Kemampuan Keuangan Daerah Landasan Teori .1 Kebijakan Otonomi Daerah

29 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pembiayaan Daerah PAD Belanja Tidak Langsung Penerimaan Pembiyaan 1. Pajak Daerah 1. Belanja Pegawai 1. SILPA 2. Retribusi Daerah 2. Bunga 2. Pencairan dana cadangan 3. Hasil Pengelolaan 3. Subsidi 3. Hasil penjualan kekayaan daerah 4. Hibah kekayaan daerah yang dipisahkan 5. Bantuan Sosial yang dipisahkan 4. Dll PAD yang Sah 6. Belanja Bagi Hasil 4. Penerimaan pinjaman Dana Perimbangan 7. Bantuan Keuangan daerah 1. Dana Bagi Hasil 8. Belanja tak terduga 5. Penerimaan kembali 2. Dana Alokasi Umum Belanja Langsung pemberian pinjaman 3. Dana Alokasi Khusus 1. Belanja Pegawai 6. Penerimaan piutang Lain-Lain Pendapatan 2. Belanja Barang dan Jasa daerah Daerah yang Sah 3. Belanja Modal Pengeluaran Pembiayaan 1. Hibah tak mengikat 1. Pembentukan dana 2. Dana darurat dari cadangan pemerintah 2. Investasi Pemda 3. Dana bagi hasil pajak 3. Pembayaran pokok utang dari provinsi 4. Pemberian pinjaman 4. Dana penyesuaian daerah Dana otonomi khusus 5. Bantuan keuangan dari provinsi Gambar 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

2.1.3 Kemampuan Keuangan Daerah

Landasan hukum untuk penerapan akuntansi dalam praktik pemerintah guna mewujudkan good governance telah disiapkan oleh pemerintah dalam satu paket UU Bidang Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, dan UU Pemeriksaan Tanggungjawab Keuangan Negara. Bastian 2006:14 Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009 USU Repository © 2008 30 menyatakan ada 4 prinsip dasar pengelolaan Keuangan Negara yang telah dirumuskan dalam 3 paket UU Bidang Keuangan Negara, yaitu : 1. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja. 2. Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah. 3. Pemberdayaan manajer profesional 4. Adanya lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, profesional, dan mandiri, serta penghindaran terhadap terjadinya duplikasi dalam pelaksanaan pemeriksaan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sudah tentu berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Devas et.al, 1989:279 menjelaskan bahwa tujuan utama pengelolaan keuangan pemerintahan daerah adalah sebagai berikut : 1. Pertanggungjawaban Accountability, Pemerintah daerah harus mempertanggungjawabkan tugas keuangan kepada lembaga atau orang yang berkepentingan. Unsur tanggungjawab ini adalah meliputi keabsahan dengan berpangkal pada ketentuan hukum dan perundang- undangan yang berlaku. Sedangkan pengawasan merupakan tata cara yang efektif untuk menjaga kekayaan uang dan barang, mencegah penghamburan dan penyelewengan, dan memastikan bahwa semua sumber pendapatan dan penggunaannya adalah tepat dan sah. Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009 USU Repository © 2008 31 2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus dikelola sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua ikatan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Kejujuran. Urusan keuangan harus diserahkan kepada pegawai yang jujur dan kesempatan untuk berbuat curang dipersempit. 4. Efisiensi dan Efektivitas. Tata cara mengurus keuangan daerah harus menggunakan manajemen pengawasan yang baik, sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya seefisien mungkin dan memerlukan jangka waktu pelaksanaan yang seefektif mungkin. 5. Pengendalian. Petugas keuangan daerah, DPRD, dan petugas pengawas harus melakukan pengendalian agar semua tujuan yang direncanakan bisa tercapai. Untuk itu semua pihak yang berkepentingan dalam pengawasan ini harus mengusahakan agar selalu mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah sesuai dengan rencana dan sasaran. Hal ini berkaitan erat dengan konsep otonomi dan desentralisasi yang pada hakekatnya memberikan kekuasaan, kewenangan, dan keleluasaan diskresi kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan menentukan penggunaan dana untuk melaksanakan urusan daerah. Di dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, unsur penting yang selalu menjadi perhatian pemerintahan adalah dalam hal pengadaan sumber pembiayaan. Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009 USU Repository © 2008 32 Ditunjukkan oleh Kaho 2001:124 bahwa salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan keuangan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan self supporting dalam bidang keuangan. Dengan kata lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Faktor keuangan daerah menjadi begitu penting karena tanpa ada biaya yang cukup, pemerintah tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Pamudji dalam Kaho 2001:125 menunjukkan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Pendapatan yang relatif sama juga dikedepankan oleh Syamsi 1983 dalam Kaho 2001:125 yang menempatkan keuangan daerah sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Secara umum keberhasilan keuangan daerah ditunjukkan oleh kemampuan daerah meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian tanpa memperburuk faktor-faktor produksi dan keadilan. Musgrave Musgrave 1993:237 menyebutkan bahwa asal-usul prinsip kemampuan keuangan adalah muncul dari prinsip manfaat. Dengan demikian kembali penerimaan pajak dan retribusi. Pada pasal 1 ayat 6 Permendagri No.13 Tahun 2006 Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009 USU Repository © 2008 33 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya semua bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah