UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar.
b. E-test
Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC minimum inhibitory concentration atau KHM kadar hambat minimum, yaitu konsentrasi miminal
suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari
kadar terendah hingga kadar tertinggi dan digerakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih
yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar.
c. Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada
bagian tengah secara membujur dan mikroba uji maksimum 6 macam digoreskan ke arah parit yang berisi agen antimikroba.
d. Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, yaitu dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut
diberi agen antimikroba yang akan diuji.
e. Gradient-plate technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji
ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dituang di atasnya. Plate
diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji maksimal 6 macam digoreskan pada
arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin
dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. Bila: X: panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin
Y: panjang pertumbuhan aktual
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C: konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media mgmL atau µgmL, maka konsentrasi hambatan adalah: [X.Y] = C mgmL atau µgmL.
Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen antimikroba dapat mempengaruhi
keseluruhan hasil pada media padat.
2.5.2 Metode Dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair broth dilution dan dilusi padat solid dilution.
a. Metode dilusi cairbroth dilution test serial dilution
Metode ini mengukur MIC minimum inhibitory concentration atau kadar hambat minimum, KHM dan MBC minimum bactericidal concentration atau
kadar bunuh minimum, KBM. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada media cair yang ditambahkan dengan
mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang
ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama
18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM.
b. Metode dilusi padatsolid dilution test
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat solid. Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba
yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.
2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metode Difusi pada Pengujian Aktivitas Antimikroba
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan aktivitas antimikroba dengan metode difusi Lorian, 1980, antara lain:
1 Kedalaman Agar
Untuk memperoleh sensitivitas yang optimal, cawan petri diisi dengan lapisan agar tidak lebih dari 2 sampai 3 mm dan merata pada setiap bagiannya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keseragaman kedalaman Agar penting untuk menjamin datarnya bagian dasar sebagai tempat pengujian.
2 Ukuran Inokulum
Ukuran inokulum merupakan salah satu variabel penting yang berpengaruh pada besar kecilnya zona hambatan dan konsentrasi hambat
minimum. Jika ukuran inokulum kecil, akan diperlukan lebih banyak waktu untuk mencapai masa sel mikroba. Akibatnya zona hambat yang terbentuk akan menjadi
lebih besar, dan konsentrasi hambat minimum menjadi lebih kecil.
3 Komposisi Media
Aktivitas zat antimikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kation- kation dalam media. pH media dan adanya berbagai macam bahan antagonis.
Kecepatan difusi dari zat antimikroba ditentukan oleh konsentrasi media, konsentrasi berbagai ion dan adanya ikatan elektrostatik antara zat antimikroba
dengan sekumpulan ion dalam media. Kapasitas gizi dari media juga sangat mempengaruhi panjangnya fase pertumbuhan dari mikroba uji, dan akan turut
mempengaruhi ukuran zona hambatan dan konsentrasi hambat minimum.
4 Temperatur Inkubasi
Tiap-tiap golongan mikroba memiliki temperatur pertumbuhan optimal fungi umumnya 10-35ºC, bakteri 20-45ºC. Inkubasi akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba uji. Kecepatan pertumbuhan akan menurun pada temperatur yang lebih rendah daripada temperatur optimal pertumbuhan mikroba dan terhenti
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur optimal pertumbuhan mikroba.
5 Waktu Inkubasi
Besarnya zona hambatan ditentukan pula oleh jangka waktu inkubasi. Misalnya kebanyakan bakteri patogen dapat diamati pertumbuhannya setelah 5
atau 6 jam inkubasi. Pada inkubasi selanjutnya zona hambatan akan menjadi lebih kecil karena terjadi perubahan pertumbuhan bakteri pada tepi zona hambatan dan
konsentrasi hambatan minimum akan lebih besar.
6 Konsentrasi zat antimikroba
Semakin tinggi konsentrasi zat aktif antimikroba akan semakin besar hambatan terhadap pertumbuhan mikroba, sehingga zona hambatan akan lebih
besar.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6. Pemilihan Media
Lay, 1992
Beberapa syarat yang harus dipenuhi media pertumbuhan mikroba adalah sebagai berikut:
1 Cukup mengandung unsur-unsur makanan yang mudah diambil oleh mikroba.
2 Tidak mengandung inhibitor atau zat-zat lain yang menghambat pertumbuhan
mikroba. 3
Memiliki tekanan osmotik yang sesuai dengan kebutuhan mikroba. 4
Memiliki pH yang sesuai kebutuhan mikroba. 5
Steril.
2.7 Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Bacillus Subtilis, Shigella dysenteriae, dan Salmonella
typhimurium.
