Uji kualitatif dekstrin SNI 01-2593–1992 Perhitungan kadar rafinosa pada sampel yang mengandung dekstrin atau Perhitungan konsentrasi gula sederhana Drenthe, 2004

16

6. Uji kualitatif dekstrin SNI 01-2593–1992

Uji kualitatif dekstrin dilakukan dengan uji warna pada larutan lugol sesuai dengan SNI 01 - 2593 – 1992 tentang dekstrin pada industri pangan. Warna yang terjadi tergantung dari komposisi dekstrin. Pada umumnya akan menghasilkan warna ungu kecoklat-coklatan. Larutan lugol dibuat dengan menimbang 50 g iodin I 2 dan 100 g KI. Kemudian dilarutkan dalam 100 ml air suling. Setelah larut diencerkan menjadi 1000 ml. Sebanyak 0.5 g contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Kemudian ditambah 25 ml air suling dan ditetesi dengan larutan lugol, dan diamati perubahan warna yang terjadi.

7. Perhitungan kadar rafinosa pada sampel yang mengandung dekstrin atau

diduga mengandung dekstrin Perhitungan dilakukan dengan menggunakan perbandingan rafinosa dan stakiosa pada bahan baku yang digunakan yaitu kedelai atau isolat protein kedelai. Peak stakiosa pada pembacaan HPLC tidak terpengaruh dengan adanya komponen dekstrin, sehingga dapat digunakan untuk menduga kandungan rafinosa yang tertutupi oleh dekstrin. Hal ini dilakukan dengan asumsi perbandingan rafinosa dan stakiosa dari kedelai atau isolat protein kedelai adalah tetap. Perhitungan kadar rafinosa pada sampel dilakukan dengan persamaan 7.1. Keterangan : = kadar rafinosa kedelai atau isolat protein kedelai mgg = kadar stakiosa kedelai atau isolat protein kedelai mgg = kadar stakiosa sampel mgg

8. Perhitungan konsentrasi gula sederhana Drenthe, 2004

Gula sederhana seperti fruktosa, glukosa, dan sukrosa pada sampel kedelai atau minuman bubuk berbasis kedelai dapat dihitung berdasarkan perbandingan luas area dan konsentrasi standar gula. Sejumlah tertentu standar gula seperti fruktosa 15 mg, glukosa 57 mg, dan sukrosa 57 mg dilarutkan dengan larutan acetonitril:air 1:1 ke dalam labu takar 10 ml, kemudian injeksikan ke dalam HPLC untuk melihat luas area yang diperoleh. Luas area tersebut kemudian dibandingkan dengan luas area pada sampel untuk memperoleh konsentrasi gula pada sampel. Menurut Drenthe 2004, menghitung konsentrasi suatu komponen pada sampel dengan menggunakan perbandingan luas area suatu kromatografi dapat dilakukan dengan persamaan 8.1. Keterangan: = konsentrasi sampel mgl = konsentrasi standar mgl = luas area pada sampel nRIU.s = luas area pada standar nRIU.s 7.1 8.1 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Sampel

Persiapan sampel dilakukan dengan mendata sebanyak-banyaknya minuman bubuk berbasis kedelai yang dijual di pasaran di seluruh Indonesia melalui internet dan mendatangi supermarket serta apotek di daerah Bogor, Semarang, dan Jakarta. Pada tahap tersebut diperoleh sebanyak 33 sampel. Tahap selanjutnya adalah mensurvei keberadaan produk-produk tersebut di pasaran. Survei dilakukan di supermarket dan apotek di wilayah Bogor, Semarang, dan Jakarta. Tiga belas sampel akhirnya tidak dipilih karena sulit dijumpai di pasaran pembelian harus melalui pemesanan terlebih dahulu sehingga akhirnya tersisa dua puluh sampel yang digunakan pada penelitian. Kedua puluh sampel tersebut kemudian digolongkan berdasarkan usia konsumen dan informasi pada label kemasan. Berdasarkan usia konsumen, sampel digolongkan menjadi konsumen diatas 3 tahun, 1-3 tahun, dan 0-1 tahun. Kemudian berdasarkan informasi pada label kemasan, konsumen usia diatas 3 tahun dibagi lagi menjadi konsumen golongan khusus dan konsumen biasa. Golongan khusus pada penelitian ini adalah sampel yang ditujukan untuk orang yang sedang berdiet dan balita yang sedang dalam masa pertumbuhan. Informasi tersebut diperoleh dari keterangan pada label kemasan. Sampel yang ditujukan untuk konsumen biasa sebanyak 8 sampel, konsumen khusus sebanyak 5 sampel, konsumen usia 1-3 tahun sebanyak 2 sampel, dan konsumen usia 0-1 tahun sebanyak 5 sampel. Daftar komposisi kedua puluh sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

B. Validasi Metode HPLC

1. Linieritas

Linieritas menunjukkan kemampuan metode analisis untuk memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam zat uji pada kisaran konsentrasi tertentu AOAC, 2002. Uji linieritas dilakukan dengan cara membuat kurva hubungan antara konsentrasi standar dengan luas area yang dihasilkan. Larutan standar yang digunakan adalah rafinosa dan stakiosa dengan enam konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi yang digunakan pada standar rafinosa adalah 2.16, 2.89, 4.33, 5.77, 6.50, dan 8.66 mgml sedangkan pada stakiosa adalah 2.19, 2.92, 4.38, 5.83, 6.58, dan 8.77 mgml. Linieritas dinyatakan dalam koefisien korelasi r 2 dari tiga ulangan yang dilakukan. Penentuan linieritas dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, sehingga diperoleh regresi linier dari rerata luas area ketiga ulangan tersebut. Berdasarkan hasil pengujian dengan tiga kali ulangan, diperoleh kurva standar untuk rafinosa adalah y = 114977x + 70799 dengan koefisien korelasi r 2 sebesar 0.998 Gambar 4. Menurut Papadoyannis dan Samanidou 2005, nilai koefisien korelasi yang baik pada validasi metode HPLC adalah berkisar antara 0.98-1.00 atau lebih dari 0.99, sehingga dapat dikatakan bahwa linieritas pada standar rafinosa telah memenuhi persyaratan metode yang baik. Nilai koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan hubungan yang linear antara sinyal detektor yang terukur dengan konsentrasi rafinosa atau stakiosa yang ada dalam contoh. Nilai kemiringan garis menyatakan sensitifitas suatu metode. Nilai kemiringan garis yang besar menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi yang kecil sangat berpengaruh terhadap sinyal detektor yang dihasilkan, sehingga metode dapat dikatakan memiliki sensitifitas yang sangat baik. Nilai kemiringan garis pada standar rafinosa sebesar 114977. Nilai tersebut sangat besar, sehingga perubahan konsentrasi rafinosa yang kecil pada sampel akan sangat mempengaruhi sinyal detektor yang dihasilkan.