Analisis Forecasting Error Variance Decomposition FEVD

persamaan jangka panjang juga menunjukkan hubungan positif antara pertumbuhan penduduk dan volume impor beras.

4.4.8 Respon Volume Impor Beras terhadap Guncangan Nilai Tukar Riil

Guncangan nilai tukar riil sebesar satu standar deviasi belum direspon oleh volume impor beras pada periode pertama. Pada periode kedua dan ketiga volume impor beras memberikan respon positif sebesar 0,01 persen. Pada periode keempat respon berbalik arah menjadi negatif sebesar 0,16 persen. Hingga akhir periode guncangan nilai tukar riil direspon negatif oleh volume impor beras. Sesuai dengan hasil persamaan jangka panjang nilai tukar rupiah riil dan volume impor beras berhubungan negatif, depresiasi nilai tukar membuat harga beras impor menjadi relatif lebih mahal dan mengurangi volume beras yang diimpor.

4.5 Analisis Forecasting Error Variance Decomposition FEVD

Struktur dinamis antar variabel dalam VAR dapat dilihat melalui analisis Forecasting Error Variance Decomposition FEVD, pola dari FEVD ini mengindikasikan sifat dari kausalitas multivariat diantara variabel-variabel dalam model VAR. Pengurutan variabel dalam analisis FEVD ini didasarkan pada faktorisasi Cholesky. Berdasarkan hasil dekomposisi varians dapat diambil kesimpulan bahwa pada periode pertama fluktuasi impor beras disebabkan oleh guncangan impor beras itu sendiri sebesar 100 persen. Mulai periode ke dua peran impor beras meskipun masih dominan, namun mulai menurun dan peran varaibel-variabel lain mulai muncul. Variabel yang memiliki peran paling besar pada fluktuasi impor beras adalah rasio produksi terhadap konsumsi beras dalam negeri yaitu sebesar 2,49 persen. Rasio harga beras dalam negeri terhadap harga beras dunia, kebijakan liberalisasi perdagangan beras, PDB dan rasio ketergantungan impor juga mulai memiliki peranan dalam menjelaskan fluktuasi impor beras pada tahun kedua secara berturut-turut sebesar 1,5 persen, 2,36 persen, 1,48 dan 1,39 persen. Variabel pertumbuhan penduduk dan nilai tukar rupiah hanya memberi peran kurang dari satu persen dalam menjelaskan variabilitas volume impor beras pada periode ke dua. Pada akhir periode, variabel yang dominan dalam menjelaskan fluktuasi impor beras adalah impor beras itu sendiri, rasio produksi terhadap konsumsi beras, rasio harga beras dalam negeri terhadap harga beras dunia, PDB dan kebijakan liberalisasi perdagangan beras. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 LNQM LNRPRICE LNRPROD IM LNPDB DUMMY LNRER POP Sumber: Hasil pengolahan dengan EViews 6.0 Gambar 4.11: Dekomposisi Varians Volume Impor Beras

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Indonesia tahun 1981-2010 mengalami peningkatan. Peningkatan produktivitas padi memegang peranan yang lebih penting dalam meningkatkan produksi padi dibandingkan peningkatan luas panen. 2. Pada periode 1980-2010 rata-rata produksi beras di Indonesia adalah 31,1 juta tontahun dan menunjukkan tren meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 2,51 persen per tahun sementara rata-rata konsumsi beras adalah 32 juta tontahun dengan rata-rata pertumbuhan 0,59 persen per tahun. Secara rata-rata, produksi beras lebih rendah dibandingkan konsumsinya pada periode yang sama. 3. Impor beras sepanjang periode 1980-2010 berfluktuasi dengan rata-rata 1,083 juta ton per tahun dan pertumbuhan impor rata-rata 160 persen setiap tahun. 4. Pola pergerakan harga beras di pasar domestik mengikuti pola harga beras di pasar dunia. Harga beras di pasar domestik lebih tinggi dibandingkan harga di pasar internasional, kesenjangan ini menjadi pendorong dilakukannya impor beras.