Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

ILHAM FAUZI DAULAY 050501054

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi 2009


(2)

ABSTRACT

Investment has a big role in real sector of Indonesia Economy, especially medan city’s to recover from economic crises bringing suffer to Indonesia population. This writing analyzes investment by investor in three approaches and describes several factors which influence it. The factors , as, Gross Regional Domestic Product, Intrest Rate, and Government Advenditure, affect investment in different ways, respectively. Gross Regional Domestic Product and Goverment Advenditure has positive. It show the increase of Gross Regional Domestic Product and Government Advenditure. Cause investment by investor raise, Intrest rate has a negative correlation with investment. It means that the rising of intrest rate causes investment by investor tend to decline or the low of Intrest rate will make investment. Non-economic factors such as, Indonesian stability and sociopolitic, influence investment. The worse the non economic factors cause the more decrease in investment. So, government must keep the Indonesian stability being stable.

Keyword: Gross Regional Domestic Product, Intrest rate, Government Advenditure


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Penuh rasa syukur ke hadirat Allah SWT dan diiringi ucapan “Alhamdulilahirabbil’alamin”, karena anugerah-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Di Kota Medan”.

Dalam tulisan ini penulis banyak menerima bantuan, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, terutama kepada :

1 . Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2 . Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3 .Bapak Irsyad Lubis, Ph.D sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4 . Ibu DR. Murni Daulay, Msi sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan masukan, saran dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.


(4)

5 . Bapak Drs. Sahrir Hakim Nasution sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

6 . Ibu Dra. T. Diana Bakti, Msi sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 7 . Seluruh staf Pengajar dan staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

8 . Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi penulis.

9 . Seluruh staf pegawai Bank Indonesia Cabang Medan.

10 . Staf pegawai Kantor BAINPROM Provinsi Sumatera Utara.

11 . Buat teman-teman Departemen Ekonomi Pembangunan 2005, HMD EP khususnya Akhirul Saleh, Arifin Nur, Egi Dana, Yuril, Deni dan teman-teman yang lain, terima kasih atas dukungan, kebersamaan, dan doa selama di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan buat orang tua tercinta H Ali Masran Daulay, S.Pd, MA dan Dra. Hj Nikmah Simangunsong, SE dan keempat adikku Nanda Masraini Daulay, Khairunnisa Daulay, Rizki Ramadhani Daulay, M. Hatta Rajasa Daulay.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu diharapkan saran maupun kritikan yang sifatnya membangun sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan di lain kesempatan.


(5)

Semoga kiranya skripsi dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2009


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesa ... 4

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi ... 6

2.1.1 Pengertian Investasi ... 6

2.1.2 Jenis-jenis Investasi ... 8

2.1.3 Sumber-sumber Dana Investasi ... 9

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Investasi ... 10

2.1.5 Pengaruh Investasi dalam Perekonomian ... 15

2.2 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ... 20

2.2.1 Metode Penghitungan PDRB ... 21

2.2.2 Analisis ICOR ... 22

2.3 Tingkat Suku Bunga ... 23

2.3.1 Teori-teori Suku Bunga ... 24

2.3.2 Perhitungan Tingkat Suku Bunga ... 27

2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Kenaikan Suku Bunga ... 30

2.3.4 Faktor-faktor Penyebab Penurunan SukuBunga ... 30

2.4 Pengeluaran Pemerintah ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 35

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 36


(7)

3.5 Analisis Data ... 36

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 38

3.7 Definisi Operasional ... 43

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 44

4.1.1 Fisiografi ... 44

4.1.2 Iklim ... 46

4.1.3 Demografi ... 46

4.1.4 Struktur Pemerintahan ... 49

4.2 Potensi Daerah ... 53

4.2.1 Lingkungan Bisnis ... 53

4.2.2 Peluang Bisnis ... 57

4.2.3 Dukungan Infrastruktur Perkotaan ... 63

4.3 Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 66

4.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 69

4.3.2 Uji T-Statistik ... 69

4.3.3 Uji F-Statistik ... 73

4.3.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel

4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan dari Tahun 1988-2007 ... 47 4.2 Paradigma Baru dan Peran Pemerintah Daerah Kota

Medan ... 52 4.3 Daftar Komoditi Industri Skala Kecil dari Segi Pasar

di Kota Medan ... 59 4.4 Daftar Prioritas Komoditi Industri Besar dan Sedang

dari Segi Pasar di Kota Medan ... 60 4.5 Produk Unggulan Kota Medan Berdasarkan

Nilai Bobot Analytycal Hierarchy Process (AHP) ... 61 4.6 Hasil Rating Komoditas Unggulan Kota Medan

Berdasarkan Nilai Intervensi ... 62 4.7 Hasil Estimasi PDRB (X1), Tingkat Suku Bunga (X2),

dan Pengeluaran Pemerintah (X3) terhadap Pertumbuhan


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Grafik

4.1 Uji t-statistik (PDRB) (X1) ... 70

4.2 Uji t-statistik Tingkat Suku Bunga (X2) ... 71

4.3 Uji t-statistik Pengeluaran Pemerintah (X3) ... 72


(10)

ABSTRACT

Investment has a big role in real sector of Indonesia Economy, especially medan city’s to recover from economic crises bringing suffer to Indonesia population. This writing analyzes investment by investor in three approaches and describes several factors which influence it. The factors , as, Gross Regional Domestic Product, Intrest Rate, and Government Advenditure, affect investment in different ways, respectively. Gross Regional Domestic Product and Goverment Advenditure has positive. It show the increase of Gross Regional Domestic Product and Government Advenditure. Cause investment by investor raise, Intrest rate has a negative correlation with investment. It means that the rising of intrest rate causes investment by investor tend to decline or the low of Intrest rate will make investment. Non-economic factors such as, Indonesian stability and sociopolitic, influence investment. The worse the non economic factors cause the more decrease in investment. So, government must keep the Indonesian stability being stable.

Keyword: Gross Regional Domestic Product, Intrest rate, Government Advenditure


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang. Investasi tercipta dari pendapatan yang di tabung atau dari penanaman modal baik secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai pihak dengan tujuan memperbesar output dan meningkatkan pendapatan di kemudian hari. Investasi yang lazim di sebut dengan istilah penanaman modal, akan memberikan banyak pengaruh kepada perekonomian suatu Negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil, yaitu daerah.

Adakalanya pada suatu tingkat pendapatan nasional tertentu, tingkat investasi mencapai tingkat yang tinggi dan menjadi sangat berbeda pada saat-saat lainnya. Hal ini dapat dimungkinkan karena besarnya tingkat investsi yang sangat bergantung kepada besarnya harapan yang akan dicapai di masa yang akan datang. Apabila ramalan di masa akan datang prospektif, maka ada kecenderungan para investor akan melakukan lebih banyak investasi, dan begitu pula sebaliknya.

Secara umum fluktuasi tingkat investasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:


(12)

(ii) Tingkat suku bunga

(iii) Perubahan dan perkembangan teknologi (iv) Tingkat pendapatan nasional dan fluktuasinya (v) Tingkat keuntungan perusahaan

Seperti dikethui bahwa investasi melalui proses multiplier-nya akan menciptakan pertambahan dalam pendapatan nasional. Investasi pada tahap awal melalui mulplier effect akan menyebabkan permintaan produktif masyarakat meningkat, hal ini akan mendorong tumbuhnya jenis investasi lain.

Ada dua peran investasi dalam makro ekonomi. Pertama, karena merupakan pengeluaran yang cukup besar dan tidak mudah habis. Perubahan besar dalam investasi akan sangat mempengaruhi permintaan Agregat dan ahirnya akan berpengaruh juga pada output dan kesempatan kerja. Kedua, investasi akan mendorong terjadinya akumulasi modal, penambahan stok bangunan gedung dan peralatan penting lainnya akan meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan suatu bangsa di bidang ekonomi untuk jangka panjang.

Dengan demikian investasi memainkan dua peran yakni mempengaruhi output jangka pendek melalui dampaknya terhadap permintaan Agregat dan mempengaruhi laju pertumbuhan output jangka panjang melalui dampak pembentukan modal terhadap output potensial dan penawaran Agregat.

Pada lingkup Kota Medan, tingkat Investasi juga terjadi di berbagai sektor, terutama setelah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997. hal ini dapat di pahami, karena kota medan berkedudukan sebagai ibu kota propinsi, dimana kota


(13)

Medan juga berperan sebagai pusat kegiatan ekonomi yang memiliki potensi dan daya tarik di sumatera utara, sehingga merupakan pasar potensial bagi kegiatan investor, di samping itu Kota Medan memiliki berbagai macam keunggulan baik di sektor pertanian, industri, pariwisata, kelautan dan jasa. Yang harus digali dan dikembangkan lagi untuk kemajuan Kota Medan.

Guna mengetahui sejauh mana investasi di Kota Medan maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini apakah PDRB, tingkat suku bunga dan pengeluaran pemerintah mempengaruhi investasi di Kota Medan?

1.3 Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada yang masih perlu dikaji kebenarannya melalui data-data yang terkumpul, dari permasalahan yang ada maka hipotesanya adalah sebagai berikut :

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) akan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat investasi.

2. Tingkat Suku Bunga akan mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat investasi.


(14)

3. Pengeluaran Pemerintah akan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat investasi.

1.4 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap investasi.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap investasi. 3. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemeritah terhadap investasi. 1.5 Manfaat penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai investasi.

