Tabel 5.2Selisih Jarak antar Tempat Makan Pada Dimensi 2
Dim 2 APJ
APJS APS
APR TXC
AW APJ
0.2531 0.5796
0.3033 0.3658
-0.1271 APJS
-0.2531 0.3265
0.0502 0.1127
-0.3802 APS
-0.5796 -0.3265 -0.2763
-0.2138 -0.7067
APR -0.3033 -0.0502 0.2763
0.0625 -0.4304
TXC -0.3658 -0.1127 0.2138 -0.0625
-0.4929 AW
0.1271 0.3802
0.7067 0.4304
0.4929
5.2 Saran
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam hal memilih tempat makan. 2.
Mengacu pada perhitungan dalam penelitian ini, dapat disarankan kepada setiap tempat makan yang saling bersaing pada fasilitas internal maupun
fasilitas eksternal agar dapat lebih meningkatkan kualitasnya. 3.
Untuk penelitian selanjutnya, boleh ditambahkan variabel – variabel atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi orang khususnya mahasiswa dalam hal
memilih tempat makan misal: variabel luas area tempat makan, ketersediaan fasilitas tambahan seperti wifi, mushola dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian yang menggunakan metode multidimensional scaling yaitu: klasifikasi
multidimensional scaling, prosedur analisis multidimensional scaling, Euclidean distance, Perceptual Map, RSQ R Square, STRESS serta teori-teori pendukung
yang dibutuhkan dalam penelitian.
2.1 Multidimensional Scaling
Ada beberapa definisi penskalaan multidimensional multidimensional scaling yang diungkapkan oleh beberapa ahli antara lain, penskalaan multidimensional =
PMD Multidimensional Scaling = MDS merupakan suatu teknik yang bisa membantu peneliti untuk mengenali mengidentifikasi dimensi kunci yang
mendasari evaluasi objek dari responden atau pelanggan Supranto, 2010. Sebagai contoh, MDS sering dipergunakan di dalam pemasaran untuk mengenali
dimensi kunci yang mendasari evaluasi objek atau produk mobil, komputer, pasta gigi dari responden. Penggunaan lain dari MDS meliputi perbandingan mutu
fisik, persepsi kandidat politik atau isu dan bahkan penilaian mengenai perbedaan budaya cultural antara kelompok yang berbeda.
Analisis penskalaan multidimensional atau multidimensional scaling MDS ialah suatu kelas prosedur untuk menyajikan persepsi dan preferensi
pelanggan secara spasial dengan menggunakan tayangan yang bisa dilihat a visual display. Persepsi atau hubungan antara stimulus secara psikologis
ditunjukkan sebagai hubungan geografis antara titik-titik di dalam ruang multidimensional. Sumbu dari peta spasial diasumsikan menunjukkan dasar
psikologis atau
dimensi yang
mendasari yang
dipergunakan oleh
pelangganresponden untuk membentuk persepsi dan preferensi untuk stimulus. Analisis penskalaan multidimensional dipergunakan di dalam pemasaran untuk
mengenali mengidentifikasi, hal-hal berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Banyaknya dimensi dan sifatcirinya yang dipergunakan untuk mempersiapkan
merek yang berbeda di pasar. 2.
Penempatan positioning merek yang diteliti dalam dimensi ini. 3.
Penempatan merek ideal dari pelanggan dalam dimensi ini. Sementara itu, Singgih 2015 menyatakan bahwa MDS berhubungan
dengan pembuatan grafik map untuk menggambarkan posisi sebuah objek dengan objek yang lain, berdasarkan kemiripan similarity objek-objek tersebut.
Di sisi lain, Hair dkk 2009 mengungkapkan bahwa MDS, atau yang juga diketahui sebagai perceptual mapping adalah suatu cara yang memugkinkan
peneliti untuk menentukan gambar yang dirasa relatif terhadap suatu kumpulan objek lembaga, produk atau hal lain yang berkaitan dengan persepsi secara
umum. Perceptual mapping akan menghasilkan perceptual map peta persepsi. Sedangkan Richard Dean 2007 menyatakan bahwa Multidimensional Scaling
adalah sebuah metode untuk mentransformasikan data multivariat ke dalam ruang dimensi yang lebih rendah.
