Proses Pembebanan Hak Tanggungan

c. yang ditunjuk Pasal 27 1 Hak milik atas satuan rumah susun yang bangunannyaberdiri di atas tanah hak-hak yang disebut di atas.

B. Proses Pembebanan Hak Tanggungan

Proses pembebanan hak tanggungan merupakansuatu proses yang terdiri atas dua tahap kegiatan, yaitu: 45 Dalam Pasal 10 UUHT ditentukan bahwa, pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yangdituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dariperjanjian utang piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnyayang menimbulkan utang tersebut. a. tahap pemberian hak tanggungan, dengan dibuatnya APHToleh PPAT, yang didahului dengan perjanjian utang piutangyang dijamin; b. tahap pendaftarannya oleh Kantor Pertanahan, yang merupakan saat lahirnya hak tanggungan yang dibebankan. Ad.a. Tahap Pemberian Hak Tanggungan. 46 45 Purwahid Patrik dan Kashadi, Op- Cit., hal.62. 46 Ignatius Ridwan Widyadharma, Undang-Undang Hak Tanggungan Atas Tanah BesertaBenda- Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Cetakan Pertama Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro, 1996, hal.66. Pemberian hak tanggungan dilakukan denganpembuatan APHT oleh PPAT sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku. Apabila obyek hak tanggunganberupa hak atas tanah yang berasal dari konversi hak lamayang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan tetapipendaftarannya belum dilakukan, pemberian hak tanggungandilakukan bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atastanah yang bersangkutan.Kemungkinan ini dimaksudkan untuk member kesempatan Universitas Sumatera Utara kepada pemegang hak atas tanah yang belum bersertipikat untuk memperoleh kredit. Di samping itu, juga untuk mendorong pensertipikatan hak atas tanah pada umumnya.Dengan adanya ketentuan ini berarti bahwa penggunaan tanahyang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yangsejenis masih dimungkinkan sebagai agunan sebagaimana diaturdalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang PerubahanAtas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. PPAT adalah pejabat umum yang berwenang membuatakta pemindahan hak atas tanah dan akta lain dalam rangkapembebanan hak atas tanah, yang bentuk aktanya ditetapkansebagai bukti dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenaitanah yang terletak dalam daerah kerjanya masing-masing. Dalamkedudukannya sebagai yang disebutkan di atas, maka akta-aktayang dibuat oleh PPAT merupakan akta otentik.Pemberian hak tanggungan dihadapan PPAT, wajib dihadiri oleh pemberi hak tanggungan, penerima hak Tanggungandan disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.Jikatanah yang dijadikan jaminan belum bersertipikat yang wajibbertindak sebagai saksi adalah Kepala Desa dan seorang anggotapemerintahan dari desa yang bersangkutan.Sebelum APHT ditandatangani PPAT wajib membacakan akta kepada para pihakyang bersangkutan dan memberikan penjelasan mengenai isi danmaksud pembuatan akta tersebut.PPAT wajib menolak permintaan untuk membuat APHTjika tanahnya masih dalam perselisihansengketa. Sehubungandengan itu karena pada umumnya PPAT tidak mengetahui tentangada atau tidaknya sengketa mengenai tanah yang bersangkutan,hal tersebut wajib dinyatakan tidak tersangkut dalam suatusengketa, Universitas Sumatera Utara dalam APHT perlu dicantumkan pemberian jaminan oleh pemberi hak tanggungan, bahwa tanah yang ditunjuk sebagaijaminan benar tidak berada dalam sengketa. 47 Tidak dicantumkannya secara lengkap hal-hal tersebutdalam APHT mengakibatkan akta yang bersangkutan batal demihukum, artinya bahwa dari semula akta itu dianggap tidakpernah ada.Ini dimaksudkan untuk memenuhi asas spesialitas dari hak tanggungan baik mengenai subyek, obyek, maupun hutangyang dijamin. Menurut Pasal 11 UUHT isi APHT dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang sifatnya wajib dicantumkan dan tidakwajibfakultatif.Isi yang sifatnya wajib maksudnya adalah bahwadi dalam akta itu harus memuat substansi yang harus ada di dalamAPHT.Hal-hal yang wajib dimuat dalam APHT, meliputi: a. nama dan identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan; b. domisili pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, danapabila di antara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia,baginya harus pula dicantumkan suatu domisili pilihandi Indonesia, dan dalam hal domisili pilihan itu tidakdicantumkan, kantor PPAT tempat pembuatan APHT dianggapsebagai domisili yang dipilih; c. penunjukan secara jelas utang atau utang-utang yang dijamin sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 10ayat 1; d. nilai tanggungan; e. uraian yang jelas mengenai obyek hak tanggungan. 