai dan tenteram. Semua pemilik rumah adat tradisional karo mempunyai pemilik Di Dokan penduduknya termasuk ke dalam Marga Ginting.

e) Peninggalan sejarah Puntungan Meriam Putri Hijau

Bukti peninggalan sejarah Puntungan Meriam Putri Hijau dapat ditemui di Desa Suka Nalu dan Seberaya yang hingga sekarang oleh masyarakat sekitar masih dianggap mempunyai


(59)

kekuatan magis dan setiap tahun dibersihkan, jarak dari kota Berastagi ke desa Suka Nalu 23 Km dank e desa seberaya 12 Km.

C. Objek Kajian Penelitian

1) Bukit Gundaling

Salah satu dari beberapa objek wisata yang melengkapi keindahan kota Berastagi adalah Bukit Gundaling. Bukit yang berjarak sekitar 2 Km dari pusat kota Berastagi.. Bukit tersebut menjadi salah satu tujuan bagi wisatawan yang mengunjungi Berastagi.

Bukit tersebut banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon Pinus dan terlihat indah bila dilihat dari bawah kota Berastagi. Apalagi ketika berada dipuncaknya, sudah pasti pemandangan indah serta udara yang segar langsung menjadi suguhan pertama bagi wisatawan.

Untuk menuju bukit Gundaling dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, atau kendaraan umum yang ada di Berastagi. Sebelum menuju puncak bukit Gundaling, para wisatawan juga dikenakan biaya retribusi yang dipungut oleh pihak pemerintah daerah setempat dipintu loket masuk menuju bukit Gundaling.

Berjalan kaki sambil menyusuri puncak bukit Gundaling akan menjadi sensasi tersendiri dan menyenangkan bagi wisatawan. Pasalnya bukit yang banyak


(60)

ditumbuhi pohon pinus ini menjanjikan udara yang menyegarkan. Tidak hanya pepohonan yang rindang, dipuncak bukit juga terdapat taman yang banyak ditumbuhi oleh bunga-bunga yang indah serta patung-patung manusia yang mengenakan pakaian adat khas suku Karo.

Ditempat ini juga banyak wisatawan yang berlibur dan menghabiskan waktu bersama keluarga, mereka biasa membawa bekal makanan yang sengaja disiapkan dari rumah untuk di santap bersama-sama dipuncak bukit Gundaling. Terdapat banyak sekali tempat yang luas untuk anak-anak bermain dan berlarian di hijaunnya rerumputan. Namun sebaiknya bagi keluarga yang membawa anak kecil, lebih memperhatikan dan menjaga anaknya, mengingat mereka tengah berada dipuncak bukit yang tinggi.

Dipuncak bukit Gundaling juga terdapat sebuah tempat yang disediakan dan berfungi sebagai titik guna memandangi keindahan kota Berastagi dan hamparan perbukitan yang berbaris dengan indah. Tidak hanya itu, kita juga dapat melihat keindahan gunung Sibayak dan gunung Sinabung dari puncak bukit Gundaling tersebut.

Disepanjang jalan dipinggiran bukit Gundaling juga banyak terdapat warung-warung yang mengarah langsung menghadap ke Berastagi. Warung tersebut juga menyediakan berbagai makanan dan minuman ringan.

Mengingat dinginnya udara dipuncak bukit Gundaling, sepertinya dengan memesan segelas minuman hangat yang disediakan warung-warung tersebut dapat


(61)

menjadi salah satu pilihan guna menghangatkan badan sembari menikmati pemandangan yang mempesona dari titik ketinggian dipuncak bukit Gundaling.

Begitu juga dengan yang satu ini, sebuah momen indah yang sayang untuk dilewatkan. Pesona sunset yang mengagumkan dapat dilihat di puncak bukit Gundaling. Sejauh mata kita memandang terlihat hamparan alam yang luas ditambah udara yang sejuk pada senja hari akan menjadi kenikmatan yang mampu memanjakan mata kita.