2.7.1 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen yang bersifat Gram positif. Klasifikasi bakteri ini adalah Sleigh Timbury
,
1994: Kingdom
: Prokaryota Filum
: Bacteria Kelas
: Schizomyces Ordo
: Eubacteriales Famili
: Micrococcaceae Genus
: Staphylococcus Spesies
: Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Setiap
jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan
pembentukkan abses. Kuman ini berbentuk sferis, bila bergerombol dalam susunan yang tidak teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter
kuman antara 0,8 – 1,0 mikron. Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora dan
Gram positif. Jenis-jenis Staphylococcus di laboratorium tumbuh dengan baik dalam kaldu biasa pada suhu 37ºC. Batas-batas suhu untuk pertumbuhannya ialah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15ºC dan 40ºC, sedangkan suhu pertumbuhan optimum ialah 35ºC. Pertumbuhan terbaik dan khas ialah pada suasana aerob; kuman ini pun bersifat anaerob
fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya mengandung hidrogen dan pH optimum untuk pertumbuhan ialah 7,4. Pada lempeng agar, koloninya
berbentuk bulat, diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat, dan konsistensinya lunak. Warna khas ialah kuning keemasan, hanya intensitas
warnanya dapat bervariasi Syahrurachman et al., 1994.
2.7.2 Bacillus subtilis
Bacillus subtilis merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang besar, membentuk rantai, berspora, dan sifatnya aerob. Panjang bakteri ini 2-3 µm dan
lebarnya 0,7-0,8 µm Jawetz Adelberg, 1996. Bakteri ini menggunakan sumber N dan C untuk energi pertumbuhan.
Spora resisten terhadap perubahan lingkungan, tahan terhadap panas kering dan desinfektan kimia tertentu selama waktu yang cukup lama dan tetap ada selama
bertahun-tahun dalam tanah yang kering Jawetz Adelberg, 1996. Berikut adalah klasifikasi Bacillus subtilis menurut Madigan 2005:
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus subtilis
Bacillus subtilis dapat tumbuh pada suhu 45-55°C minimum pada suhu 5- 20°C, dan suhu optimumnya bervariasi antara 25-37°C. Bakteri ini banyak
terdapat di tanah, air, udara, saluran pencernaan hewan, dan bahan pangan tertentu Buckle, 1985.
Bacillus subtilis menyebabkan penyakit pada manusia dengan sistem imun terganggu, misalnya gastroenteritis akut dan meningitis Jawetz Adelberg,
1996. Bakteri ini juga dikenal sebagai penyebab keasaman pada makanan kaleng karena fermentasi gula yang dikandung bahan pangan tersebut Buckle, 1985.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7.3 Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, motil aktif dan tidak membentuk spora yang diklasifikasikan sebagai
berikut Juliantina et al., 2008: Kingdom
: Prokaryota Filum
: Gracilicutes Kelas
: Scotobacteria Ordo
: Eubacteriales Famili
: Enterobacteriaceae Genus
: Escherichia Spesies
: Escherichia coli Pembiakan E. coli bersifat aerob atau fakultatif anaerob, pertumbuhan
optimum pada suhu 37ºC. E. coli mempunyai beberapa antigen, yaitu antigen O polisakarida, antigen K kapsular, antigen H flagella. Antigen O merupakan
antigen somatik berada dibagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit berulang polisakarida. Antibodi terhadap antigen O adalah IgM. Antigen
K adalah antigen polisakarida yang terletak di kapsul Juliantina et al., 2008. E.coli terdapat di saluran pencernaan manusia dan binatang, dapat pula
ditemukan di sungai, danau, tanah, dan tempat lain yang telah terkontaminasi feses. E.coli dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare. Namun
sebagai bagian dari flora normal saluran pencernaan, E.coli berperan penting untuk pencernaan makanan dengan memproduksi vitamin K dari materi-materi
yang tidak tercernakan di usus besar. Selnya berukuran antara 0,4-0,7 µm x 1,4 µm Syahrurachman et al., 1994.
2.7.4 Shigella dysenteriae
Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak berflagel, dan ukuran 0,5-0,7 µm x 2-3 µm. Sifat pertumbuhan adalah aerob
dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4-7,8, suhu pertumbuhan optimum 37°C Syahrurachman et al., 1994. Klasifikasi bakteri ini adalah Dwidjoseputro,
1998:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kingdom : Prokayota Filum
: Bacteriophyta Kelas
: Gammaproteobacteria Ordo
: Eubacteriales Famili
: Bactericeae Genus
: Shigella Spesies
: Shigella dysenteriae Bakteri ini dapat menyebabkan disentri basiler. Disentri adalah salah satu
dari berbagai gangguan pencernaan yang ditandai dengan peradangan usus terutama kolon, disertai nyeri perut dan buang air besar yang sering mengandung
darah dan lendir Pelczar, 1986.