48 47 Purwahid Patrik dan Kashadi, Op-Cit., hal.63 48 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2002, hal.288. Isidari APHT yang sifatnya tidak wajibfakultatif adalahbahwa isi yang dicantumkan dalam akta itu tidak diwajibkan ataubersifat pilihan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap Universitas Sumatera Utara sahnyaakta. Pihak-pihak bebas menentukan untuk menyebutkan atautidak menyebutkan janji-janji itu di dalam APHT.Dengan dimuatnyajanji-janji tersebut dalam APHT yang kemudian didaftarkan padaKantor Pertanahan, janji-janji tersebut juga mempunyai kekuatanmengikat terhadap pihak ketiga. Janji-janji yang dapat dicantumkandalam APHT, antara lain: 49 49 Ibid, hal.289 a.janji yang membatasi kewenangan pemberi hak tanggungan untuk menyewakan obyek hak tanggungan danataumenentukan atau mengubah jangka waktu sewa danataumenerima uang sewa di muka, kecuali dengan persetujuantertulis terlebih dahulu dari pemegang hak tanggungan; b. janji yang membatasi kewenangan pemberi hak tanggunganuntuk mengubah bentuk atau tata susunan obyek hak tanggungan, kecuali dengan persetujuan tertulis lebihdahulu dari pemegang hak tanggungan; c. janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk mengelola obyek hak tanggunganberdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi obyek hak tanggungan apabila debitorsungguh- sungguh cidera janji; d. janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk menyelamatkan obyek hak tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaaneksekusi atau untuk mencegah menjadi hapusnya ataudibatalkannya hak yang menjadi obyek hak tanggungan karenatidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan undang-undang; Universitas Sumatera Utara e. janji bahwa pemegang hak tanggungan pertama mempunyaihak untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek hak tanggungan apabila debitor cidera janji; f. janji yang diberikan oleh pemegang hak tanggungan pertama bahwa obyek hak tanggungan tidak akan dibersihkan dari hak tanggungan; g. janji bahwa pemegang hak tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas obyek hak tanggungan tanpapersetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang hak tanggungan; h. janji bahwa pemegang hak tanggungan akan memperolehseluruh atau sebagian dari ganti rugi yang diterima pemberi hak tanggungan untuk pelunasan piutangnya apabila obyek hak tanggungan dilepaskan haknya oleh pemberi hak tanggungan atau dicabut haknya untuk kepentinganumum; i. janji bahwa pemegang hak tanggungan akan memperolehseluruh atau sebagian dari uang asuransi yang diterima pemberi hak tanggungan untuk pelunasan piutangnya, jika obyek hak tanggungan diasuransikan; j. janji bahwa pemberi hak tanggungan akan mengosongkan obyek hak tanggungan pada waktu eksekusi hak tanggungan; k. janji yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat 4 . Meskipun sifatnya fakultatif, dan tidak mempunyaipengaruh terhadap sahnya akta dan mengingat janji-janji itukebanyakan diberikan untuk melindungi kepentingan kreditor,maka dicantumkan atau tidaknya janji itu sangat tergantung padaperan aktif dari kreditor pada saat penandatanganan dihadapanPPAT. Janji-janji tersebut sifatnya tidak limitatif tetapi enumeratif,maksudnya diluar janji-janji yang sudah disebut para pihak dapatsaja mencantumkan janji-janji lainnya. Hal ini sesuai dengan asaskonsensualitas Universitas Sumatera Utara dari hukum perjanjian, dengan pembatasan tidakboleh bertentangan dengan undang- undang, ketertiban umum dankesusilaan. Disamping pembatasan tersebut di atas, ada janji yangdilarang untuk diadakan, yaitu yang disebut dalam Pasal 12 UUHT,yaitu janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk memiliki obyek hak tanggungan apabiladebitor cidera janji, batal demi hukum. Ad.b. Tahap Pendaftaran Hak Tanggungan Menurut ketentuan Pasal 13 UUHT, pemberian hak tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahanselambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah penandatanganAPHT. 50 50 Ignatius Ridwan Widyadharma, Op- Cit., hal. 68 PPAT wajib mengirimkan APHT yang bersangkutandan warkah lain yang diperlukan kepada Kantor Pertanahan.Pendaftaran hak tanggungan dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuatkan buku tanah hak tanggungan danmencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi obyek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertipikathak atas tanah yang bersangkutan. Mengenai tanggal buku-buku hak tanggungan adalahhari ke tujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yangdiperlukan bagi pendaftarannya dan jika hari ketujuh itu jatuh padahari libur, buku tanah yang bersangkutan diberi tanggal hari kerjaberikutnya. Kepastian tanggal buku tanah itu dimaksudkan agarpembuatan buku tanah Hak Tanggungan tidak berlarut-larutsehingga dapat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan dan memberikan kepastian hukum.Dengan adanya hari tanggal buku tanah hak tanggungan, maka hak tanggungan itu lahir, asaspublisitas terpenuhi dengan dibuatnya buku tanah hak tanggungan dan hak tanggungan mengikat kepada pihak Universitas Sumatera Utara ketiga. 