Ada lagi yang tak kalah seru dan menyenangkan, yaitu menikmati sensasi menunggang Kuda mengelilingi bukit Gundaling. Tertarik menunggangi kuda tersebut? Nah.. kita dapat menyewanya pada penduduk setempat yang memang menyediakan jasa tersebut.

Tidak usah khawatir, karena sang pemilik kuda akan terus berada bersama kita menuntun mengelilingi bukit tersebut. Kita juga dapat mengelilingi bukit Gundaling dengan menyewa Delman atau dalam bahasa keseharian penduduk setempat disebut dengan Sado.

Disisi lain bukit Gundaling juga menawarkan pemandangan yang mempesona pada malam harinya. Kita dapat meniKmati keindahan pemandangan kota Berastagi diterangi oleh lampu-lampu kota yang menjadi keindahan tersendiri.

Nah.. bagi wisatawan yang ingin bermalam, tidak sulit untuk menemukan tempat-tempat penginapan disekitar bukit Gundaling. Tidak hanya itu, disekitar


(62)

penginapan tersebut juga banyak terdapat restoran-restoran yang menyediakan makanan dan minuman.

Berbicara tentang oleh-oleh, dipuncak bukit Gundaling juga terdapat beberapa tempat yang memang menjual pernak-pernik serta beragam oleh-oleh yang bisa dijadikan buah tangan. kita juga dapat membeli buah dan bermacam-macam jenis tanaman hias yang juga dijual pada tempat tersebut.

Tabel 1

Fasilitas Rekreasi Gundaling

Bentuk jasa/ Fasilitas Jumlah

Toko penjualan Souvenir 22 Kios Warung makanan dan minuman/lesehan 12 Unit Sewa pondok/tenda beserta tikar 45 Unit

Jasa photo grafer 4 Orang

Jasa kereta Sado 15 Unit

Jasa kuda Tunggang 25 ekor

Agrowisata petik sendiri(Jeruk) 3 lokasi Penjualan bunga/ tanaman hias 7 lokasi Jasa tempat Simpan sepeda motor 7 lokasi


(63)

2) Desa budaya Lingga

Lingga adalah salah satu desa yang menjadi daerah tujuan wisata di unik, memiliki rumah-rumah adat yang diperkirakan berumur 250 tahun, tetapi kondisinya masih koko memiliki hubungan kekerabatan. Sekarang ini terdapat 2 rumah adat yang masih utuh dan dirawat oleh masyarakat Lingga. Pada setahun belakangan ini terjadi perbaikan dan pengantian atap ijuk. Selain rumah adat tradisional karo di desa lingga terdapat Museum Karo Lingga, Griten, Sapo Panjang dan terdapat bukit Uruk Lingga.

a) Rumah adat Tradisional Karo

Rumah adat tradisional Karo di desa Lingga sudah berusia 250 tahun. Rumah adat tradisinal Karo ini terbuat dari bahan kayu bulat, papan dan beratap ijuk. Rumah adat tradisional Karo ini berbentuk rumah panggung dan ditopang beberapa Tiang. Dipuncak atap rumah adat ini terdapat tanduk kerbau yang merupakan symbol kekuatan. Rumah adat tradisonal karo ini dihuni oleh 8 kepala keluarga yang hidup rukun dan damai. Rumah adat didesa Lingga saat ini berjumlah 2 rumah.


(64)

b) Jambur

Bentuk bangunan ini mirip dengan rumah adat, tetapi jambur bukan merupakan bangunan berpanggung dan tidak berdinding. digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pesta bagi masyarakat juga sebagai tempat musyawarah. Sekarang ini jambur digunakan untuk tempat pertemuan desa dan tempat diadakannya pesta pernikahan.

c) Sapo Ganjang

Di desa Lingga juga terdapat Sapo Ganjang. Sapo Ganjang ini berbentuk rumah panggung dan mirip seperti griten. Dimana atapnya terbuat dari ijuk dan beberapa kayu yang dibentuk seperti griten. Dulu Sapo Ganjang berfungsi sebagai lumbung padi namun pada sekarang ini Sapo Ganjang dialih fungsikan menjadi Taman Bacaan untuk para pelajar dan wisatawan yang ingin melihat dan membaca berbagai buku.

d) Griten

Geriten juga berbentuk seperti rumah kecil dan mempunyai empat sisi. Geriten berdiri di atas tiang, mempunyai dua lantai. Lantai bawah tidak berdinding sedang lantai di atasnya berdidnding. Di lantai yang bawah ini terdapat sebuah pintu. Dan dari pintu inilah dimasukkan kerangka orang yang telah meninggal. Geriten berfungsi untuk menyimpan kerangka atau tulang-tulang sanak keluarga pemilik griten yang telah meninggal di bagian atasnya sedangkan bagian bawah merupakan tempat duduk atau tempat


(65)

berkumpul bagi sebagian warga masyrakat desa Lingga, terutama kaum muda pada malam hari sebagai tempat bermain gitar dan tempat bernyanyi.

e) Museum Lingga

Selain meniKmati rumah adat dan bangunan tradisional budaya Karo, jangan lupa singgah juga ke Museum Karo Lingga yang dibangun paling belakangan. Di tempat ini banyak disimpan benda- benda tradisional Karo, seperti capah (piring kayu besar untuk sekeluarga), tungkat (tongkat), alat-alat musik .

Museum Karo Lingga terletak dekat simpang desa Lingga. Di Museum ini kita menemukan berbagai jenis pakaian adat tradisional Karo, mata uang tradisional, benda tajam, gundala- gundala, berbagai alat memasak zaman dahulu, senjata berburu, berbagai kerajinan tangan tradisional.

f) Bukit Lingga(Uruk Gung Mbelin Lingga)

Di desa Lingga juga terdapat satu bukit yang biasa disebut dengan Uruk Lingga. Di bukit ini terdapat makam Raja Sibayak Lingga dan dari atas bukit ini kita dapat melihat pemandangan desa sekitar lingga dan melihat Kota Kabanjahe. Untuk menuju bukit Lingga ini dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat. Jarak dari desa lingga sekitar 1 Km.


(66)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan disajikan data dan informasi yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang mendukung data primer. Adapun permasalahan utama yang disajikan dalam bab ini yaitu Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Pada Objek Wisata Gundaling Berastagi dan desa Budaya Lingga Kabupaten Karo.

A. Latar belakang Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan subjek penelitian yang terdiri dari tiga kelompok yang terdiri dari informan kunci, informan utama dan informan tambahan. Informan kunci terdiri dari masyarakat lokal pelaku wisata bukit Gundaling dan masyarakat desa budaya Lingga. Sedangkan informan utama adalah Kepala Bagian Objek Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo beserta kepala bidang lain yang terkait dengan objek penelitian dan imforman tambahan merupakan wisatawan yang sedang mengunjungi obek wisata Gundaling dan desa budaya Lingga.


(67)

Dalam penelitian ini, Penulis tidak menunjukkan jumlah informan kunci dan informan utama dan informan tambahan. Penulis menyelesaikan wawancara kepada informan setelah hasil wawancara menemukan titik jenuh. Titik jenuh ditemukan setelah mewawancarai 39 orang informan yang terdiri dari 21 0rang masyarakat pelaku wisata bukit Gundaling, 5 orang masyarakat budaya Lingga, 6 orang pegawai Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Karo serta 5 orang pengunjung Gundaling dan 2 orang pengunjung Desa Budaya Lingga.


(68)

Berdasarkan pengambilan data di lapangan diperoleh identitas informan Gundaling yaitu sebagai berikut dalam tabel 2 :

NAMA J.KELAMIN USIA KET. IDENTITAS PEKERJAAN Nd. Roy Br. Surbakti PR 53 Tahun Penyediaan tenda tikar

G. Sembiring LK 41 Tahun Jasa Photo Grafer Gundaling K. Surbakti LK 45 Tahun Jual Stroberi di Gundaling

Rahmad LK 42 Tahun Jasa Kuda Tunggang di Gundaling Mando Tarigan LK 51 Tahun Kepala persatuan Tunggang Kuda

Gundaling

Arya Surbakti LK 47 Tahun Jasa Penyediaan tenda tikar Sryani PR 42 Tahun Pemilik rumah makan lesehan Felix S LK 40 Tahun Jasa Kuda Tunggang di Gundaling Daniel Tarigan LK 46 Tahun Jasa Penyediaan tenda tikar Dewi Br ginting PR 28 tahun Pedagang Toko souvenir Lesky S LK 42 Tahun Pedagang Toko souvenir

Hendra G LK 35 Tahun Pengusaha Rumah makan dan jasa simpan kereta

Nd. Yenny Br Tarigan PR 52 Tahun Penjual bunga Hias

Asemta Surbakti LK 54 Tahun Pemilik Agrowisata Jeruk Petik Sendiri

Nd. Sem br. Tarigan PR 56 Tahun Pemilik Agrowisata Jeruk Petik Sendiri

J. Ginting LK 42 Tahun Pengelola toilet umum Gundaling Pantri S. LK 43 Tahun Penanggung jawab kebersihan

Kotran kuda Gundaling Serly Sembiring PR 44 Tahun Pedagang Asongan Gundaling Budiman Surbakti LK 52 Tahun Rumah makan Gundaling Sakti Tarigan LK 45 Tahun Jasa Kereta sado di Gundaling Erli Tarigan PR 42 Tahun Jasa tenda dan Tikar Gundaling Feby PR 26 Tahun Pengunjung Gundaling(Medan) Dikky LK 23 Tahun Pengunjung Gundaling(Medan) Silvia PR 22 Tahun Pengunjung Gundaling(Medan) Roy LK 21 Tahun Pengunjung Gundaling(Binjai)


(69)

Berdasarkan pengambilan data di lapangan diperoleh identitas informan Desa Budaya Lingga yaitu sebagai berikut: Tabel 3

NAMA J. KELAMIN USIA KET. IDENTITAS PEKERJAAN Tersek Ginting LK 57 Tourist Guide Desa Lingga Pedoman Sinulingga LK 54 BPD bidang Pariwisata Lingga Bpk. Japet Sinulingga LK 59 Pembuat ukiran Kayu

Nd. Serlika Br Sinulingga

PR 45 Seorang menempati Rumah Adat Lingga

Nd. Sakeus Br. Ginting PR 53 Seorang menempati Rumah Adat Lingga

Bpk . Hendra LK 52 Pengunjung asal Medan Harponas S LK 23 Pengunjung asal Siantar (sumber : Penelitian lapangan 2014)

Berdasarkan pengambilan data di lapangan diperoleh identitas informan Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo yaitu sebagai

berikut: Tabel 4

NAMA JENIS

KELAMIN

USIA JABATAN

Musa Ginting, SH LK 47 Tahun KA.Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata

Piala Putera, SE LK 48 Tahun KABID. Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata Ian Adian Tarigan LK 28 Tahun Staf Seksi Pengembangan

Objek Wisata Gundaling Khairil Rizal LK 27 Tahun Staf Seksi Penyuluhan,

Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata

Teman Karo-Karo LK 49 Tahun KABID. Pembinaan Seni dan Kebudayaan

Dra. Martiana Br Sitepu PR 50 Tahun KABID Perencanaan (Sumber : Penelitian Lapangan 2014)


