23
Dari Gambar 11 terlihat bahwa nilai Sto memiliki besaran yang berbanding lurus terhadap
komposisi luas hutan. Wilayah hutan dengan komposisi luas terkecil yaitu 0 memiliki nilai Sto terkecil pula. Pada tahun 2003 Sto yang dihasilkan lebih besar dibandingkan tahun 2008, hal ini
disebabkan, penutupan lahan berupa hutan pada tahun 2003 lebih besar yakni 14.16 dibandingkan tahun 2008 yang berkurang menjadi 0.97. Untuk Sto pada komposisi luas pemukiman, dapat dilihat
pada Gambar 12, bahwa semakin besar komposisi luas pemukiman, dalam hal ini yaitu 100, maka semakin kecil Sto yang dihasilkan. Luas pemukiman pada tahun 2008 meningkat dari tahun 2003,
sehingga Sto yang dihasilkan pada tahun 2008 lebih rendah dibandingkan tahun 2003.
Gambar 12. Grafik nilai Sto pada berbagai komposisi luas pemukiman
4.3 ANALISIS NERACA AIR
Perhitungan neraca air dengan menggunakan persamaan Tornthwaite dapat memberikan gambaran tentang surplus dan defisit air pada suatu wilayah. Analisis neraca air dilakukan pada Sub
DAS Cikeas dengan total luas areal 3754.55 ha. Penutupan lahan pada tahun 2003 di wilayah ini terdiri dari pertanian lahan kering, awan, pemukiman, sawah, dan hutan. Sedangkan pada tahun 2008
penutupan lahan di wilayah ini yakni pemukiman, pertanian lahan kering, sawah, hutan, dan pertambangan. Hasil analisis neraca air tahun 2003 dan 2008 dengan beberapa parameter dapat dilihat
pada Tabel 9. Perhitungan lengkap neraca air untuk tahun 2003 dan 2008 terdapat pada Lampiran 7. Tabel 9
. Hasil analisis neraca air pada Sub DAS Cikeas tahun 2003 dan 2008 Parameter mmtahun
Tahun CH
lebih
Limpasan Pengisian Air Tanah
2003 1523.8
716.2 807.6
2008 1541.6
740.0 801.6
Kondisi ideal sebuah DAS jika dilihat dari parameter limpasan dan pengisian air tanah dapat dilihat pada Tabel 4 yang menunjukkan karakteristik limpasan dengan berbagai kondisi penutupan
vegetasi dan Tabel 1 yang menunjukkan pembagian curah hujan dalam komponen-komponennya sesuai daerah iklim di dunia. Menurut Falkenmark and Rockström 2004, berdasarkan Tabel 1, pada
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
N il
a i
S T
o m
m t
a h
u n
Persentase Luas Pemukiman
2003 2008
24
daerah dengan curah hujan lebih besar dari 2000 mmtahun, memiliki nilai limpasan sebesar 600 mmtahun, nilai pengisian air tanah sebesar 600 mm tahun, dan nilai total evapotranspirasi sebesar
800 mmtahun. Pada Tabel 9 dapat dilihat perbandingan surplus, limpasan dan pengisian air tanah pada
tahun 2003 dan tahun 2008. Pada tahun 2008, CH
lebih
dan limpasan yang terjadi lebih besar dibandingkan tahun 2003. Sedangkan pengisian air tanah pada tahun 2008 lebih rendah dibandingkan
tahun 2003. Hal ini dikarenakan luas penutupan lahan hutan pada tahun 2003, lebih besar dibandingkan tahun 2008. Akibat adanya penurunan persentase luas hutan, terjadi penurunan
kapasitas simpan air sebesar 35.4. Penurunan kapasitas simpan air ini menyebabkan peningkatan CH
lebih
sebesar 17.8 mm. Hal ini berakibat pada peningkatan nilai limpasan sebesar 23.8 mm dan penurunan nilai pengisian air tanah sebesar 6 mm.