51 Dalam hal ini hak atas tanah yang dijadikan jaminan belum bersertipikat, tanah tersebut wajib disertipikatkan terlebihdahulu sebelum dilakukan pendaftaran hak tanggungan yangbersangkutan.Waktu hari ketujuh yang ditetapkan sebagai tanggal buku tanah hak tanggungan tersebut dalam hal yang demikian,dihitung sejak selesainya pendaftaran hak atas tanah yangbersangkutan.Setelah dipenuhinya semua syarat dan waktusebagaimana tersebut di atas, maka Kantor Pertanahan akan menerbitkan sertipikat hak tanggungan sebagai tanda bukti adanya hak tanggungan, yang memuat irah-irah dengan kata-kata“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Apabiladebitor cidera janji maka benda jaminan siap untuk dieksekusiseperti halnya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatanhukum tetap melalui tata cara dan dengan menggunakan lembagaparate eksekusi sesuai dengan Peraturan Hukum Acara Perdata.Jika tidak diperjanjikan lain, maka sertipikat hak atastanah yang telah dibubuhi catatan pembebanan hak tanggungandikembalikan kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan untuk sertipikat hak tanggungan diserahkan kepada pemegang hak tanggungan kreditur. 52 Sebab-sebab yang menghapuskan hak Tanggunganditentukan dalam Pasal 18 ayat 1 UUHT, yaitu dikarenakanhal-hal sebagai berikut: 53 a. Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan, sesuai dengan sifat accessoir dari hak tanggungan, adanya hak tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya, apabila piutang itu hapuskarena pelunasan atau sebab-sebab lain dengan sendirinya hak tanggungan yang bersangkutan menjadi hapus juga. 51 Purwahid Patrik dan Kashadi, Op-Cit., hal.64-65 52 Ignatius Ridwan Widyadharma, Op-Cit., hal. 70. 53 Purwahid Patrik dan Kashadi, Op- Cit., hal.78. Universitas Sumatera Utara b. Dilepaskannya hak tanggungan tersebut oleh pemegang hak tanggungan, dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis mengenai dilepaskannya hak tanggungan tersebut oleh pemegang hak tanggungan kepada pemberi hak tanggungan. c. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapanperingkat oleh Ketua Pengadilan Negeri, terjadi karena permohonan pembeli hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan tersebut, agar hak atas tanahyang dibelinya itu dibersihkan dari beban hak tanggungan yangmelebihi harga pembelian sebagaimana diatur dalam Pasal 19. d. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan, hapusnya hak atas tanah tidak menyebabkanhapusnya piutang yang dijamin. Piutang kreditur masih tetapada, tetapi bukan lagi piutang yang dijamin secara khususberdasarkan kedudukan istimewa kreditur. Hak atas tanahdapat hapus antara lain karena hal-hal sebagaimana disebutdalam Pasal 27, Pasal 34 dan Pasal 40 UUPA atau peraturanperundang- undangan lainnya. Dari ketentuan Pasal 18 ayat 1 UUHT tersebut, dapat diketahui bahwa hak tanggungan dapat sengaja dihapuskandan dapat pula hapus karena hukum. hak tanggungan dapatdihapuskan karena dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan atau karena dilakukan pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat olehKetua Pengadilan Negeri, sedangkan hak tanggungan dapathapus karena hukum karena hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan dan karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan. 54 54 Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit., hal.152-153 Untuk menjamin kepastian hukum, menurut Pasal 18ayat 1 dan 2 UUHT maka terhadap hak tanggungan yang telahhapus, Kantor Pertanahan mencoret catatan adanya beban hak tanggungan pada Universitas Sumatera Utara buku tanah dan sertipikat hak atas tanah. Sertipikat hak tanggungan ditarik dan buku tanah hak tanggungan dinyatakan tidak berlaku oleh Kantor Pertanahan.Dalam Pasal 22 ayat 4 UUHT, bahwa pencoretan sebagaimanadimaksud dilakukan berdasarkan permohonan yang diajukan olehdebitur dengan melampirkan sertipikat hak tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditur bahwa telah dilunasinya piutang yangdijamin dengan hak tanggungan atau pernyataan tertulis dari kreditur bahwa