Wujud perilaku delinkuen Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku delinkuen

22

2. Wujud perilaku delinkuen

Menurut Bynum Thompson 1996 yang termasuk dalam status offenses meliputi school truancy bolos sekolah, alcoholic beverages mengkonsumsi alkohol, running away pergi dari rumah, ungovernability ketidakpatuhan, menentang aturan dan perintah orangtuafigur otoritas, curfew violation melanggar jam malam, crimes bergaul dengan penjahat dan terlibat, melakukan tindakan kriminal seperti penyerangan dan mencuri. National Center for Juvenile Justice NCJJ mengidentifikasikan beberapa status offenses yaitu runaway, truancy, perilaku tidak terkendali ungovernable behavior, liquor law violation minum minuman keras, melanggar jam malam miscellaneos offenses and curfew violation dalam Steinhart, 1996.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku delinkuen

Santrock 1998, mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku delinkuen pada remaja, yaitu: a. Identitas negatif Erikson yakin bahwa perilaku delinkuen muncul karena remaja gagal menemukan suatu identitas peran. Remaja yang mempunyai pengalaman masa balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peran sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan bagi mereka, mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan. Maka, Erikson berpendapat Universitas Sumatera Utara 23 kenakalan delinkuensi adalah suatu usaha untuk membangun suatu identitas, walaupun identitas tersebut adalah negatif. b. Pengendalian diri rendah Perilaku delinkuen yang dilakukan para remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan pengendalian diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa remaja gagal dalam mengembangkan pengendalian diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Para remaja tersebut mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. Menurut Feldman Weinberger 1994, pengendalian diri mempunyai peranan penting dalam perilaku delinkuen. Pengasuhan yang efektif pada masa kanak-kanak penerapan strategi yang konsisten, berpusat pada anak dan tidak aversif berhubungan dengan dicapainya kemahiran dalam pengaturan diri self regulatory oleh anak. Terdapatnya kemampuan ini yang merupakan atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat perilaku delinkuen yang dilakukan remaja Santrock, 1998. Universitas Sumatera Utara 24 c. Usia Tingkah laku antisosial di usia dini anak-anak berhubungan dengan perilaku delinkuen yang lebih serius di masa remaja. Namun, tidak semua anak bertingkah laku seperti itu nantinya akan menjadi pelaku delinkuen d. Jenis kelamin laki-laki Anak laki-laki lebih banyak melakukan perilaku antisosial daripada anak perempuan. Kartono 2006, mengungkapkan perbandingan perilaku delinkuen anak laki-laki dengan perempuan diperkirakan 50 : 1. Berdasarkan data statistik, jumlah anak laki-laki yang melakukan kejahatan dan perilaku delinkuen lebih banyak daripada perempuan, kecuali dalam hal lari dari rumah Bynum Thompson, 1996. Anak laki-laki pada umumnya melakukan perilaku delinkuen dengan jalan kekerasan, perkelahian, penyerangan, perusakan, pengacauan, perampasan dan agresivitas. Hal ini didukung oleh Kelly et al., 1997 yang menyatakan anak laki-laki memiliki resiko yang lebih besar untuk munculnya perilaku merusak dalam Gracia, et al., 2000. e. Harapan dan nilai yang rendah terhadap pendidikan Remaja pelaku delinkuen seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan dan juga nilai-nilai yang rendah di sekolah f. Pengaruh orangtua dan keluarga Para pelaku delinkuen seringkali berasal dari keluarga di mana orangtua menerapkan pola disiplin secara tidak efektif, memberi sedikit dukungan, dan jarang mengawasi anak-anak mereka sehingga terjadi hubungan yang kurang harmonis antar anggota keluarga Universitas Sumatera Utara 25 g. Pengaruh teman sebaya Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku kenakalan. h. Status sosial ekonomi Penyerangan lebih sering dilakukan oleh laki-laki dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah. i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal Terdapat di mana individu tinggal dapat membentuk perilaku individu tersebut, masyarakat dan lingkungan yang membentuk untuk berperilaku baik atau buruk.

C. Remaja 1. Pengertian remaja