Menurut Asdak 2007, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap besarnya perubahan limpasan adalah persentase luas DAS. Semakin besar
perubahan tata guna lahan, semakin besar pula perubahan yang terjadi pada limpasan. Besarnya bagian CH
lebih
yang menjadi limpasan akan ditentukan oleh nilai koefisien limpasan C yang bergantung pada penutupan lahan. Nilai C berbanding terbalik dengan peningkatan komposisi luas
hutan. Analisis neraca air dengan berbagai komposisi luas hutan dilakukan dalam beberapa
skenario. Skenario komposisi luas hutan yang digunakan antara lain 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100. Luas penutupan lahan hutan pada tahun 2003 yaitu sebesar 14.16
dan pada tahun 2008 menurun menjadi 0.97. Hasil analisis Neraca Air dari beberapa skenario persentase luas hutan pada wilayah Sub DAS Cikeas dapat dilihat pada Tabel 10.
Pada Tabel 10 dapat dilihat perbandingan CH
lebih
, limpasan dan pengisian air tanah pada berbagai kondisi persentase luas hutan termasuk didalamnya kondisi pada tahun 2003 dan 2008. Nilai
yang tertera pada Tabel 9 merupakan akumulasi jumlah dalam satu tahun. Dari Tabel 9 terlihat bahwa semakin tinggi persentase luas hutan pada Sub DAS Cikeas menyebabkan penurunan nilai CH
lebih.
Hal ini serupa dengan limpasan, yang semakin menurun nilainya seiring meningkatnya persentase luas
hutan pada Sub DAS Cikeas. Namun pola perubahan pengisian air tanah berbeda dengan limpasan dan CH
lebih.
Nilai pengisian air tanah mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan persentase luas hutan. Pola perubahan nilai limpasan dan pengisian air tanah ditampilkan pada Gambar 13
.
Perhitungan lengkap neraca air untuk setiap komposisi luas hutan terdapat pada Lampiran 8.
Dengan menggunakan perhitungan persentase komposisi luas hutan, pada tahun 2003, Sub DAS Cikeas memiliki kapasitas simpan air sebesar 128.2 mm, sedangkan kapasitas simpan air pada
tahun 2008 adalah 90.3 mm. Penurunan kapasitas simpan air ini menjadi salah satu penyebab
meningkatnya nilai curah hujan lebih pada Sub DAS Cikeas dari sebelumnya 1586.3 mm menjadi 1618.1 mm dalam tiap tahunnya. Penambahan curah hujan lebih sebesar 31.8 mm ini mengakibatkan
peningkatan limpasan sebesar 118.9 mm per tahun dan penurunan pengisian air tanah sebesar 87.1 mm per tahun. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan limpasan yang tepat, dalam menangani
kenaikan limpasan setiap tahunnya. Menurut Falkenmark and Rockström 2004, perbandingan ideal antara limpasan dan
pengisian air tanah terhadap CH
lebih
adalah 50 : 50. Dengan demikian, komposisi luas hutan 30 di Sub DAS Cikeas sudah dianggap ideal, karena persentase limpasan dan pengisian air tanah
berpotongan pada titik 30 seperti dilihat pada Gambar 13.
25
Tabel 10 . Hasil analisis neraca air pada berbagai komposisi luas hutan di Sub DAS Cikeas
Landuse luas hutan Parameter mmtahun
CH
lebih
Limpasan Pengisian Air Tanah
0.00 1620.4
1053.3 567.2
2008 0.97
1618.1 1044.4
573.7 10.00
1596.3 962.6
633.7
2003 14.16
1586.3 925.5
660.8 20.00
1572.2 874.1
698.1 30.00
1556.1 792.0
764.0 40.00
1540.0 711.5
828.5 50.00
1523.8 632.4
891.4 60.00
1507.7 554.8
952.9 70.00
1491.6 478.8
1012.8 80.00
1475.5 404.3
1071.2 90.00
1459.4 331.3
1128.1 100.00
1443.2 259.8
1183.5
Gambar 13. Kurva neraca air berbagai komposisi luas hutan Analisis neraca air juga dilakukan dengan berbagai komposisi luas pemukiman dalam
beberapa skenario. Skenario komposisi luas pemukiman yang digunakan antara lain 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100. Luas penutupan lahan pemukiman pada tahun
2003 yaitu sebesar 17.19 dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 26.13. Hasil analisis Neraca Air dari beberapa skenario persentase luas pemukiman pada wilayah Sub DAS Cikeas dapat dilihat
pada Tabel 11. Pada Tabel 11 dapat dilihat perbandingan CH
lebih
, limpasan dan pengisian air tanah pada berbagai kondisi persentase luas pemukiman termasuk didalamnya kondisi pada tahun 2003 dan 2008.
