2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique. Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat
dari melakukan suatu pekerjaan. 3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay.
Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar kekuasaankendali pekerja.
3.5. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Standar Berdasarkan
Waktu Standar
Waktu standar sangat diperlukan terutama sekali untuk man power planning perencanaan kebutuhan tenaga kerja. Waktu baku ini merupakan
waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Disini sudah
meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan. Setelah waktu baku waktu standar
telah diketahui serta data sudah seragam dan sudah mencukupi maka dilanjutkan dengan perhitungan jam kerja produktif dan waktu total pengerjaan
produk, untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja standar. Jumlah tenaga kerja optimal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut: Jumlah tenaga kerja standar =
Waktu standar
Universitas Sumatera Utara
3.6. Perbandingan Algoritma Kilbridge Wester, Helgeson Birnie, dan
Moodie Young
11
11
Teguh Baroto. Simulasi Perbandingan Algoritma Region Approach, Positional Weight dan Moodie Young dalam Efisiensi dan Keseimbangan Lini Produksi. Malang: Universitas
Muhammadiyah, 2004h. 9-10.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Teguh Baroto di Laboratorium Simulasidan Optimasi Sistem Produksi Universitas Muhammadiyah Malang
tentang ketiga metode di atas. Peningkatan efisiensi merupakan alternatif penting untuk peningkatan daya saing. Meminimalkan idle adalah salah satu cara
peningkatan efisiensi. Penyusunan atau pengaturan operasi-operasi produsi yang semula banyak menjadi beberapa stasiun kerja yang lebih sedikit akan dapat
menurunkan total menganggur idle. Pengaturan operasi dapat dilakukan dengan aplikasi konsep line balancing. Dalam konsep line balancing, terdapat banyak
alternatif proseduralgoritma. Sebagai hipotesa, tiap algoritma semestinya akan memberikan model
pengaturan stasiun kerja pengelompokan operasi yang berbeda-beda. Perbedaan model pengaturan ini akan menyebabkan perbedaan jumlah idle. Perbedaan
jumlah idle akan mempengaruhi tingkat efisiensi. Pertanyaannya adalah, pada kasus-kasus seperti apakah suatu algoritma
line balancing akan memberikan efisiensi tertinggi? Penelitian ini diharapkan akan menemukan karakteristik kasus-kasus
produksi yang memiliki efisiensi tinggi bila digunakan algoritma secara eksklusif. Bila eksklusifitas ini didapatkan, akan dapat dirumuskan suatu rekomendasi dalam
pemilihan algoritma line balancing.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai batasan, yang dimaksud kasus adalah bagan proses operasi atau Operation Process Chart OPC. Dalam prosedur line balancing, OPC ini akan
disederhanakan menjadi suatu precedence diagram. Precedencece diagram adalah simbolisasi proses produksi menjadi tanda panah dan lingkaran.
Pada penelitian ini dibandingkan kinerja antara tiga algoritma keseimbangan lintasan yaitu Algoritma Helgeson Birnie, Algoritma Moodie
Young, dan Algoritma Kilbridge Wester dalam kaitannya dengan peningkatan produktifitas. Penelitian dilakukan secara simulatif numerik dengan memunculkan
berbagai kasus lini produksi yang berbeda-beda. Berdasar kriteria tingkat efisiensi line efficiency dan tingkat keseimbangan smoothing index, dihasilkan empat
kesimpulan. Pertama, algoritma Moodie Young cocok digunakan untuk precedence diagram yang berawal dari satu atau banyak operasi terpisah namun
menyatu dalam suatu elemen operasi dan diakhiri pada satu elemen operasi. Kedua, algoritma Helgeson Birnie cocok digunakan untuk precedence diagram
yang dimulai dari satu operasi dan selanjutnya bercabang menjadi dua atau lebih dan selanjutnya diakhiri pada lebih dari satu operasi. Ketiga, tidak ada suatu
precedence diagram spesifik yang cocok untuk algoritma Kilbridge Wester. Keempat, tidak ada algoritma terbaik untuk precedence diagram berbentuk: satu
jalur lurus; atau berawal dari satu atau banyak operasi mandiri, bertemu lalu bercabang dan berakhir pada banyak elemen operasi; precedence yang berawal
dari satu operasi bercabang, bertemu lagi disatu elemen operasi, bercabang lagi, dan bersatu lagi serta berakhir pada satu elemen.
Universitas Sumatera Utara
Untuk membuat generalisasi, gambar precedence diagram harus disusun dan diringkas terlebih dahulu. Setelah itu, precedence diagram dalam tiap
kelompok dinyatakan dalam suatu teori berdasar kemiripan karakteristiknya. Berikut ini generalisasi yang dapat dilakukan.
Algoritma Moodie Young memberikan hasil yang lebih baik dibanding algoritma Helgeson Birnie dan Kilbridge Wester. Metode yang sesuai pada
penelitian ini adalah metode moodie young tipe c. Pada precedence diagram seperti pada Gambar 3.1.
Algoritma Helgeson Birnie memberikan hasil yang lebih baik dibanding algoritma Moodie Young dan Kilbridge Wester pada precedence diagram seperti
seperti Gambar 3.2.
1 6
4 4
2 5
5 3
5 6
2 7
2 8
3 5
9 4
10 4
1 3
2 5
3 6
4 2
7 4
5 5
6 2
8 4
9 5
10
a b
1 3
2 6
3 4
5 5
5 6
2 8
7 4
9 10
5 4
2
1 3
2 6
5 3
4 4
10 6
7 5
2 5
5 8
2 9
2 4
c d
Universitas Sumatera Utara
1 5
3 6
5 5
2 7
4 9
2 4
4 3
5 6
2 8
10
1 5
3 6
2 7
2 8
4 5
5 4
5 6
2 10
5 3
4 9
e f
Gambar 3.1. Precedence Diagram yang Sesuai untuk Metode Moodie Young
5 5
6 3
2 4
4
4 2
5
6 4
3 5
2 2
5 5
4 4
a
b
Gambar 3.2. Precedence Diagram yang Sesuai untuk Metode Helgeson Birnie
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Indonesia Asahan Aluminium yang bergerak dalam bidang peleburan aluminium yang berlokasi di Jl. Kuala Tanjung
Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara. Waktu penelitian dilakukan pada April 2016.
Gambar 4.1. Lokasi Pabrik PT. Indonesia Asahan Aluminium 4.2
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif dan metode yang digunakan adalah metode Moodie Young untuk melihat keseimbangan
lintasan kerja.
4.3 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah pot reduksi pada stasiun 2 pot line 2.
Universitas Sumatera Utara