telah dilunasinya piutang yang dijamin dengan hak tanggungan atau kreditur melepaskan hak tanggungan tersebut. Pencoretan hak tanggungan dapat pula dilakukan dalamhal sebagai berikut: 55 dapat mengajukan banding, kasasi, bahkan masih terbukakesempatan untuk meminta peninjauan kembali.Sehubungan dengan itu, bagi kreditur pemegang hak tanggungan a. perintah Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan pihak yang berkepentingan apabila kreditur tidak bersedia memberikan pernyataan tertulis bahwa hak tanggungan itu telah lunas atau kreditor melepaskan hak tanggungan yang bersangkutan; b. pelaksanaan roya parsial apabila diperjanjikan pelunasan utang dilakukan secara angsuran, dan c. obyek hak tanggungan dilelang atau dijual melaluisecaradibawah tangan. Dalam hubungan utang piutang yang dijamin maupun tidak dijamin dengan hak tanggungan, jika debitur cidera janjieksekusi dilakukan melalui gugatan perdata menurut Hukum AcaraPerdata yang berlaku. Perlu diketahui bahwa penyelesaianutang piutang yang bersangkutan melalui acara ini memerlukanwaktu, karena pihak yang dikalahkan ditingkat Pengadilan Negeri 55 Habib Adjie, Hak Tanggungan Sebagai Lembaga Jaminan Atas Tanah Bandung :CV. Mandar Maju, 1999, hal.21. Universitas Sumatera Utara selain gugatan perdata, disediakan lembaga eksekusi khusus.Ciri khusus hak tanggungan sebagaihak jaminan atas tanah adalah mudah dan pasti pelaksanaaneksekusinya, adalah perwujudan ciri tersebut berupa duakemudahan yang disediakan khusus oleh hukum bagi kreditur pemegang hak tanggungan dalam hal debitur cidera janji. Dalam hak tanggungan, apabila debitur cidera janji maka obyek hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungandijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukandalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pemegang hak tanggungan berhak mengambil seluruh atausebagian dari hasilnya untuk pelunasan piutangnya, denganhak mendahulu daripada kreditor-kreditor yang lain, inilah yang disebut dengan eksekusi hak tanggungan. 56 Eksekusi hak tanggungan sebagaimana diaturdi dalam Pasal 20 UUHT, maka pelaksanaannya dapat dilakukandengan tiga cara, yaitu: 57 a. hak pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelanganumum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6.Hak untuk menjual obyek hak tanggungan ataskekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan darikedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang hak tanggungan atau pemegang hak tanggungan pertamadalam hal terdapat lebih dari satu pemegang hak tanggungan.Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh pemberi hak tanggungan, bahwa apabila debitur cidera janji, pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual obyek hak tanggunganmelalui pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari pemberi hak tanggungan dan selanjutnya mengambilpelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu lebih dahuludaripada 56 Purwahid Patrik dan Kashadi, Op. Cit., hal.83. 57 H. Salim HS, Op. Cit., hal.188. Universitas Sumatera Utara kreditur-kreditur yang lain. Sisa hasil penjualan tetap menjadi hak pemberi hak tanggungan penjelasanPasal 6 UUHT. b. Eksekusi atas title eksekutorial yang terdapat pada sertipikatHak Tanggungan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14ayat 2 UUHT.Irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa” yang dicantumkan pada sertipikat hak tanggungandimaksudkan untuk menegaskan adanya kekuatan eksekutorial pada sertipikat hak tanggungan, sehingga apabila debiturcidera janji, siap untuk dieksekusi seperti halnya suatu putusanpengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,melalui tata cara dan dengan menggunakan lembaga parateexecutie sesuai dengan Hukum Acara Perdata. c. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan, penjualan obyek hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawahtangan, jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh hargatertinggi yang menguntungkan semua pihak. Syarat-syaratpenjualan di bawah tangan itu sebagai berikut: 1 hal tersebut telah disepakati oleh pemberi dan pemegang hak tanggungan; 2 pelaksanaan penjualan dapat dilakukan setelah satu bulansejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi danatau pemegang hak tanggungan kepada pihak-pihak yangberkepentingan; 3 diumumkan sedikit-dikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan danatau mediamassa setempat, serta; 4 tidak ada pihak yang menyatakan keberatan. Persyaratan yang dimaksud ialah untuk melindungi pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya para pemegang hak tanggungan dan pemberi hak tanggungan. Universitas Sumatera Utara C. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Atas Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Yang Sedang Dibebani Hak Tanggungan Dalam pemberian fasilitas kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian kredit oleh kreditur kepada debitur bukanlah tanpa resiko, karena resiko mungkin saja terjadi khususnya karena debitur tidak wajib membayar utangnya secara lunas atau tunai, melainkan debitur diberi kepercayaan oleh Undang-Undang dalam perjanjian kredit untuk membayar belakangan secara bertahap atau mencicil. Resiko yang umumnya terjadi dalam perjanjian kredit ialah kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan kredit resiko kredit, resiko yang timbul karena pergerakan pasar resiko pasar, serta resiko karena adanya kelemahan aspek yuridis yang disebabkan adanya tuntutan hukum dan ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung. Dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan, terkadang timbul masalah yang dapat merugikan pihak kreditur yakni ketika salah satunya ketika terjadinya pembatalan terhadap sertipikat hak atas tanah yang sedang dibebani hak tanggungan, akibat adanya gugatan dari pihak lain terhadap objek jaminan tersebut sebagaimana pada putusan Mahkamah Agung Nomor 140 KTUN2011, yang pada putusan tersebut hakim memutuskan bahwa sertipikat hak milik atas tanah yang tercatat atas nama debitur pada saat proses penerbitannya mengandung cacat prosedur dan berdasarkan putusan tersebut yang menjadi dasar bagi pihak Badan Pertanahan Nasional melakukan pembatalan atas sertipikat hak milik atas tanah tersebut. Akibat dari pembatalan tersebut kreditur kehilangan barang jaminannya, karena telah terjadi perubahan status kepemilikan dari tanah tersebut yang mengakibatkan debitur bukanlah Universitas Sumatera Utara pemilik yang sah dari tanah tersebut dan hal tersebut menyebabkan hapusnya hak tanggungan. Namun bukan berarti dengan hapusnya hak tanggungan tersebut menyebabkan hutang-piutang antara debitur dan kreditur juga hapus, karena lahirnya hak tanggungan dari adanya suatu perjanjian hutang piutang yang dibuat debitur dan kreditur. Pada Pasal 18 ayat 1 huruf d UUHT menjelaskan bahwa hak tanggunganhapus karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan. Jika didasari dari ketentuan ini maka dengan adanya pembatalan hak sertipikat hak milik yang sedang dijaminkan maka hapuslah hak debitur atas tanah tersebut dan berarti hak tanggungan terhapus, namun bukan berarti hutang juga terhapus sebagaimana dijelaskan pada Pasal 18 ayat 4 bahwa hapusnya hak tanggungan karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan tidak menyebabkan hapusnya utang yang dijamin. Dari ketentuan Pasal 18 ayat 4 ini yang memberikan perlindungan kepada pihak kreditur apabila hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan hapus. Dengan hapusnya hak tanggungan karena hapusnya hak atas tanah akan menyebabkan kreditur kehilangan barang jaminan untuk pelunasan utang debitur dan hal tersebut berdampak pada ketika debitur wanprestasi, kreditur tidak bisa lagi melakukan penjualan secara lelang sebagaimana karakteristik dari hak tanggungan, kreditor harus melakukan upaya-upaya hukum lainnya, baik melalui jalur litigasi maupun non litigasi. Hapusnya hak tanggungan atas tanah yang menjadi jaminan tersebut mempunyai akibat hukum, yaitu berubahnya posisi kreditor, yang semula berkedudukan sebagai preferen yang mempunyai hak kebendaan kemudian menjadi kreditur konkuren yang mempunyai hak perseorangan. Universitas Sumatera Utara Dalam sebuah perjanjian yang menimbulkan perikatan pada umumnya selalu terdapat suatu kesepakatan antara kreditur dan debitur atas perikatan yang mereka perbuat. Kreditur telah memberi fasilitas pinjaman hutang kepada debitur dan debitur harus dapat melunasi hutang-hutangnya kepada kreditur dan apabila debitur tidak mampu melakukan prestasi atas ketentuan perjanjian utang piutang yang dibuat antara debitur dan kreditur, maka harta kekayaan debitur menjadi pelunasan untuk seluruh utangnya kepada kreditur sebagaimana dijelaskan pada Pasal 1131 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dijadikan rujukan terhadap permasalahan ini yang mana bunyinya “ bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan. Ketentuan pada Pasal tersebut merupakan suatu asas dalam setiap perikatan, yang mana bahwa setiap hutang harus dilakukan pelunasannya, dan barang bergerak maupun tidak bergerak menjadi tanggungan untuk pelunasannya hutang debitur tersebut, dari ketentuan inilah yang menjadi perlindungan bagi kreditur untuk pelunasan uutang debitur.

D. Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 140 KTUN2011 1. Duduk Perkara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Hak Keperdataan Warga Masyarakat Di Atas Tanah Yang Berada Dalam Kawasan Hutan Berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI No. 463/Menhut-II/2013 di Kota Batam.

5 126 167

Kajian Yuridis Peralihan Hak Atas Tanah Warisan Yang Sedang Dibebani Hak Tanggungan

6 97 129

Akibat Hukum Pemecahan Sertipikat (Tanda Bukti Hak) Atas Tanah Yang Sedang Terikat Hak Tanggungan

6 62 122

Analisis Hukum Atas Advis Planing Pengurusan Hak Dijalur Pinggiran Sungai Di Medan

0 21 120

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Tinjauan Yuridis Atas Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Yang Telah Bersertifikat Hak Milik (Study Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2725 K/Pdt/2008)

1 55 132

Pemberian Hak Tanggungan Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat (Tinjauan Yuridis Terhadap Praktek Bank Dan Ppat Di Kota Lhokseumawe

3 75 151

BAB II FAKTOR YANG MENYEBABKAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG SEDANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN DIBATALKAN PENGADILAN PADA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 140KTUN2011 - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur atas Pembatalan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah y

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur atas Pembatalan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah yang Sedang Dibebani Hak Tanggungan.(Studi Putusan Mahkamah Agung, No.140 K/TUN/2011)

0 0 15

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur atas Pembatalan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah yang Sedang Dibebani Hak Tanggungan.(Studi Putusan Mahkamah Agung, No.140 K/TUN/2011)

0 0 15