(1)

d) Pengunjung banyak menyarankan agar taman-taman bunga digundaling lebih ditata dengan baik dan menanam bermacam-majam jenis bunga

e) Pengutipan retribusi lebih baik dilakukan pada satu tempat saja. Hal ini membuat jenuh dan membuat wisatawan merasa dibebani.

f) Untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata lebih meningkatkan promosi/ pemasaran pariwisata khususnya nasional dan internasional. Seperti ikut pameran wisata tingkat nasional dan ikut pameran objek wisata dunia Internasional.

g) Memperbanyak even dalam rangka daya tarik wisata dan melakukan berbagai perlombaan festival atraksi budaya. Seperti pementasan atraksi budaya seni tari, perlombaan seni tari tingkat SMA, perlombaan pementasan atraksi budaya ndikkar, berbagai tari tradisional.

h) Membuat berbagai pelatihan kerajinan tangan khas suatu objek wisata dan pelatihan berbagai tarian khas dalam rangka penampilan atraksi budaya. Misalnya pelatihan kerajinan tangan membuat miniatur rumah adat, miniature pakean Karo, pelatihan membuat gumbar, busan, balubat,


(2)

i) Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo harus sering mengakan dialog dengan masyarakat pelaku wisata sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik dan program pembangunan yang dibuat oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan program yang diharapkan masyarakat pelaku wisata.

j) Lebih banyak melakukan sosialisasi penyuluhan tentang kepariwisataan seperti sosialisai sadar wisata, pelaksanaan sapta pesona, penjagaan kebersihan, menjadi tuan rumah yang baik, penetapan harga produk wisata yang stabil.

2. Saran yang dapat disampaikan dari hasil temuan dan analisis tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata desa budaya Lingga adalah sebagai berikut:

a) Pemda Karo khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo lebih menyediakan dana yang cukup dalam mengembangkan pariwisata desa budaya Lingga.

b) Memperbanyak sosialisasi kepada masyarakat tentang kepariwisataan agar menambah pengetahuan masyakat akan peningkatan kesadaran akan pariwisata juga bisa meninggkatkan pendapatan mereka melalui penjualan produk wisata dan penjualan jasa wisata.


(3)

c) Melakukan pelatihan seni tari dalam rangka penampilan atraksi budaya wisata. Pelatihan berbagai jenis tari seperti tari lima serangkai, tari roti manis, gundala gundala dan ndikkar.

d) Melakukan berbagai pelatihan dalam hal pembuatan kerajian tangan seperti pembuatan miniatur rumah adat karo, ukir ukiran kayu dan bambu, miniatur pakaian adat karo.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo.2006. Pembangunan dan Perkotaan. Yokyakarta: Graha Ilmu

Damanik, Janianton dan HelmutF.Weber.2009. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi.Yokyakarta: ANDI

Erawan, I Nyoman.1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi (bali sebagai kasus). Denpasar: Upada Press

Fandeli, Chafid dan Mukhlison.2000. Penguasaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Isbandi,RuKminto Adi. 2007.Perencanaan Partisipatoris berbasis asset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press

Jayadinata, Johara T dan I.G.P Pramandika.2006. Pembangunan Desa dalam Perencanaan. Bandung: Penerbit ITB

Marpaung, Happy.2002. Pengetahuan Kepariwisatan. Bandung: Alfabeta

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Ndaha, Taliziduhu. 1987. Pemabnguan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Bina Aksara


(5)

Pendit, Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramitha

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Sutopo, H.B. 2002.Metode Penelitian Kualitatif: Dasar teori dan terapannya dalam penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada

Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sumber Undang- Undang

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan


(6)

http://karokab.go.id/i/index.php?option=com_content&view=category&layout=bl og&id=36&Itemid=55 Diakses Pada tanggal 08 Oktober 2013 pukul 13.15 WIB

Diakses Pada tanggal 12 Oktober 2013 pukul 22.10 WIB

KAMIS 14 November