Penduduk dan Mata Pencarian

ikan laut dan kepiting di dalam air diantara pohon-pohon bakau. Di pantai mutiara ini juga tersedia restoran dengan sajian ikan-ikan laut dan juga pondok-pondok santai. h. Pantai Gudang Garam Di Pantai Gudang Garam tersedia fasilitas penginapan hotel dilengkapi AC, Restoran seafood, karokemusic dan pondok-pondok santai serta beberapa kolam pancing. Hamparan pasir putih di sepanjang pantai dilokasi objek wisata ini sangat menarik dan dapat dijadikan tempat bermain volley pantai serta permainan pantai lainnya. i. Pantai Kelang Pantai Kelang ini letaknya 45 km dari ibu kota propinsi dan 28 km dari ibu kota kabupaten, dipantai kelang ini udara nya sangat sejuk dan segar udah sangat terasa begitu memasuki daerah sekitar pantai kelang ini. Dibawah pepohonan yang rindang pengunjung dapat bersantai sambil menikmati beraneka ragam makanan yang begitu lezat seperti makanan laut yang dijual di sekitar pantai. Hamparan putih dipesisir pantai dimanfaatkan sebagai arena bermain volley pantai maupun olah raga lainnya. Dipantai kelang juga terdapat panggung terbuka dan juga pondok-pondok untukberistirahat.

3.3 Penduduk dan Mata Pencarian

Pantai cermin didiami oleh penduduk dari beragama etnis suku bangsa agama dan budaya agama terdapat Agama Islam, Kristen, Budha, sedangkam suku terdapat Karo, Melayu,Tapanuli, Simalungun, Jawa, dengan mayoritas suku melayu. Universitas Sumatera Utara Kerukunan, gotong-royong, keramahan masyarakat daerah pantai cermin, itu lah yang membuat semakin kondusif dan tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisai dengan berbagai perubahan yang begitu cepat . Masyarakat sebagaian besar mata pencarian adalah petani, pedagang, nelayan bekerja sebagai buruh pabrik, karena disana ada juga terdapat perkebunan seperti sawit. Disini masyarakat pantai cermin mempunyai acara spiritual untuk mengindari berbagai penyakit dan malapetaka dikecamatan pantai cermin, maka masyarakat setempat melaksanakan upacara spiritual atau tolak bala. Dan setelaha acara tolak bala itu selesai selama 7 hari masyarakat tidak bole melakukan penyembelihan ayam, menyahuti panggilan orang dari luar rumah atau dalam rumah, menghempaskan pakaian yang telah dicuci, anak-anak tidak bole keluar maqrib, mengucapkan kata-kata kotor dan membuat bunyi-bunyian yang berasal dari tangan. Apabila larangan itu dilanggar, maka warga setempat akan menanggung biaya ritual dan perbuatan itu sendiri. Acara langsung dipimpin para pawing yang memakai baju hitam, kuning dan putih sambil membacakan zikir dan doa yang diikuti ratusan warga yang terdiri dari nelayan dan petani. Tepung tawar ritual dilengkapi dengan daun sirih, pinang dan lainnya yang dimasukan kedalam sumpit. Bambu kuning yang berukuran setengah meter sebanyak 500 batang yang diikat dengan kain tiga 3 warna kuning, hitam, putih dibawa oleh warga dan pulut berwarna kuning, putih, hitam. Selanjutnya bahan yang telah dipersiapkan digelar penancapan bendera tiga warna Kuning, Putih, Hitam ditepi sungai dihari terahkir ritual tolak bala tersebut Universitas Sumatera Utara selain membacakan doa-doa selamat, seluruh warga yang mengikuti ritual dan para pawang mengelar acara makan bersama tanda acara ritual itu berahkir. Menurut Sahar, H Kocik, Mujar, Sakban mengungkapkan bahwa ritual itu dilakukan agar tolak bala yang pertama dilakukan untuk menghindari malapetaka yang tidak diketahui kapan datangnya. Sedangkan menurut Kades Kuala Lama Usman, ritual tersebut bertujuan untuk membebaskan masyarakat sekitar bebas dari penyakit, benda atau wilayah dari ancaman bahaya yang mungkin akan terjadi, jadi bagi masyarakat sekitar beranggap bahwa tolak bala atau buang sial, pada intinya ritual ini memajatkan doa kepada Tuhan YME agar diberikan pertolongan dari ancaman bahaya. Universitas Sumatera Utara BAB IV PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI PANTAI CERMIN

4.1 Masyarakat Harus Sadar Wisata