Nilai yang tertera pada Tabel 10 merupakan akumulasi jumlah dalam satu tahun. Dari Tabel 10 terlihat bahwa semakin tinggi persentase luas pemukiman pada Sub DAS Cikeas menyebabkan
peningkatan nilai CH
lebih.
Hal ini serupa dengan limpasan, yang semakin meningkat nilainya seiring meningkatnya persentase luas pemukiman pada Sub DAS Cikeas. Namun pola perubahan pengisian
2003
2008
26
air tanah berbeda dengan limpasan dan CH
lebih.
Nilai pengisian air tanah mengalami penurunan seiring dengan peningkatan persentase luas pemukiman. Pola perubahan nilai limpasan dan pengisian air
tanah ditampilkan pada Gambar 14. Perhitungan lengkap neraca air untuk setiap komposisi luas
pemukiman terdapat pada Lampiran 9. Tabel 11
. Hasil analisis neraca air pada berbagai komposisi luas pemukiman di Sub DAS Cikeas Landuse
pemukiman Parameter mmtahun
CH
lebih
Limpasan Pengisian Air Tanah
0.00 1443.2
505.1 938.1
10.00 1472.3
566.8 905.4
2003
17.19 1493.1
612.4 880.7
20.00 1501.3
630.5 870.7
2008
26.13 1519.1
670.6 848.5
30.00 1530.3
696.3 834.0
40.00 1559.3
764.1 795.2
50.00 1596.3
838.1 758.2
60.00 1639.7
918.3 721.5
70.00 1688.0
1004.4 683.7
80.00 1750.3
1102.7 647.6
90.00 1813.6
1206.0 607.5
100.00 1909.2
1336.5 572.8
Dengan menggunakan perhitungan persentase komposisi luas pemukiman, pada tahun 2003, Sub DAS Cikeas memiliki kapasitas simpan air sebesar 144.9 mm, sedangkan kapasitas simpan air
pada tahun 2008 adalah 129.3 mm. Penurunan kapasitas simpan air ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya nilai curah hujan lebih pada Sub DAS Cikeas dari sebelumnya 1493.1 mm menjadi
1519.1 mm dalam tiap tahunnya. Penambahan curah hujan lebih sebesar 26 mm ini mengakibatkan peningkatan limpasan sebesar 58.2 mm per tahun dan penurunan pengisian air tanah sebesar 32.2 mm
per tahun. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan limpasan yang tepat, dalam menangani kenaikan limpasan setiap tahunnya.
Gambar 14. Kurva neraca air berbagai komposisi luas pemukiman
2008
2003
27
Menurut Falkenmark and Rockström 2004, perbandingan ideal antara limpasan dan pengisian air tanah terhadap CH
lebih
adalah 50 : 50. Dengan demikian, komposisi luas pemukiman 40 di Sub DAS Cikeas sudah dianggap ideal, karena persentase limpasan dan pengisian air tanah
berpotongan pada titik 40 seperti dilihat pada Gambar 14. Secara umum dapat dilihat bahwa kapasitas simpan air pada suatu wilayah akan berpengaruh pada nilai curah hujan lebih. Perubahan
kapasitas simpan air terjadi pada setiap perubahan penutupan lahan dari tahun 2003 hingga tahun 2008. Pada wilayah Sub DAS Cikeas terjadi penurunan kapasitas simpan air, peningkatan curah hujan
lebih, dan peningkatan limpasan. Hal ini terjadi akibat adanya penurunan persentase luas hutan dan bertambahnya alih fungsi lahan menjadi pemukiman.
4.4 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN