1.5. Manfaat Penelitian
a. Untuk mendapatkan crude enzim lipase dari kecambah biji karet hevea
brasiliensis b.
Untuk mengetahui aktivitas crude enzim lipase yang dihasilkan oleh kecambah biji karet tersebut.
c. Sebagai sumber informasi mengenai aktivitas crude enzim lipase dari kecambah
biji karet dan juga sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimen yang dilakukan di laboratorium, yang meliputi : a.
Penyediaan biji karet yang diperoleh dari Perkebunan karet PTPN IV Tanah Raja AFD I II, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.
b. Pemilihan biji karet yang baik dengan metode pemantulan dan perendaman
c. Pengamatan perkecambahan biji karet selama 7 hari
d. Penyediaan crude enzim lipase dari kecambah biji karet
e. Pengujian aktivitas crude enzim lipase dengan pH dan suhu pemanasan yang
berbeda.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia FMIPA-USU, Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU dan Laboratorium Kimia Dasar FMIPA-USU
Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Karet
Sesuai dengan nama latin yang disandangnya tanaman karet Hevea brasiliensis berasal dari Brazil. Tanaman karet sendiri mulai dikenal di Indonesia sejak zaman
penjajahan Belanda. Awalnya karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan
dan tersebar di beberapa daerah. Pada tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada tahun
tersebut didaerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Dan pertama kali jenis yang ditanam adalah Ficus elastica. Jenis karet Hevea Hevea brasiliensis baru ditanam
tahun 1902 didaerah Sumatera Timur.
Dalam dunia tumbuhan, tanaman karet memiliki taksonomi sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Euphorbiales Famili
: Euphorbiaceae Genus
: Hevea Spesies
: Hevea brasiliensis
Gambar 2.1. Tanaman Karet
Universitas Sumatera Utara
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar yang tingginya mencapai 15
– 25 m. Morfologi tanaman karet antara lain, memiliki daun berwarna hijau, bunga terdiri dari bunga jantan dan betina yang
terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang, buah karet yang memiliki pembagian ruang yang jelas, dan biji karet yang terdapat dalam setiap ruang buah.
2.1.1. Biji Karet
Biji karet merupakan hasil lain disamping karet alam dari tanaman karet Hevea brasiliensis
yang kurang dimanfaatkan. Biji karet berukuran besar dan memiliki kulit atau cangkang yang keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak
berpola yang khas. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino
biji karet juga sangat baik. Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya.
Gambar 2.2. Biji Karet
Agar biji karet dapat dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Adanya kandungan sianida membuat biji karet berbahaya bila dikonsumsi
mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Melalui proses perendaman selama 24 jam
Universitas Sumatera Utara
dengan air yang sering diganti dan perebusan terbuka, maka sianida dapat dihilangkan dengan cara menguap. Tim Penulis PS, 1999
2.1.2. Pemilihan Biji Karet
Biji karet merupakan jenis biji yang jika disimpan di tempat terbuka dalam waktu singkat tidak akan tumbuh lagi karena kekeringan. Padahal, hasil pengamatan para
ahli menunjukkan bahwa biji yang dipetik dari pohon karet dapat tahan sampai 1 tahun. Hal ini disebabkan karena dalam praktik biasanya biji karet hanya dikumpulkan
dari biji-biji yang tersebar dibawah pohon sehingga biji tersebut tidak diketahui umurnya di pohon. Disamping itu, biji-biji yang jatuh biasanya tidak segera
dikumpulkan sehingga tak jarang ada biji yang sudah membusuk.
Suatu cara yang biasa dipakai di perkebunan rakyat dalam memilih biji yang baik adalah dengan menjatuhkan biji di ubin. Biji terpental menunjukkan biji yang
baik, sedangkan yang tidak terpental adalah biji jelek. Namun, karena biji masih “tidur”, maka daya kecambahnya belum bisa dikatakan baik tanpa penentuan lain.
Kesegaran biji perlu diperhatikan karena dalam pengiriman biji dengan tujuan yang jauh dan dalam jumlah yang besar daya kecambah biji dapat turun sampai 50.
Penilaian kesegaran ditentukan atas dasar warna dan keadaan belahan biji. Belahan biji karet yang masih berwarna putih murni sampai kekuning-kuningan dinilai baik,
dan selain warna tersebut biji karet dinilai tidak baik. Biji yang segar memiliki daya kecambah yang baik yaitu sekitar 65 - 80.