2.7.5 Salmonella typhimurium
Salmonella typhimurium merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak berspora, ukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4
mm, mempunyai flagel peritrikh. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-41°C suhu pertumbuhan optimum 37,5°C dan
pH pertumbuhan 6-8 Syahrurachman et al., 1994. Berikut adalah klasifikasi Salmonella typhimurium Batt Mary, 2014:
Kingdom : Bacteria Filum
: Proteobacteria Kelas
: Gammaproteobacteria Ordo
: Enterobacteriales Famili
: Enterobacteriaceae Genus
: Salmonella Spesies
: Salmonella typhimurium Bakteri dari genus Salmonella merupakan bakteri penyebab infeksi yang
jika tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut salmonelosis. Gejala salmonelosis yang paling sering terjadi adalah gastroenteritis
yang disebabkan oleh Salmonella typhimurium. Salmonella tidak selalu menimbulkan perubahan dalam warna, bau, maupun rasa pada makanan yang
terkontaminasinya. Semakin tinggi jumlah Salmonella di dalam makanan semakin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
besar kemungkinan timbulnya gejala infeksi pada orang yang menelan makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri Salmonella Jay, 1978.
2.8 Genus Garcinia
Genus Garcinia yang merupakan tumbuhan tropis. Di Indonesia dikenal sebagai tanaman manggis-manggisan dan terdapat sekitar 100 spesies yang
tersebar dan merupakan bagian penting dari komposisi hutan Sosef et al., 1998; Sari, 1999. Tanaman ini juga tumbuh di daerah subtropis, seperti di Kepulauan
Jepang, Korea dan sebagian wilayah dataran Cina Ilyas et al., 1994; Likhitwitayawuid et al., 1998.
Garcinia mempunyai habitus berupa pohon dengan tinggi mencapai 25-33 m dan jarang yang berupa semak. Batangnya lurus dengan diameter 60-100 cm,
mengecil ke arah ujung. Bentuk pohon seperti kerucut, memiliki percabangan berselang-seling. Seluruh bagian tanaman mengeluarkan getah putih atau kuning
yang kental dan lengket, bila dilukai. Daun selalu berwarna hijau, berhadapan silang. Genus ini ada yang berumah satu monoecious dan ada yang berumah dua
dioecious. Bunga berada di ketiak daun. Daun kelopak dan daun mahkota terdiri dari 4-5 helai; bunga jantan memiliki benang sari yang jumlahnya bervariasi,
dengan tangkai sari bersatu menjadi satu tiang tengah atau membentuk 4-5 berkas. Bagian putik mengecil atau tidak sama sekali. Bunga betina biasanya berukuran
lebih besar daripada bunga jantan, seringkali menyendiri, benang sari semu dengan tangkai-tangkai sarinya yang bersatu menjadi sebuah cincin di bagian
pangkal, atau menjadi 4-5 berkas pendek; bakal buah beruang 2-12, biasanya berbentuk papilla. Bijinya besar, biasanya terbungkus oleh arilus yang berisi
banyak sari buah; embrionya berupa massa yang padat, hanya tersusun atas hipokotil, sedangkan keping bijinya tidak ada. Bagian kayu dari genus ini
biasanya keras dengan warna yang beragam mulai kuning sampai coklat kemerahan dan umumnya memiliki tekstur bagus Veirhej Coronel, 1992;
Sosef, 1998. Garcinia mangostana dikenal dengan nama Queen of fruit, selain buahnya
dapat dimakan, kulit ari biji dari buah ini digunakan sebagai obat luka dan infeksi, penurun panas dan mengurangi rasa sakit. G. cambogia sekarang banyak terdapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
di pasaran sebagai suplemen untuk mengurangi berat badan. Getah bagian batang G. hanburyi Hook digunakan sebagai pencahar, biji G. dulcis Kurz dikenal
sebagai obat gondok dan buah G. indica telah dimanfaatkan sebagai obat cacing dan kardiotonik. Di bidang industri tanaman ini juga telah dipakai sebagai bahan
dasar sabun dan lilin, minyak dari tanaman ini juga dapat digunakan untuk obat urut dan urtikaria Sosef, 1998.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan pada beberapa spesies Garcinia berhasil diisolasi senyawa-senyawa kelompok xanton, benzofenon, flavonoid, dan
triterpenoid Verheij Coronel, 1992; Likhitwitayawuid et al., 1998. Umumnya senyawa-senyawa tersebut mempunyai aktivitas biologik dan farmakologik seperti
antiinflamasi, antimikroba, antifungi, dan antioksidan Likhitwitayawuid et al., 1998; Iinuma et al., 1998.
2.9 Garcinia benthami Pierre