Performansi Teknis Mesin Penggilingan Padi

30

B. Performansi Teknis Mesin Penggilingan Padi

Performansi teknis mesin penggilingan padi yang diukur pada penelitian ini adalah rendemen penggilingan, kapasitas giling, dan pemakaian bahan bakar. Pengamatan dilakukan untuk huller dan polisher yang digerakkan oleh 1 satu motor diesel. Kapasitas huller dilihat dari jumlah gabah yang dapat digiling per jamnya dan kapasitas polisher dilihat dari jumlah beras yang dihasilkan per jamnya Tabel 6. Performansi teknis mesin penggilingan padi Nilai Kapasitas Huller kg GKGjam Kapasitas Polisher kg Berasjam Pemakaian Bahan Bakar Huller+Polisher literjam Rendemen Giling Maksimum 203.78 220.69 1.27 67.04 Rata-Rata 196.85 201.52 1.16 59.44 Minimum 186.74 190.50 1.05 52.29 Dari pengamatan di penggilingan dapat diketahui faktor-faktor yang menentukan besarnya kapasitas yaitu kondisi gabah yang digiling, kondisi mesin, dan keterampilan operator. Kondisi gabah yang digiling berpengaruh pada kapasitas penggilingan karena apabila gabah yang digiling kadar airnya belum optimal, maka proses penggilingan akan dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan beras pecah kulit dan beras sosoh yang baik. Pengulangan proses tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih banyak dan otomatis membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak pula. Kondisi mesin juga menyebabkan rendahnya kapasitas giling pada usaha penggilingan padi ini, makin tua kondisi mesin, maka akan menyebabkan semakin rendah kapasitas penggilingannya. Keterampilan operator juga berpengaruh dalam menentukan besar kecilnya kapasitas karena semakin terampil operator, maka semakin besar kapasitas penggilingan, dan sebaliknya, jika operator kurang terampil maka akan menyebabkan menurunnya kapasitas penggilingan. Dari Tabel 6 di atas dan data giling harian Lampiran 1, nilai konsumsi bahan bakar juga dapat dianalisis. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan berulang-ulang, konsumsi bahan bakar tersebut termasuk boros, karena pemakaian bahan bakar maksimum tidak terjadi saat kapasitas huller dan kapasitas polisher mempunyai nilai maksimum. Dari Tabel 6 di atas juga dapat dilihat, rendemen giling rata-rata yang dihasilkan pada unit penggilingan tersebut adalah 59.44, dimana nilai rendemen maksimum adalah 67.04 dan nilai rendemen minimum adalah 52.29. Nilai rendemen maksimum tersebut sangat jarang terjadi. Nilai rendemen tersebut terdiri dari beras kepala, beras patah, dan menir. Jika menir tidak dimasukkan dalam perhitungan rendemen, maka nilai rendemen giling yang dihasilkan akan lebih rendah lagi. Rendahnya rendemen giling tersebut dipengaruhi oleh keadaan mesin-mesin yang tidak dapat lagi bekerja secara maksimal, varietas padi yang digiling, dan berpengaruhnya kondisi gabah yang akan digiling kadar air, kemurnian gabah, dan sebagainya. Susut losses penggilingan terjadi pada huller dan polisher. Pada huller, banyak gabah yang belum terkupas kulitnya ikut terbuang bersama sekam dan gabah muda yang disebabkan kerja blower dan rubber roll husker yang tidak maksimal. Pada polisher, sistem one pass yang diterapkan menyebabkan beras pecah kulit yang disosoh dipaksa untuk mejadi beras putih beras slyp, sehingga beras yang dihasilkan banyak mengandung beras patah dan menir. Dari Tabel 6, mesin huller mampu menggiling gabah dengan kapasitas giling rata-rata gabah sebesar 195.95 kg gabahjam dan kapasitas giling rata-rata polisher sebesar 201.52 kg berasjam, sehingga menurut sistem penggilingan padi, penggilingan ini tergolong dalam penggilingan padi kecil 31 PPK sederhana karena mempunyai kapasitas giling lebih kecil dari 2 dua ton per jam, selain itu disebut tipe sederhana karena hanya melalui proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit secara sederhana, dan proses pemutihan beras pecah kulit.

C. Performansi Ekonomi Mesin Penggilingan Padi