Daya kecambah biji dapat menurun setelah biji disimpan. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari penyimpanan biji. Dewasa ini metode pemilihan biji karet yang
dianggap baik dan umum dipakai adalah atas dasar daya pantul biji dan perendaman. Padahal kedua metode ini sangat relatif untuk bisa menghasilkan kesegaran biji yang
mantap dan juga memerlukan tenaga yang banyak. Tim Penulis PS, 1999
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Kecambah Biji Karet
Perkecambahan atau germinasi secara teknis adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai
Gardner, 1991. Biji karet merupakan jenis biji yang cepat dalam berkecambah. Biji karet tidak tahan disimpan lama, karena daya kecambahnya cepat sekali menurun. Biji
yang segar atau baru warnanya mengkilat, coraknya cerah, isi bijinya tidak goncang dan rata-rata berat untuk 220 biji adalah 1 kg.
Menurut pengalaman, biji karet yang telah diseleksi dengan cara pemantulan memiliki daya kecambah
80 dan biasanya biji yang tidak memantul tidak bisa berkecambah atau dijadikan sebagai benih. Sama halnya dengan biji yang lain,
umumnya biji karet dapat berkecambah jika mengandung kadar air yang tinggi. Setyamidjaja,D.,1999. Kadar air pada biji yang berkecambah akan meningkat
dibandingkan biji keringnya. Peningkatan kadar air ini diakibatkan adanya proses perendaman dimana biji dapat berkecambah jika memiliki kadar air antara 40-60.
Air berfungsi untuk melunakkan kulit biji, memfasilitasi masuknya O
2
dalam biji, dan alat transportasi sari makanan dari endosperm ke titik tumbuh. Soetopo, 2002
Pada saat biji mengalami perkecambahan, maka biji akan memerlukan aktivitas lipolitik yang tinggi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi. Salah satu
sumber energi adalah minyak dan lemak yang ada dalam biji. Enzim lipase digunakan untuk memecah lemak dan minyak yang ada dalam biji, sehingga diharapkan aktivitas
lipase tinggi pada saat biji berkecambah.
Enzim lipase yang dihasilkan oleh perkecambahan biji-bijian mempunyai kondisi optimum aktivitas hidrolisis, esterifikasi dan alkoholisis yang spesifik. Seperti,
Lipase indigenous dapat diperoleh dari ekstrak kecambah biji koro benguk Mucuna pruriens L yang dari hasil penelitian menunjukkan ekstrak koro benguk mempunyai
aktivitas hidrolisis, esterifikasi dan alkolisis lebih tinggi dibandingkan ekstrak kecambah kacang tanah dan ekstrak kecambah biji wijen. Wipradyandewi, 2007
Universitas Sumatera Utara
2.2. Enzim
Kata enz im berasal dari “en-zyme” yang berarti dalam ragi yeast, mulai dipakai
sejak 1877. Sebelumnya telah dikenal diastase A. Payen dan J. Persoz, 1833, pepsin T. Schwan, 1836, emulsion J.V. Liebig dan F. Wohler, 1837, masing
– masing adalah senyawa organik yang dapat menghidrolisis pati, protein dan glikosida.
Enzim adalah suatu biokatalisator yang dapat bertindak menguraikan molekul yang rantainya panjang menjadi lebih sederhana, serta dapat juga membantu
mekanisme reaksi yang mana tergantung pada enzimnya. Walaupun enzim ikut serta dalam reaksi dan mengalami perubahan fisik selama reaksi, enzim akan kembali
kepada keadaan semula bila reaksi telah selesai. Enzim mempunyai tenaga katalitik
yang luar biasa dan biasanya jauh lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Enzim mempercepat reaksi kimia secara spesifik
tanpa pembentukan produk samping. Enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur. Sistem enzim
terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolik yang berbeda. Kebanyakan enzim diberi nama dengan
penambahan akhiran –ase pada kata yang menunjukkan senyawa asal yang diubah
oleh enzim atau pada nama jenis reaksi kimia yang dikatalisis enzim. Gaman, 1992
2.2.1. Klasifikasi Enzim
Pada tahun 1961, “Comission on Enzymes of the International Union of Biochemistry” menganjurkan suatu cara untuk mengklasifikasikan enzim kedalam
enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim
memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah :
1. Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang termasuk kedalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-
reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu
Universitas Sumatera Utara
senyawa donor, sebagai contoh yaitu reaksi pembentukan aldehida dari alkohol dengan enzim alkohol dehidrogenase. Sedangkan Enzim-enzim
oksidase bekerja sebagai katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu substrat. Sebagai contoh, enzim glukosa oksidase bekerja sebagai katalis pada
reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat.
2. Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini ialah metiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, dll.
3. Hidrolase
Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase yaitu yang memecah ikatan ester, memecah
glikosida, dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa enzim sebagai contoh ialah esterase, lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, karboksi peptidase,
pepsin, tripsin, dll. Sebagai contoh, lipase ialah enzim yang memecah ikatan ester pada lemak, sehingga terjadi asam lemak dan gliserol.
4. Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat bukan cara hidrolisis atau
sebaliknya. Contoh enzim golongan ini antara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase, dll. Sebagai contoh, enzim aldolase bekerja pada reaksi pemecahan
molekul fruktosa 1,6-difosfat menjadi dua molekul triosa yaitu dihidroksi aseton fosfat dan gliseraldehida-3-fosfat.
5. Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler, misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi nfruktosa,
perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa cis menjadi senyawa
Universitas Sumatera Utara
trans, dll. Contoh enzim yang termasuk golongan ini antara lain ribulosafosfat epimerase dan glukosfosfat isomerase.
6. Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim-enzim tersebut juga dinamakan sintetase.
Contoh enzim golongan ini antara lain ialah glutamin sintetase dan piruvat karboksilase. Sebagai contoh, enzim glutamin sintetase yang terdapat dalam
otak dan hati merupakan katalisis reaksi pembentukan glutamin dari asam glutamat. Poedjiadi,A.,2006
2.2.2. Sifat – Sifat Enzim
1. Spesifitas Kekhasannya
Didalam sel terdapat beratus-ratus enzim yang berlainan kekhasannya. Artinya suatu enzim hanya mampu menjadi katalisator untuk reaksi tertentu saja. Enzim
tertentu bisa memiliki sifat khusus pada suatu kelompok substrat, misalnya enzim kinase dengan adanya ATP dapat memfosforilasi suatu monosakarida
aldoheksosa.
2. Pengaruh pH
pH juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, karena sifat ionik gugus karboksil dan gugus amino mudah dipengaruhi oleh pH. Didalam sel dan
lingkungan sel sekelilingnya, pH dalam keadaan normal harus tetap sebab adanya perubahan akan menyebabkan pergeseran aktivitas enzim.
3. Pengaruh Suhu
Karena reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang dikatalisis oleh enzim juga peka terhadap suhu. Enzim sebagai protein akan mengalami
denaturasi jika suhunya dinaikkan, akibatnya daya kerja enzim menurun. Mungkin sampai suhu 45
o
C efek predominannya masih memperlihatkan kenaikan
Universitas Sumatera Utara
aktivitas. Tetapi lebih dari 45
o
C akan terjadi denaturasi termal dan menjelang suhu 55
o
C fungsi katalitik enzim hilang.
4. Koenzim dan Aktivator
Kebanyakan enzim memerlukan komponen lain untuk aktivasinya. Komponen ini biasanya disebut kofaktor. Kofaktor dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu gugus
prostetik, koenzim dan aktivator metal. Girindra,A.,1990
2.2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
1. Suhu enzim Secara umum reaksi kimia itu dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang
menggunakan katalis enzim juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat dan pada suhu yang lebih tinggi reaksi
berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi.
Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Namun kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses
denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Pada umumnya enzim yang terdapat pada hewan mempunyai suhu optimum antara 40-50
o
C dan pada tumbuhan antara 50 - 60
o
C. Dan sebagian besar enzim terdenaturasi pada suhu diatas 60
o
C.
2. Nilai pH pH rendah atau pH tinggi dapat menyebabkan terjadinya denaturasi dan akan
mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. pH optimum untuk enzim berbeda- beda tergantung pada jenis enzim dan substratnya. Misalnya, pH optimum untuk
enzim lipase dari pankreas dengan substrat etil butirat ialah 7,0.
3. Konsentrasi substrat Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka
pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar berdasarkan Persamaan Michaelis-Menten.
4. Konsentrasi enzim Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi
enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Poedjiadi,A.,1994
2.2.4. Fungsi dan Cara Kerja Enzim
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat suatu reaksi 10
8
sampai 10
11
kali lebih cepat dari pada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien.
Enzim berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat atau meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan jalan menurunkan energi aktivasinya. Di sisi lain,
untuk meningkatkan kecepatan reaksi kimia dapat juga dilakukan dengan meningkatkan suhu reaksi. Suhu yang tinggi dapat mempercepat gerak molekul.
Namun demikian, penggunaan suhu tidak selamanya baik dan tepat, karena tidak semua senyawa reaktan dapat tahan terhadap suhu yang tinggi. Selain dapat merusak
reaktan, pengunaan suhu tinggi juga mengakibatkan biaya proses yang lebih besar. Lehninger, 1990
Enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada satu reaksi saja. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada subtratnya. Oleh karena itu tidak
seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan subtrat, bagian enzim yang mengadakan hubungan dengan subtrat disebut bagian aktif. Pedjiadi,A., 1994
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Pengaruh Denaturasi Terhadap Aktivitas Enzim
Kompleks enzim-substrat dan struktur 3 dimensi protein mengisyaratkan bahwa jika struktur enzim berubah maka substrat tidak lagi dapat menyatu dengan enzim,
sehingga aktivitas katalitik enzim terhadap substrat tersebut akan hilang. Beberapa faktor dapat menyebabkan alterasi struktur molekul enzim. Alterasi struktur molekul
enzim ini disebut denaturasi. Pada dasarnya enzim yang telah mengalami denaturasi,
masih dapat kembali ke bentuk normalnya dan dapat kembali berfungsi.
Pada kondisi yang lebih ekstrim, enzim dapat dirombak dan tidak dapat balik, misalnya pada kondisi suhu yang lebih tinggi. Pemanasan yang berlebihan dapat
menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen baru antara rantai polipeptida yang berbeda atau antara bagian-bagian dari rantai yang sama, dan ikatan-ikatan baru ini
sangat stabil.
Ekstraksi dan purifikasi enzim harus dilakukan pada suhu yang relatif rendah untuk menghindari terjadinya denaturasi, walaupun seandainya pada kondisi di dalam
sel, enzim tersebut tidak terdenaturasi pada suhu yang relatif tinggi. Alasan mengapa enzim lebih mudah mengalami denaturasi diluar sel dibanding di dalam sel belum
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan penyebabnya adalah bahwa pada ekstraksi dan pemurnian, bahan pelindung enzim dihilangkan atau diencerkan. Beberapa enzim
menjadi tidak aktif karena suhu rendah selama pemurnian. Hal ini juga disebabkan karena perubahan dari struktur molekul enzim yang bersangkutan. Lakitan,B.,2011
2.3. Enzim Lipase
Enzim lipase termostabil atau asilgliserol hidrolase E.C 3.1.1.3 merupakan enzim yang dapat menghidrolisis rantai panjang trigliserida. Enzim ini memiliki banyak
potensi yang digunakan untuk memproduksi asam lemak, yang merupakan precursor sebagai industri kimia. Macrae. A .R, 1983
Universitas Sumatera Utara
Lipase merupakan enzim yang memiliki peran yang penting dalam bioteknologi modern. Banyak industri yang telah mengaplikasikan penggunaan enzim
sebagai biokatalis. Lipase terkenal memiliki aktivitas yang tinggi dalam reaksi hidrolisis dan dalam kimia sintesis. Lipase dapat berperan sebagai biokatalis untuk
reaksi reaksi hidrolisis, esterifikasi, alkoholisis, asidolisis and aminolisis. Pandey,dkk.,1999
Beberapa reaksi yang dapat dikatalisis oleh lipase adalah reaksi hidrolisis, gliserolisis, asidolisis, dan transesterifikasi. Enzim ini digunakan untuk menghasilkan
asam lemak bebas, gliserol, berbagai ester, sebagian gliserida dan lemak yang dimodifikasi atau di esterifikasi dari substrat yang digunakan Moentamaria, 2009.
Gambar 2.3. Reaksi Hidrolisis Trigliserida dengan katalis enzim lipase
2.3.1. Sumber – Sumber Enzim Lipase
Enzim yang sangat berpengaruh dalam pembentukan asam lemak dan gliserol ini banyak terdapat pada biji-bijian yang mengandung minyak, seperti kacang kedelai,
biji jarak, kelapa sawit, kelapa, biji bunga matahari, biji jagung, biji karet dan dedak padi serta beberapa jenis bakteri. Enzim lipase bertindak sebagai biokatalisator yang
menghidrolisa trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Arifan,F.,2011
Kerusakan biji – bijian biasanya disebabkan beberapa hal di antaranya oleh
enzim lipase, semakin tinggi kadar air semakin aktif enzim lipase yang ada
Universitas Sumatera Utara
didalamnya. Sebagai contoh, enzim lipase pada biji gandum mempunyai keaktifan 5 kali pada kadar air 15 daripada pada kadar air 8,8 . Berbagai mikroba dapat
memproduksi lipase misalnya Candida dan Torulopsis. Winarno, 1983 .
2.3.2. Sifat – Sifat Enzim Lipase
Tergantung dari asal dan substratnya, keaktifan optimum lipase sangat tergantung pada pH dan suhu. Enzim lipase pada pankreas misalnya mempunyai pH optimal
antara 8 dan 9, tetapi dapat menurun menjadi antara 6 – 7 bila substratnya berbeda.
Keaktifan optimal enzim lipase tergantung juga dari senyawa pengemulsi yang digunakan dan ada tidaknya garam dalam substrat. Enzim lipase yang berasal dari
susu mempunyai pH optimal sekitar 9.
Suhu optimal enzim lipase pada umumnya berkisar antara 30
o
– 40
o
C. Meskipun telah ditemukan adanya lipase yang masih aktif pada suhu -29
o
C, terutama pada ikan dan udang yang dibekukan. Winarno, 1983
2.3.3. Aktivitas Enzim Lipase
Aktivitas enzim dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengukur jumlah enzim dalam satu sampel ekstrak jaringan atau cairan biologi lainnya,
kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim tersebut dalam sampel dapat diukur. Aktivitas enzim lipase mempunyai satuan UnitmL UmL. Satu unit dari aktivitas
lipase adalah setara dengan banyaknya enzim yang dibutuhkan untuk menghidrolisis minyak menghasilkan 1 μmol produk selama 1 jam. Martin,D.W.,1987
2.4. Dormansi dan Perkecambahan
Istilah dormansi dalam bahasa Indonesia adalah masa istirahat, artinya kemampuan biji untuk menangguhkan perkecambahannya sampai pada saat dan tempat yang
Universitas Sumatera Utara
menguntungkan baginya untuk tumbuh. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dormansi adalah :
1. Adanya impermeabilitas kulit biji impermeable seed coat
2. Kulit biji yang keras, sehingga tahan terhadap perlakuan-perlakuan mekanis
3. Rudimentary embrio, dimana embrio belum mencapai tahap pematangan
sehingga memerlukan waktu untuk siap berkecambah 4.
Embrio yang mengalami dormansi karena belum mencapai pematangan secara fisiologis
5. Terdapatnya zat penghambat dalam biji.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan
Faktor internal yang berpengaruh terhadap perkecambahan dan dormansi telah dikemukakan sebelumnya, namun faktor internal lainnya yang cukup menentukan
terhadap keberhasilan perkecambahan adalah faktor kematangan biji seed maturity. Diharapkan dengan kondisi biji yang optimum, maka perkecambahan dapat berjalan
tanpa mengalami hambatan fisis ataupun fisiologis.
Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses perkecambahan yaitu air, udara, temperatur, cahaya dan zat kimia yang mendukung pada proses
perkecambahan. Air adalah faktor lingkungan yang sangat diperlukan dalam
perkecambahan. Kehadiran air ini sangat penting untuk aktivitas enzim serta penguraiannya, translokasi dan untuk keperluan fisiologis lainnya.
Faktor lingkungan lain yang berpengaruh dalam proses perkecambahan yaitu
udara
. Udara ini terdiri dari 20 oksigen O
2
, 0,03 karbondioksida CO
2
dan 80 Nitrogen. Kehadiran oksigen didalam proses respirasi pada perkecambahan sangat
menentukan sekali. Apabila konsentrasi oksigen di udara ini sangat rendah, menyebabkan terhambatnya perkecambahan. Keadaan ini telah dibuktikan oleh
Forward 1958 dengan menggunakan ratio karbondioksida oksigen di udara terhadap perkecambahan biji oat.
Universitas Sumatera Utara
Hubungannya dengan temperatur, perkecambahan memerlukan temperatur
yang optimum, yaitu temperatur yang dapat mengakibatkan persentase perkecambahan yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Copeland
1976, temperatur optimum bagi perkecambahan yaitu sekitar 15
o
-30
o
C, sedangkan untuk temperatur maksimum yaitu 35
o
-40
o
C.
Cahaya
adalah faktor lingkungan lain yang menentukan kemampuan biji berkecambahn. Penelitian pengaruh cahaya terhadap perkecambahan telah dilakukan
oleh Borthwick et al 1952 dan Flint 1936 pada biji lettuce. Dari hasil penelitiannya terbukti bahwa radiasi yang mendukung perkecambahan yaitu sekitar 5250
–7000 Å. Adapun penyinaran yang sangat mendukung terhadap perkecambahan yaitu 6600 Å.
Sedangkan radiasi yang menghambat perkecambahan berada di sekitar 7000 – 8200 Å
dengan penghambatan maksimum sekitar 7100 – 7500 Å. Abidin, Z., 1991
2.5. Asam Lemak, Lipid, dan Protein 2.5.1. Asam Lemak