2. Hasil penelitian juga dapat dijadikan referensi bagi penulis lainnya. 3. Hasil penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan

penulis dalam melakukan penelitian.

4. Sebagai penambah, pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang ada menyangkut topik yang sama.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Ada banyak peendapat yang di kemukakan oleh berbagai pihak terhadap pengertian tentang investasi. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,pembukaan tanah baru dan sebagainya. Investasi juga di artikan sebagai pengeluaran yang di lakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri- industri.

Dalam perhitungan pendapatan nasional dan ststistik, investasi meliputi hal yang lebih luas lagi. Dalam perhitungan pendapatan nasional, investasi meliputi hal-hal:’’ Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan tempat tinggal, pertambahan dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah, barang yang belum selesai di proses dan barang jadi”.(Sukirno, 1994 : 91 )

Dalam model keynesian dimana di asumsikan bahwa semua pendapatan harus dikeluarkan untuk ddi konsumsi atau di tabung, dan jumlah prekonomian dapat di bagi dua yaitu antara pengeluaran untuk barang-barang konsumsi dan barang modal, dan posisi keseimbangan dalam prekonomian di tentukan pada saat


(16)

jumlah penerimaan sama dengan jumlah pengeluaran sehingga investasi sama nilainya dengan tabungan.

Dalam kaitanya dengan perusahaan dimana perusahan melakukan investigasi guna mendapatkan profit yang sebesar-besarnya, di mana dana investasi tersebut salah satunya bersumber dari dana masyarakat yang di tabung pada lembaga-lembaga keuangan, maka dapat di kemukakan bahwa : Investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang di perlukan dalam proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan kontruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga”. (Deliarnov, 1995 : 80-81 )

Sementara itu Dj. A Simarmata dalam bukunya mendeefinisikan investasi yang lebih luas yang di kaitkan dengan perkeembangan pasar modal sekarang yakni : Investasi adalah setiap kegiatan yang hendak menanamkan uang dengan aman.

Dari berbagai pendapat tentang definisi mengenai investasi, penulis berpendapat terdapat satu kesamaan arti yaitu investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegitan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang.

2.1.2 Jenis-Jenis Investasi


(17)

1. Investasi yang terdorong (Induced Invesment)

2. Investasi otonom (Outonomous Invesment)

Ad. 1. Investasi yang terdorong (induced Invesment), yakni investasi yang idak diadakan akibat adanya penambahan perminntaan, pertambahan permintaan yang di akibatkan pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan bertambah, maka tambahan permintaan akan di gunakan untuk konsumsi, sedang pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan. Sudah pasti apabila ada tambahan permintaan, maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.

Ad. 2. Investasi otonom (OutonomouInvesment), yaitu investasi yang di laksanakan atau diadakan secara bebas, artinya investasi yang di adakan bukan karena pertambahan permintaan efektif, tetapi justru untuk menciptakan atau menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau daerah. Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak di pengaruhi oleh pendapatan naasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah


(18)

2.1.3 Sumber-Sumber Dana Investasi

Kendati banyak suber-sumber pendanaan inveestasi, namun sesuai dengan arahan judul, maka suber dana investasi hanya di lihat melaalui :

1. Investasi oleh masyarakat swasta nasional 2. Investasi oleh pihak Asing

Investasi oleh masyarakat lebih banyak di lakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis, begitu juga dengan investasi asing atau penanaman modal luar negeri dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis di lain sisi kita mendapatkan dampak positipnya.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Investasi

Investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah, di tentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Tingkat keutungan yang diramalkan 2. Tingkat Bunga

3. Ramalan mengenai ekonomi di maasa depan 4. Kemajuan teknologi

5. Tingkat pendapatan nassional dan perubahannya 6. Keuntungan yang di peroleh

7. Situasi politik

8. Pengeluaran yang di lakukan pemerintah.


(19)

A.d. 1. Ramalan mengenai keuntungan keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada pengusaha mengenai jenis-jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksakan di masa depan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal yang di perlukan.

A.d. 2. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pengusaha, dan para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang di tanam, berupa persentase keuntungan netto (belum dikurangi dengan tingkat bunga yang di bayar), modal yang di peroleh lebih besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang di milikinya yaitu : pertama, dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito) ; kedua, dengan menggunakannya untuk investasi. Dalam hal dimana pendapatan yang diperoleh adalah lebih dari tingkat bunga, maka pilihan terbaik adalah mendepositkan uang tersebut, dan akan menggunakannya untuk investasi apabila tingkat keuntungan yang di peroleh adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan dibayar.

Pendekatan yang di gunakan adalah dengan :

1. Nilai sekarang

Suatu kegiatan investasi dikatakan akan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang di investasikan.


(20)

NS =

( )

n

( )

n r Y r Y r Y r Y ) 1 ( ... ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 3 3 2 2 1 1 + + + + + + + Dimana :

NS = Nilai sekarang pendapatan yang di peroleh diantara tahun 1 sampai tahun n

Y1.Y2.Y3...Yn = Pendapatan netto (keuntungan) yang di peroleh perusahaan antara

tahun 1 sampai tahun n

r = Tingkat bunga

Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang di investasikan dengan M. Penanaman modal dikatakan menguntungkan apabila NS lebih besar dari M.

2. Tingkat pengembalian modal

M = n n

R Y R Y R Y R Y ) 1 ( ... ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 3 3 2 2 1 1 + + + + + + + Dimana ;

M = Nilai modal yang di investasikan

Y1.Y2.Y3... Yn = Keuntungan yang diperoleh dari tahun 1 sampai tahun ke n

r = Tingkat pengembalian modal

Dengan menggunakan formulasi ini maka, suatu investasi di anggap menguntungkan apabila nilai R lebih besar daripada tingkat bunga.


(21)

Dengan adanya ramalan tentang kondisi masa depan akan dapat menentukan tingkat investasi yang akan tercipta dalam prekonomian. Apabila ramalan di masa depan adalah baik maka investasi akan naik. Sebaliknya, apabila ramalan kondisi ekonomi di masa akan datang adalah buruk, maka tinngkat investasi akan rendah.

Ad.4. Kemajuan teknologi.

Dengan adanya temuan-temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan di lakukan oleh pengusaha, sehingga makin tinggi tingkat investasi yang dicapai.

Ad.5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya.

Dengan bertambahya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan Masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total aggregat demand yang pada akhirnya akan mendorongtumbuhnya investasi lain (Induced Invesment).

Ad.6. Keuntungan yang diperoleh perusahaa

Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para pengusaha untuk menyediakan sebahagian keuntunngan yang diperoleh untuk investasi-investasi baru

Ad.7. Situasi Politik.

Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para investor terutama para investor asing, untuk menanamkan modalnya.


(22)

Mengingat bahwa investasi memerlukan suatu jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang di tanam dan memperoleh keuntungan. Sehingga stabilitas politik jangka panjang akan di harapkan oleh investor.

Ad.8. Pengeluaran-pengeluaran yang di lakukan pemerintah.

Pengeluaran-pengeluaran yang di lakukan oleh pemerintah dapat berupa pengeluaran pembangunan dan rutin baik itu dalam penyediaan sarana dan prasarana atau fasilitas publik dalam menunjang kegiatan investasi dan juga prekonomian secara keseluruhan baik itu skala nasional maupun daerah. Sehingga menarik para investor dalam negeri maupun asing untuk berinvestasi di suatu negara ataupun daerah.

Ad.9. Kemudahan-kemudahan yang di berikan pemerintah.

Tersedianya kemudahan-kemudahan dalam birokrasi, dalam perpajakan (tax holiday), yaitu suatu keringanan di dalam pajak apabila suatu perusahaan mau menanamkan keuntungan yang di perolehnya ke dalam investasi baru, ataupun apabila perusahaan yang bersangkutan mau dan bersedia menanamkan investasinya di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu sehingga mendorong para investor untuk menanamkan modalnya.

2.1.5 Pengaruh Investasi Dalam Prekonomian

Investasi dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada prekonomian suatu negara atupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu.


(23)

Investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan lapang kerja, menciptakan barang-barang dan jasa untuk di pasarkan kepada konsumen, dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang atu jasa, dan pada giliranya akan menciptakan kemejuan prekonomian dalam suatu negara.

Adanya fluktuasi dalam investasi seperti yang terlihat dalam ’’ business cycle’’ merupakan salah satu dampak dari adanya investasi di dalam suatu perekonomian.

Pengeluaran investasi merupakan topik utama dalam ekonomi makro karena dua alasan berikut:

Fluktuasi investasi sangatlah besar sesuai dengan perubahan GDP (Gross Domestc Product), misalnya karena adanya business cycle.

 Pengeluaran investasi menentukan tingkat pertambahan stok kapital dalam prekonomian, dimana stok kapital ini sangat menentukan tingkat pertumbuhan suatu negara dalam jangka panjang ( Nangan, 2005 :131 ). Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah dapat di lihat pula melalui multi flier effect yang di timbulkannya. Multiflier effect atau efek dari pengganda dari investasi tersebut dapat di tuliskan denagan : KI

= ,

1 1 MPC

dimana MPC merupakan besarnya hasrat untuk mengkonsumsi.

Sehingga jika suatu innvestasi di tanamkan di ssuatu prekonomian, dampaknya terhadap terhadap pendapatan nasional/daerah tidak hanya sebesar


(24)

nilai investasi yang di tanamkan nya, tetapi sebesar nilai investasi yang di tanamkan di kalikan dengan angka penggandanya. Jadi, misalnya di dalam suatu prekonomian , investasi yang di tanamkan sebesar 10juta, dengan nilai MPC suatu masyarakat 2/3, maka pertambahan pendapatan yang di timbulkan akibat

pertambahan investasi sebesar : KI = 3, 3 / 2 1

1

=

− sehingga pertambahan nasional

yang di timbulkan :

I KI Y = ×∆

=3×10juta

= 30 juta.

Namun, investasi yang di tanamkan dalam prekonomian salah satunya ditentukan oleh adanya permintaan dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi atas barang-barang konsumsi dan jasa yang di hasilkan oleh perusahaan sehingg merangsang tumbhnya investasi-investasi baru. Karena seperti kita ketaui bahwa pendapatan yang diperoleh masyarakat akan di gunakan untuk konsumsi dan mungkin sebahagian lagi untuk di tabung. Sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi dilambangkan denga C, dan penggunaan pendapatan yang di terima dilambangkan dengan Y, maka perumusan menjadi Y= C + S.

Seandainya keseluruhan pendapatan masyarakat itu dikonsumsikan keseluruhannya (MPC=1), sehinga besarnya K menjadi tidak terhingga, maka besarnya pertambahan pendapatan nasional juga menjadi tidak terhingga. Khusus kondisi di negara berkembang, dimana income masyarakat relatif rendah, kendati


(25)

pendapatan masyarakat yang di terima di asumsikan keseluruhannya, dampaknya terhadap pertambahan pendapatan nasional tidak akan terlalu besar. Hal ini di sebabkan karena kemampuan dalam pembentukan modal juga relatf rendah yang di sebabkan oleh lemahnya kemampuan menabung dari masyarakatnya yang tentu saja akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi terciptanya lembaga-lembaga keuangan padahal faktor-fator tersebut sangat di perlukan di dalam proses pembangunan guna memacu pertumbuhan ekonomi.

Pembentukan modal merupakan faktor yang paling penting dan strategis di dalam proses pembangunan ekonommi. Pembentukan modal bahkan disebut sebaagai ’’kunci utama menuju pembangunan ekonomi’’.

Proses ini berjalan melewati 3(tiga) tingkatan :

 Kenaikan tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung.

 Keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk mengalahkan dan menyalurkan tabungan agar dapat menjadi dana yang dapat di investasikan.

 Pengunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan.

Pembentukan modal juga berarti pembentukan keahlian kerap kali berkembang sebagai akibat pembentukan modal. (jhingan, :60 ). Pembentukan keahlian jelas merupakan salah satu dampak dari adanya perkembangan investasi. Investasi yang terus berkembang akan menuntut perkembangan sumber-sumber


(26)

daya termasuk keahlian tenega kerja yang sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.

Pembentukan atau penciptaan modal akan menjadi sia-sia kalo tidak ada faktor-faktor lain yang menunjang pertumbuhan ekonomi oleh karena itu, kehadiran sekelompok atau segolongan orang yang benar-benar tertairk pada pembangunan ekonomi, mempunyai kemauan menabung dan bersedia bekerja dengan imbalan material, merupakan prasyarat bagi kemajuan suatu prekonomian. ( Jhingan,loc.cit )

Harold dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khusuusnya mengenai peran ganda yang di miliki investasi, yaitu :

1. Menciptakan pendapatan.

2. Memperbesar kapasitas produksi prekonomian dengan cara meningkatkan stok kapital.

Kedua hal ini sebagai dampak dari adanya permintaan dan penawaran investasi. Karena itu selama investasi berklangsung, pendapatan nyata dan output akan senantiasa membesar. Namun demikian, untuk mempertahan tingkat ekuilibirium pendappatan pada tingkat full emfloyment dari tahun ke tahun, baik pendapatan nyata maupun output tersebut, keduanya harus meningkat dalam laju yang sama pada saat kapasitas modal meningkat. Karena kalau tidak, setiap perbedaan keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas modal meningkat.


(27)

Karena kalau tidak, setiap perbedaan keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas atau ada kapasitas yang menganggur.

Hal ini memaksa para investor membatasi pengeluaran investasinya sehingga pada ahirnya akan berpengaruh buruk pada prekonomian yaitu berupa menurunnya pendapatan dan pekerjaan pada periode berikutnya. Jadi, apabila pekerjaan ingin di pertahankan dalam jangka waktu yang panjang, maka investasi harus senantiasa diperbesar.

Dalam konteks yang lain, penciptaan investasi juga membawa pengaruh perkembangan suatu daerah. Dampak tersebut disebut dengan spread effect. Yaitu apabila suatu investasi yang di tanamkan di dalam suatu daerah membawa pengaruh positif bagi daerah lainnya. Seperti timbulnya industri-industri perlengkapan atau penunjang bagi industri utama di daerah pusat investasi.

2.2 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

PDRB merupakan Nilai Tambah Bruto (NTB) atu nilai barang dan jasa ahir yang di hasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah atau region dalam suatu periode tertentu, basanya satu tahun. Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah nilai produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang dikeluarkan.

PDRB perkapita adalah total PDRB di bagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada peeriode tertentu. Pendapatan perkapita adalah total PDRB dikurangi dengan penyusutan dan pajak tidak langsung di bagi dengan jumlah penduduk pertengahan taahun pada periode tertentu.


(28)

Pertubuhan ekonomi adalah total PDRB per sektor/sub sektor atas dasar harga konsstan pada tahun n di bagi dengan total PDRB per sektor/sub sektor atas dasar harga konstan pada tahun n-1 dikali 100 dikurangi 100 (persen). Distribusi persentase PDRB adlah total PDRB per sektor/sub sektor di bagi dengan total PDRB dikali 100(persen).

2.2.1 Metode penghitungan Produk Domestik Regional Bruto

Metode yang di lakukan oleh para pakar Ekonomi untuk menghitung besar Produk Domestik Regional Bruto dengan beberapa pendekatan (Basri, 2002: 38), yakni :

a) Pendekatan Produksi

Dalam hal ini, besar daari PDRB ialah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh berbagai unit produksi dalam wilayah region suatu negara dalam jangka setahun. Jadi, Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai seluruh barang dan jasa pada akhir tahun di suatu daerah atau region.

b) Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan ini, PDRB ialah sejumlah balas jasa yang di terima oleh faktor-faktor produksui yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu daerah regional dalam jangka setahun.

c) Pendekatan Pengeluaran

Dalam pendekatan ini, PDRB ialah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan


(29)

lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi pemerintah serta ekspor netto (Ekspor-Netto) dalam jangka setahun.

2.2.2 Analisis ICOR

Konsep ICOR pada awalnya dikembangkan oleh Roy Harrold dan Evsey Domar. Konesep ini menunjukkan hubungan antara investasi dan output yang di hasilkan melalui suatu koefisien Capital Output Ratio. Jadi, ICOR merupakan perbandingan antara proporsi investasi terhadap PDB dan laju pertumbuhan PDB atau laju pertumbuhan ekonomi.

Rumus yang di pakai untuk mencari ICOR ini adalah sebagai berikut :

ICOR =

(%) (%) /

1 PDB

PDB

Angka ICOR yang semakin tinggi menunjukan adanya inefisiensi atau pemanfaatan dana investasi yang tidak efisien, sebaliknya bila ICOR rendah berarti terdapat pemanfaatan dana investasi yang efisien. ICOR tinggi berarti untuk mencapaai laju pertumbuhan ekonomi yang di rencanakan perlu dana yang lebih besar, atau bila dana tidak tersedia, ICOR tinggi berarti pertumbuhan ekonomi yang di capai akan berada di bawah sasaran yang di rencanakaan.

Menurut ahli ekonomi, ICOR yang di anggap memiliki produktivitas investasi yang baik adalaah antara 3 sampai 4 persen. Artinya, jika laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen untuk tahun tertentu, dana yang di habiskan mencapai 18% atau 24% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto).


(30)

Apabila dana swasta tidak dapat lagi di dukung oleh tabungan domestik untuk investasi, alternaitf lain adalah mendatangkan investasi asing (Foreing Invesment) oleh karena itu investasi asing sangat di perlukan, atau dengan melalui utang luar negeri (Off Shore Loan).

2.3 Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga di pandang sebagai sewa atau penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.Suku bunga di gunakan untuk mengartikan 2 (dua) hal yang berbeda yaitu :

1. Harga yang dii bayar oleh debitur kepada kreditur karena penggunaan dana pinjaman.

2. Pengembalian pasar yang di peroleh dari modal ssebagai faktor produksi suku bunga adalah pembayaran yaang di lakukan akibat penggunaan dana. Tingkat suku bunga juga merupakan jumlah bunga yang di bayarkan per unit dari waktu. Dengan kata lain, pengembalian karena kesempatan meminjam dana individu harus membayar jumlah jumlah yang pasti tiap tahun. Harga dari meminjam dana , di ukur dalam dollar per tahun per dollar yang di pinjam.

2.3.1 Teori-teori tentang suku bunga

Ad. 1. Teori yang menerangkan terjadinya suku bunga di antaranya adalah :

a. Teori Klasik

Teori ekonomi klasik mengenai tingkat suku bunga yang beranjak dari teori ekonomi mikro, merupakan nilai balas jasa modal. Dengan demikian dapat di


(31)

jelaskan bahwa suku bunga menurut klasik adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk di pinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi.

Keseluruhan dari investasi atau jumlah keseluruhan mereka akan dana akan membentuk permintaan loanable fund, dari proses tawar menawar antar mereka akan di hasilkan tingkat bunga sebagai harga dari loanable fund yang di gunakan investor.

Dalam teori klasik, stok barang modal dicampur adukan dengan uang dan keduanya dianggap mempunyai hubungan subtitutif. Semakin langka modal semakin tinggi tingkat suku bunga dan demikian sebaliknya.

Fungsi yang menonjol dari uang, dalam teori ekonomi klasik, adalah sebagai alat pengukur nilai dalam melakukan transaksi, sebagai alat pertukaran untuk memperlancar transakssi barang-barang dan jasa-jasa maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang piutang yang menyangkut masa depan.

Teori ekonomi klasik mengasumsikan bahwa prekonomian senantiasa dalam keadaan full employment, kecuali meningkatkan efisiensi dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi sektor produksi.

Dengan perkatan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi klasik, terpisah sama sekali dari setor rill dan tidak ada pengaruh timbal balik antara keddua sektor tersebut. Hubungan kedua sektor di jembatani oeh tingkat harga. Jika jumlah uang beredar lebih besar daripada nilai barang-barang dan jasa yang terseddia , tingkat harga meningkat. (Budiono, 2001 :132)


(32)

b. Teori Keynes

Keynes berpendapat bahwa bunga itu adalah semata-mata gejolak moneter, bunga itu adalah suatu pembayaran untuk menggunakan uang. Berdasarkan atas pendapat demikianlah, mengapa Keynes adanya pengaruh uang terhadap sistem prekonomian secara keseluruhan. Seperti di ketahui employment tergantung pada investasi yang pada gilirannya investasi tersebut di pengaruhi oleh (Marginal Of Capital and Intrest Rate).

Bunga sebagai gejolak keuangan, tingkatnya di tentukan oleh permintaan akan uang dan juga persediaan uang. Menurut pendapat Keynes, bahwa ada 3 (tiga) motif permintaan uang pada masyarakat, yaitu : Motif Transaksi, Motif Berjaga-jaga, dan Motif Spekulasi. Dengan demikian tingkat tingkat bunga di tentukan oleh:

 Faktor permintaan uang  Faktor penawaran uang

Karena telah dinyatakan bahwa nilai uang di tentukan oleh kedua faktor tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa nilai uanglah yang menentukan tingkat bunga dan faktor permintaan terhadap uang itu oleh Keynes di sebut dengan ’’Liquidity Preference’’. Jadi sesuai dengan term yang di pakai oleh Keynes, bunga itu di tentukan oleh Liquidity Prefrence dan jumlah uang.

Tingkat suku bunga akan naik apabila jumlah uang beredar sedikit dan permintaan terhadapnya besar, sebaliknya bunga turun bilamana jumlah uang beredar besar dan permintaan terhadapnya sedikit.


(33)

Keynes mengasumsikan prekonomian belum mencapai full employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat di tingkatkan tanpa mengubah tingkat suku bunga maupun tingkat harga. Dengan menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat di rangsang untuk meningkatkan produksi nasional.

Dengan demikian setidaknya untuk jangka pendek, kebijakan moneter, dapat berperan untuk meningkatkan produksi nasional setelah prekonomian berada dalam keadaan full employment, barulah kebijakan moneter tiddak dapat berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Tingkat suku bunga dalam teori Keynes, dapat di turunkan dengan cara menambah kredit otorita moneter.

2.3.2 Perhitungan Tingkat Suku Bunga

Tinggi rendahnya tingkat suku bunga pinjaman amat di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : persaingan, citra nasabah, kondisi ekonomi, kondisi intren bank itu sendiri. Dengan demikian bunga pinjaman antara satu bank dengan bank yang lainnya tidak akan persis sama. Namun, faktor dominan pembentuk suku bunga pinjaman adalah stuktur dana suatu bank yang pada gilirannya menentukan biaya dana (cost of fund)


(34)

Adapun metode perhituungan tingkat suku bunga, antara lain :

a. Metode Pricing

Dalam dunia perbankan 4 (empat) metode pricing, yaitu :

1. Metode Mark up Pricing

Yaitu berdasarkan suku bunga pinjaman yang di dasarkan pada metode penambahan komponen Cost Of Loanable Fund (COLF) dan Overhead Cost (OHC) menghasilkan Cost Of Money (COM) ditambah risk premium dan spread yang di inginkan, sehingga didapat lending rate.

2 Metode Target Pricing.

Yaitu metode berdasarkan target keuntungan yang dianggarkan. Metode ini di pakai sebagai standar minimum atau target, namun jarang di kenakan pada nasabah karena terlalu banyak variabel yang mempengaruhinya.

3. Metode Value Pricing.

Yaitu metode yang berdasarkan tinggi rendahnya pada image nasabah terhadap produk bank. Jika image nasabah terhadap produk pinjaman buruk, yang bersangkutan tidak akan bersedia dibebani lending rate yang tinggi atau demikian sebaliknya.


(35)

4. Going Rate Pricing

Yaitu metode yang berdasarkan rata-rata harga pinjaman dalam industri perbankan. Meskipun terdapat berbagai metode Pricing, mengingat berbagai kelemahan dan kesulitan pelaksanaan di lapangan, metode yang paling umum di gunakan dewasa ini adalah metode Mark Up Pricing. (Boediono : 83)

b. Mark Up Pricing

Mark Up Pricing dihitung dengan rumusan :

MUP = COF + OHC + risk premium + spread

Sedangkan COF sendiri mencerminkan seluruh biaya bunga dan pemasaran yang dikeluarankan untuk mengumpulkan dana. Di lain pihak tidak semua dana terkumpul tadi dapat dipinjamkan, namun herus ada yang di tahan sebagai reserved requirement. Konsekuensinya dalam penentuan bunga pinjaman adalah bank harus menambahkan biaya reserved requirement ini, sehingga rumusnya menjadi :

Lending Rate = COLF +OHC + risk premium + spread

2.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Kenaikan Suku Bunga

Ada berbagai faktor penyebab kenaikan suku bunga pada masa transisi stelah deregulasi 1988, yaitu :

1. Biaya dana perbankan semakin meningkat setelah dikeluarkannya rangkaian kebijakan deregulasi sejak 1 juni 1983, seperti pagu kredit di


(36)

hapuskan, bank-bank negara diperkenankan menentukan tingkat suku bunga dana maupun kredit (prioritas) sendiri, dana perbankan semakin tergantung pada dana jangka pendek dengan tingkat suku bunga yang mahal. Karena deregulasi sekaligus memaksa perbankan untuk meningkatkan keperluan modalnya sendiri serta melakukan penyesuaian portepel.

2. Adanya peningkatan dalam pasar uang.

3. Peningkatan pada spread perbankan.

2.3.4 Faktor-Faktor Mendorong Penurunan Suku Bunga

Disamping faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat suku bunga, juga dapat di perlihatkan beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan suku bunga, diantaranya :

1. Kebijakan Bank Indonesia sebagi regulator untuk menjaga keseimbangan pasar guna menjamin terpeliharanya persaingan yang sehat.

2. Peningkatan ekspor dan pemaskan modal asing. Bank Indonesia berusaha untuk menekan tingkat suku bunga di pasar dalam negeri dengan cara mendorong unit ekonomi mengimpor uang dari luar negeri.

3. Penghapusan pagu pinjaman luar negeri lembaga-lembaga keuangan. Dengan penghapusan pagu pinjaman luar negeri, lembaga-lembaga keuangan akan meningkatkan pemasukan modal asing. Di tiadakannya


(37)

pagu pinjaman luar negeri meniadakan cara alokasi pinjaman luar negeri lembaga keuangan di masa lalu.

4. Pemberian kredit dalam valuta asing. Dengan semakin bebasnya devisa akan membuka kesempatan bagi lembaga keuangan serta badan usaha di indonesia untuk dapat menggunakan instrumen keuangan yang tersedia di pasar uang dan pasar modal internasional untuk melindungi diri dari resiko kerugian karena perubahan tingkat suku bunga.

5. Target kebijakan moneter.

6. Biaya intermediasi lembaga keuangan dan kredit macet. Diusahakan menurunkan biaya intermediasi melalui efisiensi.

2.4 Pengeluaran Pemerintah

Dalam melaksanakan semua kegiatan, pemerintah membutuhkan sejumlah pembiayaan. Dalam hal ini didukung oleh penerimaan pemerintah baik yang berasal dari penerimaan daerah maupun penerimaan pembangunan. Kegiatan pemerintah yang berupa pengeluaran pemerintah dibagi dua yaitu: pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin adalah bagian yang biasanya dibelanjakan setiap tahun anggarannya secara teratur. Pengeluaran pembangunan adalah bagian dari pengeluaran yang khusus digunakan untuk pengeluaran pembangunan daerah.


(38)

Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai, perubahan gaji pegawai yang mempunyai proses makroekonomi dimana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.

3. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment adalah bukan pembelian barang / jasa oleh pemerintah di pasar barang, akan tetapi pos ini mencatat pembayaran atau pemberian pemerintah langsung kepada warganya, misalnya: pembayaran subsidi atau bantuan langsung tunai kepada berbagai golongan masyarakat. Pembayaran pensiun, pemabayaran pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administratif keduanya berbeda (Boediono, 2001 hal: 110-117).

Pengeluaran pemerintah dalam arti ril dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemrintah itu, semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.


(39)

Sifat-sifat pengeluaran pemerintah:

1. Pengeluran yang self liquidating sebagian atau seluruhnya yaitu pengeluaran pemerintah yang berupa pemberian jasa kepada masyarakat yang pada akhirnya adanya pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa-jasa tersebut.

2. Pengeluaran pemerintah yang bersifat reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-keuntungan ekonomi bagi masyarakat, dengan naiknya tingkatan penghasilan dan sasaran pajak yang lain yang akhirnya menaikkan penerimaan pemerintah.

3. Pengeluaran yang tidak self liquidating maupun yang tidak reproduktif yaitu pengeluaran yang langsung menambah kesejahteraan masyarakat.

4. Pengeluran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan. Misalnya: untuk pembiayaan pertahanan dan perang.

5. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang (Suparmoko, 1996; 48).


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi dalam memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian. Adapun metode penelitian dilakukan sebagi berikut :

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah mengamati dan menganalisis pengaruh PDRB, tingkat suku bunga dan pengeluaran pemerintah terhadap investasi di Kota Medan.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan sekunder dengan mengadakan pencatatan dan informasi dari instansi-instansi terkait, antara lain BI (Bank Indonesia) cabang Medan, BPS (Badan Pusat Statistik), BAINPROM (Badan Investasi Dan Promosi) Provinsi Sumatera Utara, bahan-bahan bacaan yang berhubungan, website dan jurnal.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperoleh dari BPS(Badan Pusat Statistik) BI (Bank Indonesia) cabang Medan BAINPROM (Badan Investasi Dan Promosi)Sumatera utara, menggunakan metode mengumpulkan data dan


(41)

informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan di peroleh dari publikasi resmi yang berkaitan dengan permasalahan, buku, majalah, Koran, internet, brosur dan lain-lain.

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Alat Analisa Data

Alat analisa data yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang investasi dan berbagai faktor yang mempengaruhinya, dalam penelitian ini digunakan Regresi linear berganda,varibel-variabel independent yang mempengaruhi variabel dependen dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:

Y= f(X1,X2,X3)……….(1)

Dari persamaan fungsi tersebut diatas dispesifikasikan dalam model linear.

Y= α +β1X12X23X3 +µ………(2) Dimana :

Y = investasi (Rupiah)

1

X = PDRB (Rupiah )

2

X = Tingkat Suku Bunga (%)


(42)

2 1β

β = koefisien α = Intercept

µ = Kesalahan pengganggu (Term of Error) Sehingga bentuk hipotesa adalah sebagai berikut:

1 X

Y

∂∂ > 0Dimana semakin besar PDRB maka semakin besar tingkat investasi (Ceteris Paribus).

2 X

Y

∂∂ < 0Dimana semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin berkurang tingkat investasi (Ceteris Paribus)

3 X

Y

∂∂ > 0Dimana semakin besar pengeluaran pemeritah maka semakin besar pula tingkat investasi (Ceteris Paribus).

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variable independent secara bersama dapat memberi penjelasan terhadap variable independent. Dimana nilai R berkisar antara 0 sampai 1 2 (0<R <1). 2


(43)

3.6.2 Uji t-statistik (uji parsial)

Uji t-statistik merupakan satu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variable dependent dengan menganggap variable independent lainnya konstan, dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

0 : 0 bi=

H (tidak signifikan)

0 :bi

Ha (signifikan)

Dimana bi adalah koefisian variable independent ke-i nilai parameter hipotesis, artinya tidak ada pengaruh variable X terhadap Y. bila t-hitung > t-tabel, maka 1 pada tingkat kepercayaan tertentu H ditolak, hal ini berarti bahwa variable 0 independent yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependent dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H 0 diterima artinya bahwa variable independent yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variable independen.

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

t-hitung =

(

)

Sbi

b bi

dimana: bi = koefisien variable ke-i


(44)

Sbi = simpangan baku dari variable independen ke-i

3.6.3 Uji F-Stastistik

Uji f-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variable dependen untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 ; b1 = b2 =b3=…………= bk = 0 (tidak berpengaruh)

H0 ; bi = 0 ………= i =1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan f-tabel. Jika f—hitung (F*) > F-tabel, maka H0 ditolak, yang artinya variable

independent secara bersama-sama mempengaruhi variable dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

-hitung =

( )

( )

R l

(

n k

)

k l R

− − 2 −

2

1

1

Keterangan :

R2 = koefisien determinasi

K = jumlah variable independent


(45)

Kriteria :

H0:β1=β2=β3=0

H0 diterima (F* < F-tabel) artinya variable independent secara bersama-sama tidak

berpengaruh nyata terhadap variable dependen.

Ha:β1≠β2≠β3≠0

Ha diterima (F* > F-tabel) artinya variable independent secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variable dependen.

3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

1. Multikolinerity

Multikolinerity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat kolerasi variable independent diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya Multikolinerity dapat dilihat dari nilai R-square; F-hitung, t-hitung serta standart error.

Adanya Multikolinerity ditandai dengan :

a) Standart error tidak terhingga

b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada %

1 %, 10 %,

5 = =

= α α

α

c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d) R2 sangat tinggi.


(46)

2. Autokolerasi / Serial kolerasi

Autokolerasi terjadi bila error term (µ) dari waktu yang berbeda berkolerasi.dikatakan bahwa error term berkolerasi atau mengalami kolerasi serial apabila variable (ei.ej) ≠0;untuk i≠j,dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokolerasi yaitu:

a) Dengan memplot grafik

b) Dengan Durbin Watson (uji D-Wtest)

D-hitung =

(

(

)

)

− −

t e

et et

2 2 1

Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokolerasi


(47)

Dengan jumlah sample tertentu dan jumlah variable independent tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam table distribusi Durbin-Watson untuk nilai α . Hipotesis yang diigunakan adalah :

Grafik 3.1

Dimana :

H0 : Tidak ada autokolerasi

Dw<dl : Tolak H0 (ada kolerasi positif)

Dw>4-dl : Tolak H0 (ada kolerasi negative)

Du<Dw<4-du : Terima H0 (tidak ada kolerasi)

dl≤Dw≥du : Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

(4-du)≤Dw≤(4-dl) : Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive) Autokolerasi (+)

Inconclusive Inconclusive

Autokolerasi (-)

H0:Accept


(48)

3.7 Definisi Operasional

a. Investasi jumlah pertambahan nilai barang-barang dan jasa serta industri- industri di Kota Medan.

b. Tingkat suku bunga, harga dari penggunaan uang atau pembayaran yang di lakukan akibat penggunaan dana untuk jangka waktu tertentu.

c. Inflasi, kenaikan tingkat harga-harga yang ada di Kota Medan.

d. Pengeluaran Pemerintah, jumlah seluruh pengeluaran baik pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang di ambil dari APBD Kota Medan.


(49)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

4.1.1 Fisiografi

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265.10 km2) atau 3.6% dari luas keseluruhan provisi sumatera utara dengan jumlah penduduk 12.780.000 jiwa, Kota Medan berada pada letak 3° 30’- 3º 43’ lintang utara dan 98º 35’-98º 44’ bujur timur. Untuk itu topografinya Kota Medan cendrung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas pemukaan laut. Jadi, luas Wilayah Kota Medan dapat di persentasekan sebagai berikut :

 Pemukiman 36,3 %

 Perkebunan 3,1 %  Lahan Jasa 1,9 %  Sawah 6,1 %  Perusahaan 4,2 %  Kebun Campuran 45,4 %  Industri 1,5 %

 Hutan Rawa 1,8 %

Secara administratif Kota Medan di sebelah Barat, Timur, dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Utara berbatasan langsung


(50)

dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu lintas laut paling sibuk (padat) di dunia. Secara relative Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografisnya Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.

Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 (dua) kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.1.2 Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2008 berkisar antara .23,2oC – 24,3oC dan suhu maksimum berkisar antara 30,8oC – 33,2oC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,3oC – 24,1oC dan suhu maksimum berkisar antara 31,0oC – 33,1oC.


(51)

Berdasarkan pengukuran stasiun klimatologi Polonia, curah hujan di Kota Medan tahun 2008 menurut Stasiun Polonia mencapai rata-rata 3.594 mm dengan hari hujan sebanyak 230 hari serta menurut Stasiun Sampali mencapai rata-rata 2.712 mm dengan hari hujan sebanyak 224 hari. Angka ini relatif tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 85%. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2008 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 226 mm pada Stasiun Polonia per bulannya 299,5 mm.

4.1.3 Demografi

Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai.

Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi: pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang


(52)

serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.

Sejak tahun 1988 penduduk Kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata hingga ke tahun 2007 yaitu berdasarkan Sensus Penduduk dari 1.541.362 jiwa pada tahun 1988 menjadi 2.153.420 jiwa di tahun 2007.

Tabel. 4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Dari Tahun 1988-2007

Tahun Jumlah Total

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1.541.362

1.623.815

1.730.725

1.767.470

1.809.700

1.812.300

1.827.100

1.813.101

1.831.232


(53)

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

1.901.067

1.902.500

1.904.273

1.926.520

1.963.882

1.993.602

2.006.142

2.036.185

2.067.288

2.153.420

sumber informasi: Buku Medan Dalam Angka, Tahun 1988-2007

4.1.4 Struktur Pemerintahan

a. Kota Medan Sebagai Daerah Otonom

Secara konstitusional Negara Indonesia dibagi dalam daerah propinsi dan daerah yang lebih kecil (Kota/Kabupaten). Masing-masing daerah pada dasarnya memiliki sifat otonom dan administratif. Adanya daerah, menjadikan adanya pemerintahan daerah. Pertimbangan situasional, historis, politis, psikologis dan teknis pemerintahan merupakan latar belakang pemikiran strategis perlunya pemerintahan daerah di Indonesia. Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang


(54)

pada dasarnya menjadi semangat penyusunan dan diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999, yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pemerintah di daerah, dengan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah otonomi yang lain sebagai Badan Eksekutif Kota Medan. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:

Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam 5 (lima) sifat, yaitu:

1. Pemberian Pelayanan,

2. Fungsi Pengaturan (Penetapan Perda), 3. Fungsi Pembangunan,

4. Fungsi Perwakilan (dalam interaksi dengan pemerintah Propinsi/Pusat), 5. Fungsi Koordinasi dan Perencanaan Pembangunan Kota.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 (dua) bidang urusan, yaitu:

1. Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh dinas-dinas daerah, (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum, dll), dan


(55)

2. Urusan pemerintahan umum, yang terdiri dari:

• Kewenangan mengatur yang diselenggarakan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan sebagai Badan Legislatif Kota.

• Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh walikota sebagai pimpinan tertinggi dalam Badan Eksekutif Kota.

Berdasarkan fungsi dan kewenangan tersebut, Walikota Medan membawahi (pimpinan eksekutif tertinggi) seluruh instansi pelaksana Eksekutif Kota.

b. Paradigma Baru Fungsi dan Peran Pemerintah Kota

Sejak berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 telah membawa implikasi baik secara filosofis maupun administratif tidak hanya dari sentralisasi menjadi desentralisasi akan tetapi berkembangnya peran masyarakat menjadi demokratif partisipatif. Secara umum perubahan tersebut membawa implikasi bahwa:

• Persoalan diselesaikan di tingkat lokal.

• Semua daerah harus berkembang dengan prakarsa daerah masing-masing. • Merubah pandangan kesatuan, yang semula harus sama menjadi

pengakuan adanya keanekaragaman sebagai potensi bangsa.

• Adanya pergeseran dominasi eksekutif menjadi keseimbangan dengan legislatif.


(56)

• Perlunya partisipasi masyarakat yang dinamis dalam pengelolaan pemerintah dengan pembangunan kota.

Secara administratif, otonomi daerah juga dimaknai adanya pergeseran kewenangan dari yang semula didominasi pusat kepada daerah, dan dari daerah ke masyarakat.

Tabel 4.2 Paradigma Baru Fungsi dan Peran Pemerintah Daerah Kota Medan

Sebelum Otonomi Sesudah Otonomi

Pembangunan Daerah

Sentralisasi

Dari Atas ke Bawah

Keseragaman

Petunjuk

Instruksi

Ketergantungan

Hierarki

Kesenjangan

Daerah Membangun

Desentralisasi

Simultan

Keberagaman

Prakarsa

Pilihan

Kemandirian

Keterkaitan

Keserasian


(57)

4.2 Potensi Daerah

4.2.1 Lingkungan Bisnis

Sebagai aktivitas yang diorientasikan untuk memperoleh keuntungan secara ekonomis, kegiatan bisnis merupakan bidang yang sangat luas dan terkait dengan bidang-bidang lainnya. Perubahan kondisi atau kebijakan dalam bidang lain akan selalu mempengaruhi kondisi bisnis yang ada. Kegiatan bisnis, terlebih yang berskala besar, akan sangat dipengaruhi lingkungan nasional, budaya, hukum, politik, teknologi, hankam, dan lain-lain khususnya lingkungan makro ekonomi.

Kondisi saling ketergantungan tersebut merupakan alasan kuat bagi Pemerintah Kota Medan bersama-sama dengan seluruh komponen masyarakat, untuk selalu berusaha menciptakan iklim atau lingkungan yang kondusif bagi kegiatan bisnis di kota ini, baik bagi bisnis lokal, domestik, maupun asing.

Kenyataan menunjukkan bahwa faktor yang menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif sangat kompleks, saling ketergantungan, pengaruh mempengaruhi antar berbagai faktor sehingga sangat multi dimensi. Untuk itulah Pemko Medan secara intens dan terus menerus selalu melakukan dialog, berinteraksi dengan seluruh kalangan dan lapisan masyarakat untuk membangun dan menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi semua pelaku bisnis tanpa diskriminatif.


(58)

Dalam pembangunan Kota Medan paling tidak ada liam pelaku yang paling menonjol; Pemerintah, Swasta (dunia usaha), Masyarakat, Profesional, dan Intelektual. Demikian juga dalam kegiatan ekonomi, selain dikenal sektor publik yang diperankan oleh Pemerintah juga tidak kalah pentingnya sektor Swasta dan Masyarakat. Bahkan dilihat dari kontribusi masing-masing sektor, sektor Swasta memberikan sumbangan jauh lebih besar, bahkan mencapai 80% dari total investasi yang ada.

Dengan demikian sektor Pemerintah hanya memberikan sumbangan 20%. Oleh karena itu salah satu kebijakan penting yang ditempuh Pemerintah kota Medan adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat untuk terlibat tidak saja dalam aktvitas-aktivitas yang diorientasikan mencari laba, tetapi juga kegiatan pembangunan kota secara keseluruhan.

Untuk mendorong partisipasi luas Swasta dan Masyarakat dalam pembangunan kota maka salah satu cara (taktik) yang ditempuh adalah membangun kemitraan antara Pemerintah kota, Swasta dan Masyarakat dengan dukungan kaum profesional dan Intelektual.

Berbagai kemitraan dan kerjasama tersebut terus dibangun dan dikembangkan dengan dasar saling memperkuat, saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain. Adalah komitmen Pemko Medan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat untuk terlibat dalam proyek pembangunan kota (sektor publik), dengan berbagai bentuk perjanjian yang mungkin dilaksanakan seperti sistem kontrak sewa dan


(59)

lain-lain. Dengan demikian tanggung jawab pembnagunan kota, dipandang merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh lapisan masyarakat.

 Dukungan Lembaga Keuangan

Sebagai salah satu kegiatan ekonomi, keberadaan lembaga keuangan, khususnya perbankan di Kota Medan dirasakan sangat strategis khususnya untuk mendukung ketersedian modal, baik yang bersifat modal investasi, modal kerja, maupun konsumsi. Rusaknya sistem perbankan sebagai akibat krisis ekonomi ternyata tidak sampai menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Salah satu indikasinya adalah terus meningkatnya simpanan dana masyarakat pada perbankan, baik yang berbentuk giro, tabungan, deposito, maupun dan pihak ketiga.

Saat ini paling tidak ada 40 bank yang beroperasi di Kota Medan, baik jenis bank umum devisa, termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Walaupun fungsi intermediasi perbankan sejak krisis ekonomi belum pulih sepenuhnya, namun data hingga posisi bulan Maret 2008 menunjukkan meningkatnya penggunaan fasilitas kredit perbankan secara nominal maupun pertumbuhan kreditnya oleh para pengusaha (debitur).

Sedangkan dilihat dari segi pertumbuhan ekonominya menunjukkan tingkat elastisitasnya yang tinggi terhadap pertumbuhan propinsinya, artinya jika pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara positif, maka pertumbuhan ekonomi Kota Medan menunjukkan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi propinsinya. Ini menunujkkan Kota Medan masih merupakan mesin


(60)

pembangunan bagi daerah kota dan kabupaten lainnya di Sumatera Utara. Namun demikian untuk memacu petumbuhan ekonomi ke tingkat minimal sama dengan masa sebelum krisis yaitu (6 s/d 7%).

Disamping kesiapan perbankan di Kota Medan untuk berpartisipasi dalam pembiayaan investasi, dan modal kerja, Lembaga keuangan (BI Cabang Medan) juga peduli terhadap informasi bisnis. Oleh karena BI juga menyediakan Sistem Informasi Baseline (SIB) dan Sistem Informasi Agrobisnis berorientasi ekspor (SIABE).

Adanya SIB tersebut telah memberikan informasi bagi wirausahawan dalam berbagai bentuk indentifikasi peluang usaha yang ada, sedang adanya SIABE juga telah memberikan informasi lengkap tentang produk-produk agroindustri yang telah diekspor ke berbagai negara tujuan, termasuk asal komoditi, teknologi pengolahan, daftar eksportir, pasar ekspor dan standar mutu produk.

Bantuan teknis BI juga meliputi bantuan teknis pengembangan Usaha Kecil dan Mikro (PUKM) dengan sasaran sektor perbankan dalam bentuk penelitian dan pelatihan. Untuk pemberian informasi yang mencakup perkembangan asset, dana, kredit, kliring, jumlah perbankan, inflasi, kurs perdagangan internasional, investasi dan lain-lain, BI juga menerbitkan secara rutin (bulanan, triwulan, semesteran) Buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah, sehingga memberikan gambaran perkembangan ekonomi regional.


(61)

Dengan demikian lembaga keuangan yang ada, kenyataannya telah memberikan peranan penting begi mendorong iklim investasi di Kota Medan.

4.2.2 Peluang Bisnis

Melakukan bisnis di Kota Medan dipastikan akan memberikan tidak saja keuntungan secara finansial tetapi juga bagi masyarakat lokal secara sosial dan ekonomi. Adanya jaminan perolehan keuntungan berusaha tersebut disebabkan relatif masih besarnya peluang bisnis yang tersedia dengan dukungan potensi pasar bebagai komoditas yang ada, sebagai pangsi pasar dan wilayah pemasaran produk, serta dukungan kemudahan memperoleh bahan baku yang berasal dari berbagai daerah sekitarnya. Adanya peluang pasar yang relatif masih cukup besar dan dukungan sumber bahan baku tersebut menjadikan banyaknya tersedia jenis investasi yang dapat dimasuki oleh investor dengan kemampuan bersaing yang tinggi dengan berbagai komoditas unggulan tanpa harus memikul potensi resiko merugikan yang mungkin tidak dapat diperkirakan.

Berbagai peluang bisnis yang dapat dimasuki baik oleh investor domestik (lokal/nasional) maupun asing dapat dilihat dari berbagai produk unggulan baik yang mempunyai potensi tinggi (sangat potensial) maupun potensi normal (potensial) yang telah dilakukan identifikasinya, baik dalam skala industri besar/sedang maupun kecil. Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat dari tabel yang disajikan dibawah ini.


(62)

Tabel 4.3 Daftar Komoditi Industri Skala Kecil Dari Segi Pasar Di Kota Medan

No. Jenis Komoditi Tingkat Potensial

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Perabot RT dari kayu

Anyaman Rotan Sulaman Bordir Sepatu Kulit Konveksi Pengolahan Kopi Pertukangan Kayu Minyak atsiri Syrop marquisa

Makanan (bika, roti, dan lain-lain)

P P SP P SP SP SP SP P P

Sumber Informasi : Buku Medan Dalam Angka.


(63)

Tabel 4.4 Daftar Prioritas Komoditi Industri Besar dan Sedang Dari

Segi Pasar di Kota Medan

No. Jenis Komoditi Tingkat Potensial

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Minyak goreng eks sawit

Barang-barang dari semen

Obat anti nyamuk

Komponen dan suku cadang mesin industri

Tapak Sepatu

Karet Busa

Ban dalam sepeda

Pakaian jadi/Garmen

Sarung tangan karet

Kulit biawak

Barang-barang dari plastik

Sulaman Syrop Kecap SP SP SP SP P - P SP P - SP SP P P


(64)

15.

16.

Meubel rotan

Makanan ternak

P

SP

Sumber Informasi : Buku Medan Dalam Angka.

Keterangan : P = Potensi, SP = Sangat Potensial

Tabel 4.5 Produk Unggulan Kota Medan Berdasarkan Nilai Bobot Analyitycal Hierarchy Process (AHP)

No. Jenis Produk Nilai Bobot

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Perabot RT dari Kayu

Moulding & Komponen Bahan Bangunan

Anyaman Rotan

Sulaman Bordir

Sepatu/Sendal

Konveksi

0.468

0.432

0.457

0.431

0.447

0.439

Sumber Informasi: Buku Medan Dalam Angka.


(65)

Tabel 4.6 Hasil Rating Komoditas Produk Unggulan Kota Medan Berdasarkan Nilai Intervensi

No. Jenis Komoditi Nilai Produksi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Industri kecil kulit (sepatu/sendal)

Industri kecil bordir (sulam bordir)

Industri kecil rotan/kayu (anyaman rotan)

Industri kecil konveksi (pakaian jadi)

Industri kecil makanan (roti/bika ambon dan kerupuk ubi)

Industri kecil minuman (sirup markisa dan kopi)

Agrobisnis (perabot rumah tangga dan moulding/komponen bahan bangunan)

Tinggi Rendah Sangat Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi

Sumber Informasi : Buku Medan Dalam Angka.

Adanya peluang bisnis yang relatif cukup besar tersebut menunjukkan adanya proyek investasi di Kota Medan baik yang bersifat jangka pendek, menengah berinvestasi tersebut didukung juga oleh mulai pulihnya kepercayaan pasar terhadap pasar domestik secara nasional maupun regional (lokal), juga adanya kebijakan-kebijakan yang dapat menghilangkan atau paling tidak


(66)

mengeliminir kemungkinan terjadinya distorsi pasar dengan lebih berorientasi kepada berjalannya hukum-hukum pasar.

4.2.3 Dukungan Infrakstruktur Perkotaan

Disadari bahwa salah satu tantangan dalam era global yang semakin berorientasi pasar adalah memperkuat daya saing. Oleh karena itu, dukungan jaringan jalan, sarana pelabuhan, lalu lintas udara, sarana telekomunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penentu dalam meningkatkan daya saing internasional. Pengembangan kebutuhan infrastruktur ini sekaligus diharapkan dapat memperluas jangkauan kegiatan ekonomi masyarakat, mobilitas penduduk, arus barang dan jasa, serta informasi dengan biaya yang semakin murah.

1. Dukungan Jaringan Jalan

Pembangunan jaringan jalan di Kota Medan diutamakan untuk mendukung sektor ekonomi modern khususnya di industri ekspor. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan menekan biaya pengangkutan, menciptakan akses kepada pasar regional dan internasional sekaligus memperluas pelayanan jasa perkotaan.

Untuk mendukung keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kenderaan dengan kemampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi, dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran, Kota Medan telah dilengkapi dengan prasarana jalan tol Belmera yang menghubungkan pusat produksi dan pelabuhan Belawan dengan


(67)

Tanjung Morawa. Dalam koordinasi pemerintah provinsi juga direncanakan pembangunan jalan tol Medan-Binjai dan Medan-Tebing Tinggi sehingga melengkapi kebutuhan jaringan jalan Medan dengan daerah-daerah sekitarnya.

2. Dukungan Sarana Pelabuhan

Untuk mendukung kegiatan perdagangan regional dan internasional Kota Medan juga memiliki sarana pelabuahan laut internasional Belawan. Pelabuhan laut Belawan yang dilengkapi dengan sarana peti kemas dengan teknologi tinggi telah menjadi alternatif lalu lintas orang dan barang baik domestik maupun internasional. Dengan demikian pelabuhan laut Belawan telah menjadi pusat ekspor-impor barang antar pulau dan negara yang cukup penting di Selat Malaka. Karenanya pelabuhan Belawan termasuk salah satu pelabuhan laut tersibuk dan terpadat di Indonesia yang disinggahi oleh berbagai kapal barang.

3. Dukungan Sarana Lalu Lintas

Untuk mendukung aktifitas perdagangan dan bisnis baik lokal, nasional dan internasional, Kota Medan memiliki fasilitas bandara Polonia Medan, bandara Polonia merupakan salah satu bandara internasional terbesar di Indonesia setelah bandara Soekarna Hatta, yang melayani hampir seluruh jalur penerbangan domestik dan internasional baik orang maupun barang (ekspor-impor).

4. Dukungan Sarana Telekomunikasi

Kegiatan perdagangan dan bisnis yang terus menerus meningkat baik lokal maupun regional/internasional dari dan ke Kota Medan dengan seluruh dunia


(68)

dengan dukungan PT. TELKOM dan Indosat. Sistem telekomunikasi yang ada, difasilitasi dengan berbagai prasarana dan sarana telekomunikasi yang diperlukan seperti Sentral Telepon Otomat (STO), Stasiun Monitor (SM), Sambungan Lansung Internasional (SLI).

5. Ketersediaan Kawasan Industri

Untuk mendorong efisiensi berusaha di sektor industri dan perdagangan, Kota Medan menyediakan beberapa kawasan khusus sebagai pilihan lokasi dan investasi dan perdagangan. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong minat berinvestasi di Kota Medan. Pilihan lokasi ini memberikan berbagai fasilitas (infrastruktur) yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman modal baik yang bersifat lokal, domestik nasional, maupun asing (PMDN/PMA).

Kawasan Industri Medan

Salah satu kawasan industri yang menyiapkan fasilitas investasi yang relatif lengkap adalah Kawasan Industri Medan , yang terletak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. Kawasan Industri ini memiliki luas lebih kurang 514 Ha.

Manajemen KIM juga siap membantu mendapatkan izin berusaha yang ditentukan dengan biaya dan waktu yang telah distandarisasi, sederhana, murah, cepat dan pasti. Harga tanah lokasi pabrik dan untuk keperluan lainnya seperti perkantoran dipastikan lebih murah sehingga dapat menekan biaya investasi yang harus dikeluarkan. Sampai saat ini bebagai jenis perusahaan industri mengambil lokasi investasinya di kawasan ini baik yang berskala besar, sedang maupun kecil.


(69)

4.3 Pembahasan dan Hasil Penelitian

Analisis regresi merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan persamaan antarvariabel. Untuk menganalisis pengaruh PDRB, tingkat suku bunga, pengeluaran pemerintah, investasi, digunakan analisa regresi linier berganda, dimana variabel terikat (dependent variabel) adalah investasi periode 1988-2007. Sedangkan variabel bebas (independent variabel) adalah PDRB, suku bunga, pengeluaran pemerintah periode 1988-2007 (lampiran 1)

Model estimasi persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = α + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + µ

Dimana,

Y = Investasi (miliar rupiah)

X1 = PDRB (miliar rupiah)

X2 = Suku Bunga (%)

X3 = Pengeluaran Pemerintah (miliar rupiah)

ß1, ß2, ß3 = Koefisien Regresi

α = Intercept


(70)

Berdasarkan regresi linier berganda dengan bantuan program komputer Eview 4.1 dengan metode Ordinary Least Square (OLS) diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Estimasi PDRB (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), dan

Pengeluaran Pemerintah (X3) Terhadap Investasi di Kota Medan

Dependent Variable: (INVESTASI) Method: Least Squares

Date: 06/10/09 Time:08:51 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 50116551 29965238 1.672490 0.0039

PDRB 18.19473 2.781052 6.542393 0.0401

SUKU BUNGA -650006.8 1467572 -0.442913 0.0638

P.PEMERINTAH 1467514 0.035694 1.891440 0.0768

R-squared 0.938409 Mean dependent var 71131672

Adjusted R-squared 0.889361 S.D. dependent var 53387634 S.E. of regression 29755619 Akaike info criterion 37.43179 Sum squared resid 1.42E+16 Schwarz criterion 37.63094

Log likelihood -370.3179 F-statistic 15.05472


(71)

Estimation command: LS Y C X1 X2 X3

Estimation Equation

Y=C(1) X1 + C(2) X2 + C(3) X3

Y= 5011655*+18.19473** X1 -650006.8*** X2 +1.467514*** X3

Keterangan:

(*) : signifikan pada α = 1% (**) : signifikan pada α = 5% (***) : signifikan pada α = 10%

4.3.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah koefisien yang menyatakan hubungan yang dijelaskan oleh variabel dependen dan variabel independen tersebut.

Dari hasil perhitungan estimasi regresi dapat diperoleh nilai (R2) sebesar 0.9384. Artinya, variabel PDRB (X1), tingkat suku bunga (X2), dan pengeluaran

pemerintah (X3) secara bersama menjelaskan variabel investasi sebesar 93,84%,

sedangkan sisanya sebesar 6,32% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.


(72)

4.3.2 Uji t-statistik

Berdasarkan hasil estimasi (regresi) model yang telah diperoleh, dapat dibuat suatu interpretasi model yang diambil pada metode penelitian, sebagai berikut:

a. PDRB (X1)

PDRB (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap investasi, dengan

koefisien sebesar 1.819473. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan PDRB sebesar 1%, ceteris paribus maka jumlah investasi mengalami kenaikan sebesar 1.819 miliar rupiah.

Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PDRB signifikan pada α = 10%, dengan | t-hitung | > t-tabel (6.542 > 2.110). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel PDRB berpengaruh nyata terhadap jumlah investasi pada tingkat kepercayaan 95%.


(73)

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada PDRB , maka investasi akan naik, ceteris paribus.

Ha diterima Ha diterima

Ho: Diterima

-2,110 2,110 6,542

Grafik 4.1

Uji t-statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X1)

b. Tingkat Suku Bunga (X2)

Tingkat suku bunga (X2) mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah

investasi, dengan koefisien sebesar -6.500068. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga sebesar 1%, ceteris paribus maka jumlah investasi akan mengalami penurunan sebesar Rp. 6.500.068 miliar rupiah.

Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran signifikan

pada α = 10%, dengan t-hitung > t-tabel (2.442 > 1.740). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel tingkat suku bunga berpengaruh nyata terhadap jumlah investasi pada tingkat kepercayaan 90%.


(74)

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga, maka jumlah investasi akan menurun, ceteris paribus.

Ha diterima Ha diterima

Ho: Diterima

-1,740 1,740 2,442

Grafik 4.2

Uji t-statistik Tingkat Suku Bunga (X2)

c. Pengeluaran Pemerintah (X3)

Pengeluaran pemerintah (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap

jumlah investasi, dengan koefisien (slope) sebesar 1.467514. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah 1%, ceteris paribus maka jumlah investasi akan mengalami peningkatan sebesar 1.467 miliar rupiah.

Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat inflasi signifikan

pada α = 10%, dengan t-hitung > t-tabel (1.891 > 1.740). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh nyata terhadap jumlah investasi pada tingkat kepercayaan 90%.


(75)

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada pengeluaran pemerintah, investasi akan meningkat, ceteris paribus.

Ha diterima Ha diterima

Ho : Diterima

-1,740 1,740 1,891

Grafik 4.3

Uji t-statistik Pengeluaran Pemerintah (X3)

4.3.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel PDRB (X1),

suku bunga (X2), dan pengeluaran pemerintah (X3) mampu secara serentak atau

secara bersama-sama mempengaruhi jumlah investasi.

Berdasarkan hasil model analisis regresi diperoleh bahwa hitung > F-tabel (15.05 > 3.24), dengan demikian Ho ditolak. Artinya, secara bersama-sama PDRB (X1), tingkat suku bunga (X2), pengeluaran pemerintah (X3) berpengaruh

nyata terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia, pada tingkat kepercayaan 95%.


(1)

Lampiran 1

Tabel

Jumlah Investasi, PDRB, Suku Bunga, Pengeluaran Pemerintah, dan Kurs Tengah Rupiah

TAHUN Investasi PDRB

SUKU

BUNGA Peng.Pemerintah

Kurs Tengah Rp/uS$

1988 7667250,5 1135331,16 15,3 46660315 2429

1989 8402511,2 1356237,7 15,5 36450646 2375

1990 8963394,1 2467667,48 17,25 37462067 2015

1991 9418617,4 2782056,25 19,63 40536430 2234

1992 9835041,7 3273336,16 13,75 52304725 2062

1993 10218600 4382251,46 9,25 67160195 2110

1994 12841049 4686615,42 13 85219239 2200

1995 15097981 4994606,17 14,25 109937556 2308

1996 20421211 5481625,79 14,5 128594480 2383

1997 31840998 5903111,6 13,24 149799158 3650

1998 38205541 4833911,18 37,93 175751387 9875

1999 45962890 4999857,97 12,64 198059422 7807

2000 51701022 5274101,21 14,31 214492640 8374

2001 59554774 5549453,2 17,63 231636386 10546

2002 65137510 5799222,07 13,12 256883392 9261

2003 74890133 6092546,41 8,34 368472237 8580

2004 66517864 6452309,04 7,29 480640337 9290

2005 79042090 7234654,26 12,83 586958717 9830

2006 60822361 7869272,99 9,5 718719941 9020

2007 77279126 9352401,22 7,83 1012564364 9419


(2)

Lampiran 2

Hasil Estimasi PDRB (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), dan Pengeluaran

Pemerintah (X3) Terhadap Investasi di Kota Medan

Dependent Variable: (INVESTASI) Method: Least Squares

Date: 06/10/09 Time:08:51 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 50116551 29965238 1.672490 0.0039

PDRB 18.19473 2.781052 6.542393 0.0401

SUKU BUNGA -650006.8 1467572 -0.442913 0.0638

P.PEMERINTAH 1467514 0.035694 1.891440 0.0768

R-squared 0.938409 Mean dependent var 71131672

Adjusted R-squared 0.889361 S.D. dependent var 53387634 S.E. of regression 29755619 Akaike info criterion 37.43179 Sum squared resid 1.42E+16 Schwarz criterion 37.63094

Log likelihood -370.3179 F-statistic 15.05472

Durbin-Watson stat 1.828309 Prob(F-statistic) 0.000064

Estimation command: LS Y C X1 X2 X3

Estimation Equation

Y=C(1) X1 + C(2) X2 + C(3) X3

Y= 50116551+18.19473 X1 -650006.8 X2 +1.467514 X3


(3)

Lampiran 3

Multikolinieritas X1 = f (X2 , X3 )

Dependent Variable:(X1) Method: Least Squares Date: 06/10/09 Time:08:51 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.798136 2.487717 2.330705 0.0332

X2 -4.770E-08 3.36E-07 -0.139854 0.8905

X3 0.069110 0.069205 0998625 0.3328

R-squared 0.060507 Mean dependent var 4.685789 Adjusted R-squared -0.056930 S.D. dependent var 4.645225 S.E. of regression 4.775620 Akaike info criterion 6.108864 Sum squared resid

364.9047

Schwarz criterion 6.257986

Log likelihood -55.03421 F-statistic 0.515232


(4)

X2 = f (X1 , X3 )

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 06/10/09 Time: 08:51 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6330615. 1442462. 4.388756 0.0005

X1 25987.64 185820.4 0.139854 0.8905

X3 6903.602 53022.21 0.130202 0.8980

R-squared 0.003006 Mean dependent var 6290436.

Adjusted R-squared -0121618 S.D. dependent var 3353713. S.E. of regression 3551799. Akaike info criterion 33.14775 Sum squared resid 2.02E+14 Schwarz criterion 33.29687

Log likelihood -311.9036 F-statistic 0.024124

Durbin-Watson stat 0.164231 Prob(F-statistic) 0.976200


(5)

X3 = f (X1 , X2 )

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 06/10/09 Time:08:51 Sample: 1988 2007

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 14.83256 9.385259 1.580410 0.1336

X1 0.848954 0.850122 0.998625 0.3328

X2 -1.532430 1.184356 -0130202 0.8980

R-squared 0.060354 Mean dependent var 11.81895 Adjusted R-squared -0.057102 S.D. dependent var 16.27954 S.E. of regression 16.73788 Akaike info criterion 8.617166 Sum squared resid 4482.508 Schwarz criterion 8.766288

Log likelihood -78.86307 F-statistic 0.513846


(6)

Lampiran 4

Otokolerasi Hasil Pengujian

Breusch-Godfrey serial Correlation

F-statistic 0.783537 Probability 0.391012 Obs R-squared 1.007013 Probability 0.315620