Tujuan dari MDS adalah untuk mentransformasikan penilaian konsumen terhadap kesamaan similarity secara keseluruhan atau preferensi misalnya
preferensi terhadap toko atau merek ke dalam jarak yang direpresentasikan pada ruang multidimensi.
Metode multidimensional scaling MDS banyak digunakan di berbagai disiplin ilmu. Beberapa aplikasi metode multidimensional scaling banyak
ditemukan dibidang ekonomi khususnya manajemen pemasaran dan bisnis, teknik, psikologi dan lain-lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, multidimensional scaling adalah: 1.
Kumpulan teknik-teknik statistika untuk menganalisis kemiripan dan ketakmiripan antar objek.
2. Memberikan hasil yang berupa plot titik-titik sehingga jarak antar titik
menggambarkan tingkat kemiripan atau ketakmiripan. 3.
Memberikan petunjuk untuk mengidentifikasi atribut tak diketahui atau faktor yang mempengaruhi munculnya kemiripan atau ketakmiripan.
Berdasarkan tipe datanya, Multidimensional Scaling dibagi menjadi dua, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Multidimensional Scaling Metrik Klasik
Skala yang digunakan dalam Multidimensional Scaling Metrik adalah skala data interval atau rasio. Penskalaan Metrik dilakukan jika jarak dianggap
bertipe rasio, missal: d
AB
= 2d
BC.
Multidimensional scaling MDS metrik mengasumsikan bahwa data adalah kuantitatif interval dan rasio. Dalam
prosedur MDS metrik tidak dipermasalahkan apakah data input ini merupakan jarak yang sebenarnya atau tidak, prosedur ini hanya menyusun bentuk
geometri dari titik-titik objek yang diupayakan sedekat mungkin dengan input jarak yang diberikan. Sehingga pada dasarnya adalah mengubah input jarak
atau metrik kedalam bentuk geometrik sebagai outputnya
.
2. Multidimensional Scaling non metrik
Skala yang digunakan dalam Multidimensional Scaling Nonmetrik adalah skala data nominal atau ordinal. Penskalaan nonmetrik dilakukan jika jarak dianggap
bertipe ordinal, missal: d
AB
d
BC,
maka begitu juga jarak pada peta. Asalkan urutannya benar, walaupun rasionya tidak sesuai maka masih diperbolehkan.
Multidimesional scaling nonmetrik mengasumsikan bahwa datanya adalah kualitatif nominal dan ordinal. Pada kasus ini perhitungan kriteria adalah
untuk menghubungkan nilai ketidaksamaan suatu jarak ke nilai ketidaksamaan yang terdekat. Program MDS nonmetrik menggunakan transformasi monoton
sama ke data yang sebenarnya sehingga dapat dilakukan operasi aritmatika terhadap nilai ketidaksamaannya, untuk menyesuaikan jarak dengan nilai
urutan ketidaksamaanya. Transformasi monoton akan memelihara urutan nilai ketidaksamaannya sehingga jarak antara objek yang tidak sesuai dengan urutan
nilai ketidaksamaan dirubah sedemikian rupa sehingga akan tetap memenuhi urutan nilai ketidaksamaan tersebut dan mendekati jarak awalnya. Hasil
perubahan ini disebut disparities. Disparities ini digunakan untuk mengukur tingkat ketidaktepatan konfigurasi objek-objek dalam peta berdimensi tertentu
dengan input data ketidaksamaannya. Pendekatan yang sering digunakan saat ini untuk mencapai hasil yang optimal dari skala nonmetrik digunakan
Kruskal’s Least-Square Monotomic Transformation dimana disparities merupakan nilai rata-rata dari jarak-jarak yang tidak sesuai dengan urutan
Universitas Sumatera Utara
ketidaksamaanya. Informasi ordinal kemudian dapat diolah dengan MDS nonmetrik sehingga menghasilkan konfigurasi dari objek-objek yang yang
terdapat pada dimensi tertentu dan kemudian agar jarak antara objek sedekat mungkin dengan input nilai ketidaksamaan atau kesamaannya. Koordinat awal
dari setiap subjek dapat diperoleh melalui cara yang sama seperti metode MDS metrik dengan asumsi bahwa meskipun data bukan jarak informasi yang
sebenarnya tapi nilai urutan tersebut dipandang sebagai variabel interval. Analisis data Multidimensional Scaling digunakan nilai-nilai yang
menggambarkan tingkat kemiripan atau tingkat ketidakmiripan antar objek yang sering disebut proximity Ginanjar, 2008. Proximity dibagi atas dua yaitu:
1. Similarity kemiripan
Yaitu jika semakin kecil nilai jaraknya, maka menunjukkan bahwa objeknya semakin mirip.
2. Dissimilarity ketidakmiripan
Yaitu jika semakin besar nilai jaraknya, maka menunjukkan bahwa objek semakin tidak mirip berbeda.
2.1.1 Prosedur Analisis Multidimensional Scaling
Berikut adalah gambar prosedur analisis multidimensional scaling:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Prosedur Analisis Multidimensional Scaling
2.1.2 Kemiripan similarity
Dalam beberapa metode yang berkaitan dengan kemiripan similarity, jarak dimaksudkan sebagai ukuran kemiripan similarity. Ukuran kemiripan
similarity ditentukan berdasarkan jarak distance antar titik. Ukuran jarak dalam bidang dua dimensi dapat ditentukan dengan menggunakan Jarak Euclidean
Euclidean Distance adalah perhitungan jarak dari dua buah titik dalam Euclidean Space. Euclidean Space diperkenalkan oleh Euclid, seorang
matematikawan dari Yunani sekitar tahun 300 sebelum masehi untuk mempelajari hubungan sudut dan jarak. Euclidean ini berkaitan dengan Teorema Phytagoras.
Untuk menghitng nlai kedekatan jarak antar objek pada peta persepsi perceptual map dapat diperoleh dengan menggunakan jarak Euclidean Distance
antara objek ke-i dengan objek ke-j:
= −
Merumuskan Masalah
Evaluasi Keandalan dan Kesahihan Memperoleh Input Data
Memilih Prosedur Penskalaan Multidimensional
Memberikan Label Nama Dimensi dan Interpretasi Konfigurasi
Menentukan Banyaknya Dimensi
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini: = Jarak antar objek ke-i dan objek ke-j
= Hasil pengukuran objek ke-i pada peubahatribut h = Hasil pengukuran objek ke-j pada peubahatribut h
2.1.3 Perceptual Map
Hair dkk 2009 mendefinisikan perceptual map peta persepsi adalah sebuah representasi visual dari persepsi seorang responden terhadap beberapa objek pada
dua atau lebih dimensi. Tiap objek akan memiliki posisi spasial pada peta persepsi tersebut yang merefleksikan kesamaan similarity atau preferensi preference ke
objek lain dengan melihat dimensi-dimensi pada peta persepsi. Perceptual map juga sering disebut peta spasial spatial map. Peta spasial
spatial map ialah hubungan antara merek atau stimulus lain yang dipersepsikan, dinyatakan sebagai hubungan geometris antara titik-titik di alam ruang yang
multidimensional koordinat coordinates, menunjukkan posisi letak suatu merek atau suatu stimulus dalam suatu peta spasial Supranto, 2010.
Untuk memperoleh peta persepsi, maka harus diperoleh stimulus koordinat. Algoritma MDS fokus pada fakta bahwa koordinat matriks X dapat
diperoleh dengan dekomposisi eigenvalue dari produk skalar matriks B = XX’. Masalah dalam mengkonstruksi D dari matriks proximity P diselesaikan dengan
mengalikan kuadrat dari matriks proximity dengan matriks J = I – n
-1
11’. Prosedur ini dinamakan double centering.
Adapaun langkah-langkah dalam menentukan posisi atau koordinat stimulus dari objek-objek yang diteliti dengan menggunakan algoritma
multidimensional scaling adalah sebagai berikut Borg and Groenen, 2005: 1.
Membentuk sebuah matriks P
2
= [ ].
2. Menghitung matriks B dengan menggunakan proses double centering :
= − yang menggunakan matriks
= − 11
dimana n adalah jumlah objek.
3. Ambil m positif terbesar dari nilai eigen eigenvalue λ
… λ pada B serta m
vektor eigen eigenvector yang sesuai …
.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebuah konfigurasi ruang m-dimensi stimulus koordinat atas n objek
diperoleh dari koordinat matriks =
Λ , dimana
adalah matriks dari m eigenvector dan
Λ adalah matriks diagonal dari masing-masing m
eigenvalue matriks B.
2.1.4 RSQ R Square
R = √+ adalah koefisien korelasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kuatnya hubungan beberapa variabel bebas X dan Y. + yaitu koefisien
determinasi berganda. Koefisien determinasi
+ merupakan ukuran yang paling sederhana yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kecocokan antara data dengan garis
estimasi regresi. Apabila data hasil pengamatan terletak dalam garis regresi maka kita akan memperoleh kecocokan yang sempurna. Namun hal itu jarang terjadi.
Umumnya hasil-hasil pengamatan itu menyebar di seputar garis estimasi regresi sehingga menghasilkan
u
-
. positif jika pengamatan-pengamatan di atas garis estimasi regresi, atau sebaliknya
u
-
. negatif jika pengamatan-pengamatan di bawah garis estimasi regresi. Total penyimpangan terdiri dari dua komponen
yaitu: jumlah kuadrat yang dapat dijelaskan oleh model regresi explained sum of square, ESS dan jumlah kuadrat penyimpangan residual residual sumof square,
RSS, sehingga: 00 = 00 + +00
1 = 00
00 + +00
00 1 =
∑3
4
5 − 36 ∑3 − 36 +
∑ u
-
. ∑3 − 36
7 89:ℎ ∶ + = ∑3
4
5 − 36 ∑3 − 36 =
00 00
Semakin besar nilai + , semakin dekat antara estimasi garis regresi dengan
data sampelnya. Dua sifat yang terdapat dalam koefisien determinasi adalah Sarwoko, 2007:
Universitas Sumatera Utara
1. Nilainya tidak pernah negatif non negative quantity
2. Memiliki nilai limit 0
+ 1. Apabila + = 1 berarti kecocokan yang sempurna, sehingga
3
4
5 = 3, di lain pihak apabila + = 0 berarti tidak ada hubungan antara regressand dengan regressor.
Koefisien determinasi mengukur proporsi atau persen total variasi variabel Y yang dapat dijelaskan oleh model regresi. Dalam multidimensional
scaling¸koefisien determinasi dikenal dengan RSQ R Square atau R kuadrat ialah kuadrat dari koefisien korelasi yang menunjukkan proporsi varian dari the
optimally scaled
data, yang
diasumsikan oleh
prosedur penskalaan
multidimensional yang merupakan ukuran kecocokanketepatan goodness of fit measure.
Dalam multidimensional scaling MDS, RSQ mengindikasikan proporsi ragam input data yang dapat dijelaskan oleh model MDS. Semakin tinggi RSQ,
semakin baik model MDS. Menurut Malhotra 2005, model RSQ dapat diterima bila RSQ 0,6.
2.1.5 STRESS
Kesesuaian solusi MDS biasanya dikaji dengan ukuran STRESS. STRESS ialah ukuran ketidakcocokan a lack of fit measure, makin tinggi nilai STRESS
semakin tidak cocok. Pada multidimensional scaling nonmetrik, hanya informasi ordinal pada proximity yang digunakan untuk mengkonstruksi konfigurasi spasial.
Sebuah transformasi monotonik dari proximity dihitung, yang menghasilkan scaled proximities. Optimally scaled proximities disebut juga sebagai disparities
== . Untuk mengetahui ukuran tingkat ketidakcocokan a lack of fit measure
output dengan keadaan sebenarnya digunakan fungsi STRESS Standarized Residual Sum of Square sebagai berikut:
0+ 00 = ? ∑ −
∑
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini : d = Matriks Proximity yang diperoleh dengan rumus Euclidean Distance.
= Disparities atau Optimally Scaled Data.
Perhitungan nilai STRESS juga dapat digunakan untuk menilai atau menentukan goodness of fit pada sebuah solusi MDS. Nilai STRESS yang kecil
mengindikasikan sebuah kecocokan yang baik, sedangkan nilai STRESS yang tinggi mengindikasikan kecocokan yang buruk. Kruskal 1994 memberikan
beberapa panduan dalam hal interpretasi nilai STRESS mengenai goodness of fit dari solusi yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Nilai Kesesuaian Fungsi STRESS
STRESS Kesesuaian Goodness of Fit
20 Buruk
10 – 20 Cukup
5,1 – 10 Baik
2,5 – 5 Sangat Baik
2,5 Sempurna
Sumber: Masuku, Paendong, Langi 2014 Semakin kecil nilai STRESS menunjukkan bahwa hubungan monoton
yang terbentuk antara ketidaksamaan dengan disparities semakin baik didapat kesesuaian dan kriteria peta persepsi yang terbentuk semakin sempurna.
2.2 Matriks
Matriks dilambangkan dengan huruf capital, misalnya A adalah susunan data dalam baris horizontal dan kolom vertikal sehingga mirip bidang empat persegi
rectangular data Gudono, 2015. Biasanya data tersebut diletakkan di dalam kurung. Data di dalam kurung tersebut disebut elemen matriks dan diberi simbol
huruf kecil dengan subscript, misalnya yang berarti data pada baris ke i dan
kolom j. Jumlah kolom dan baris merupakan dimensi matriks, sehingga matriks
Universitas Sumatera Utara
A
3x4
adalah matriks A yang memiliki 3 baris dan 4 kolom atau disebut juga matriks A berdimensi 3x4.
Elemen matriks bisa berisi rangkaian bilangan riil sehingga matriksnya disebut real-valued matricel. Notasi A
∈ R
nxm
berarti A memilki elemen bilangan riil dan berdimensi n baris m kolom. Matriks bisa juga berisi campuran antara
bilangan riil dan imajiner sehingga matriksnya disebur complex-value matrice. Matriks memilki jenis yang bermacam-macam. Salah satunya adalah matriks baris
yaitu matriks yang terdiri dari satu baris data. Sebaliknya matriks kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom data. Vektor adalah rangkaian data angka
dalam satu baris atau kolom. Oleh sebab itu matriks baris dan matriks kolom otomatis merupakan vektor. Skalar adalah sebuah angka tunggal.
Suatu matriks berukuran m ×n atau matriks m×n adalah suatu jajaran
bilangan berbentuk persegi panjang yang terdiri dari m baris dan n kolom. Matriks tersebut dinotasikan dalam bentuk:
= B …
C
…
C
… …
… …
…
C
D
Setiap bilangan
E
dalam matriks ini dinamakan elemen matriks. Indeks j dak k berturut-turut menyatakan baris dan kolom dari unsur matriks tersebut.
2.2.1 Matriks Identitas dan Determinan Matriks
Matriks identitas adalah matriks diagonal dimana nilai elemen diagonal utamanya masing-masing adalah satu sedangkan nilai elemen off-diagonalnya adalah sama
dengan nol. Matriks identitas memilki sifat seperti angka satu. Artinya, jika matriks identitas dikalikan dengan matriks lain asal dimensinya terpenuhi maka
hasilnya akan tetap sama dengan nilai semua matriks tersebut. Determinan matriks A det A atau |A| adalah skalar yang dihitung melalui
proses reduksi dan ekspansi dengan menggunakan minor dan kofaktor. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperoleh determinan matriks:
Universitas Sumatera Utara
1. Pilih baris atau kolom yang akan diekspansi dan kemudian tentukan nilai minor
M
ij
matriks B dengan cara menghitung determinan submatriks yang tersisa setelah baris i dan kolom j dihilangkan.
2. Hitung matriks kofaktor B
c
sesuai dengan nilai minor terkait dengan menggunakan rumus B
ij
= -1
i+j
M
ij
. 3.
Hitung det = ∑
I
E E C
EJ
dimana I
E
adalah nilai elemen baris 1 matriks B baris yang diekspansi.
Selain teknik tersebut ada alternatif yang mungkin lebih sederhana untuk menghitung determinan, yaitu dengan menjumlahkan hasil kali elemen-elemen
yang sejajar dengan diagonal utama dan menguranginya dengan hasil kali elemen- elemen yang berlawanan arah dengan diagonal utama.
2.3 Eigenvalue dan Eigenvector
Vektor kolom X merupakan eigenvector matriks A dan λ
adalah eigenvalue atau sering disebut juga characteristic value. Jika A adalah sebuah matriks
bujursangkar berukuran × dan X adalah suat vektor kolom, persamaan:
AX = λ
X dimana
λ adalah suatu bilangan, dapat ditulis sebagai:
B …
C
…
C
… …
C C
… … …
CC
D B…
C
D = λ B…
C
D
Atau − K +
+ ⋯ +
C C
= 0 + − K + ⋯ +
C C
= 0
C C
… … … … … … … … … … … … … … +
C C
+ ⋯ +
CC
− K
C
= 0 N
Penyelesaian tersebut akan mempunyai persamaan tak trivial jika dan hanya jika
O − K
− K …
C
…
C
… …
C C
… …
…
CC
− K O = 0
Universitas Sumatera Utara
yang dapat ditulis sebagai det − K
yang merupakan suatu suku banyak berderajat n dalam λ
. Akar dari persamaan suku banyak ini disebut eigenvalue nilai eigen dari atau nilai karakteristik dari
matriks A. Untuk setiap eigenvalue nilai eigen akan ada penyelesaian X ≠
yang merupakan suatu penyelesaian tak trivial yang dinamakan eigenvector vektor eigen atau vektor karakteristik dari nilai eigennya.
2.4 Dekomposisi Matriks
Dekomposisi decomposition adalah proses mengurai suatu materi menjadi hal yang lebih sederhana. Dalam konteks materi organik dekomposisi merupakan hal
yang esensial untuk recycling. Makna seperti ini kurang lebih diadopsi dalam analisis numeris numerical analysis atau matemaika untuk mengurai sebuah
bilangan atau matriks sesuai dengan fungsi yang membentuknya. Pada multidimensional scaling, dekomposisi matriks ini digunakan dalam algoritma
untuk memperoleh matriks koordinat. Ada beberapa macam dekomposisi, antara lain: LU decomposition dan
eigen decomposition spectral decomposition. Misalnya matriks A dapat dikomposisi menjadi A – LU, dimana L adalah lower triangulation dan U adalah
upper triangular, sehingga fungsi Ax = b dapat dikomposisi menjadi LUx = b dan Ux = L
-1
b. Setelah itu fungsi tersebut dapat dipecahkan dengan teknik penambahan dan pengalian yang lebih sederhana.
Dengan spectral decomposition matriks A dapat didekomposisi mejadi A = VDV
-1
dimana D adalah matriks diagonal yang dibentuk dari nilai eigen matriks A dan V adalah eigenvector A. Mengenai eigenvalue dan eigenvector,telah
dikenal persamaan AV = VD. Sementara itu, jika X
λ
aadalah proyeksi orthogonal pada V
λ
maka spectral decomposition dapat ditulis = K
P
+ ⋯ + K
P
. 2.5
Analisis Multivariat
Secara umum, Analisis Multivariat atau Metode Multivariat berhubungan dengan metode-metode statistik yang secara bersama-sama simultan melakukan analisis
Universitas Sumatera Utara
terhadap lebih dari dua variabel dari setiap objek Singgih, 2015. Jadi bisa dikatakan, analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat seperti
uji t atau bivariat seperti korelasi dan regresi sederhana. Multidimensional Scaling adalah salah satu metode dari analisis data
multivariat. Analisis data multivariat secara sederhana dapat didefinisikan sebagai aplikasi metode-metode yang berhubungan dengan sejumlah besar pengukuran
yang dibuat untuk setiap objek dalam satu atau lebih sampel secara simultan.Dengan kata lain, analisis data multivariat mengukur relasi simultan
antar variabel. Secara umum, metode-metode dalam analisis data multivariat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah metode-metode
dependen. Metode-metode dependen terpusat pada mencari asosiasi dari dua himpunan variabel dimana salah satu himpunan adalah realisasi dari suatu ukuran
dependen. Dengan kata lain, metode-metode dependen berusaha mencari atau memprediksi ukuran satu atau lebih kriteria berdasar himpunan variabel prediktor.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Multiple Regression, Analisis Diskriminan, Analisis Logit, Multivariate Analysis of Variance MANOVA dan
Canonical Correlation Analysis. Kelompok kedua adalah metode-metode interdepeden. Metode-metode
interdependen terpusat pada asosiasi mutual antar variabel tanpa membedakan tipe-tipe variabel. Secara umum, metode-metode ini tidak memberikan prediksi
melainkan mencoba memberikan gambaran mengenai struktur yang mendasari data dengan cara menyederhanakan kompleksitas atau dengan mereduksi data.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Principal Component Analysis, Analisis Faktor, Multidimensional Scaling MDS, Analisis Kluster, Pemodelan
Loglinear.
2.6 Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya