23
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Tujuan utama pembentukan pemerintahan di daerah pada prinsipnya adalah untuk lebih memberdayakan peran serta pemerintah dan masyarakat
di daerah dalam pembangunan wilayah. Mardiasmo 2002:59 menyatakan bahwa tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk
meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah.
2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Pemahaman APBD terus bergulir dari orde lama sampai pada era pasca reformasi. Di era orde lama Mamesah 1995:20 dalam Halim
2007:19 mengatakan bahwa APBD adalah rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan
pengeluaran setinggi-tinginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain
menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
Penganggaran daerah di era pra reformasi juga diungkapkan oleh Yuwono dkk, 2005:95 yang menyatakan bahwa karakteristik
penganggaran keuangan daerah di era pra reformasi sebagai berikut : 1. Sistem input perencanaan.
2. Sistem output perencanaan.
Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009
USU Repository © 2008
24
3. Dilihat dari susunan strukturnya, APBD terdiri atas pendapatan dan
belanja, dimana belanja dibagi dua, yaitu belanja rutin dan belanja pembangunan.
4. Memakai sistem proses perencanaan line-item budget dan incremental,
sedangkan pendekatan penyusunan yang diterapkan adalah berorientasi pada input dan fragmental.
5. Dokumen penyusunan yang digunakan DUKDADUPDA
6. Pinjaman dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu sebagai unsur
pendapatan daerah. 7.
Dana transfer dari pusat terdiri atas sumbangan, subsidi, dan ganjaran. 8.
Pembentukan dana cadangan tidak diperkenankan. 9.
Pengeluaran tidak tersangka terdiri atas pengeluaran rupa-rupa dan pelaksanaannya berdasarkan kebijakan kepala daerah.
10. APBD kabupatenkota disahkan oleh gubernur, sedangkan untuk
propinsi disahkan oleh menteri dalam negeri. 11.
Untuk perubahan APBD, pihak DPRD cukup diberitahu. 12.
Pelimpahan kewenangan otoritas dari perangkat pengelola keuangan daerah tergantung kepada kebijakan kepala daerah dan pelimpahan
kewenangan otorisator, ordinator, dan kompatibel. Pada era orde baru Wajong 1962:81 dalam Halim 2007:19 mengatakan
bahwa APBD adalah rencana pekerjaan keuangan financial workplan yang dibuat untuk suatu jangka waktu ketika badan legislatif DPRD memberikan
Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009
USU Repository © 2008
25
kredit kepada badan eksekutif kepala daerah untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi
dasar grondslag penetapan anggaran dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran. Dari kedua defenisi Halim
2007:19 menyimpulkan bahwa anggaran daerah memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Rencana kegiatan suatu daerah beserta uraiannya secara rinci.
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
4. Periode anggaran, biasanya satu tahun.
Penganggaran daerah di era reformasi memiliki karakteristik yang berbeda dari pengelolaan keuangan daerah pada era pra reformasi, hal ini
diungkapkan oleh Yumono dkk, 2005:95 yang menyatakan bahwa perbedaan karakteristik penganggaran di era pra reformasi dengan
penganggaran di era reformasi adalah sebagai berikut : 1.
Pengertian daerah adalah provinsi dan kotakabupaten. 2.
Pengertian pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat lainnya.
Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009
USU Repository © 2008
26
3. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepala
daerah dan arah kebijakan umum APBD merupakan dokumen kesepakatan antara eksekutif dengan legislatif.
4. Perbedaan sistem output, perencanaan asas APBD memakai sistem
surplusdefisit anggaran. 5.
Untuk susunan struktur APBD terdiri atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
6. Sistem perencanaannya adalah performance budget, standard pelayanan,
orientasi output-outcome, dan integrated. 7.
Dokumen penyusunan anggaran memakai RASK Rencana Anggaran Satuan Kerja.
8. Pinjaman dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu merupakan
jenis pembiayaan. 9.
Dana transfer dari pusat terdiri atas dana perimbangan Dana Bagi Hasil, PBB, PPh, BPHTB, dan SDA,DAU, DAK.
10. Sistem pencatatan dan pelaporan menggunakan system akuntansi
berpasangan dan basis kas modifikasian. 11.
Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas : a
Laporan realisasi anggaran b
Neraca c
Laporan arus kas d
Catatan atas laporan keuangan
Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009
USU Repository © 2008
27
12. Dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolak ukur rencana
strategis daerah renstrada 13.
Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pos pendapatan, tetapi masuk dalam pos penerimaan.
14. Masyarakat dilibatkan dalam penyusunan APBD, di samping
pemerintah daerah dan DPRD. 15.
Indikator kinerja pemerintah daerah mencakup : a
Perbandingan antara anggaran dan realisasi. b
Perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya. c
Target dan persentase fisik proyek. d
Laporan pertanggungjawaban kepala daerah pada akhir tahun anggaran bentuknya berupa laporan perhitungan APBD yang
dibahas oleh DPRD dan mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah, apabila dua kali ditolak oleh DPRD.
Pada era pasca reformasi bentuk APBD banyak mengalami perubahan yang cukup mendasar. Bentuk APBD yang pertama didasari oleh Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, serta tata cara
penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pada UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa :
1. APBD merupakan pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap
tahun dengan Peraturan Daerah.
Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009
USU Repository © 2008
28
2. APBD terdiri atas Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja, dan
Pembiayaan, 3.
Pendapatan Daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah. 4.
Belanja Daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Menurut Permendagri No.13 tahun 2006 menyebutkan bahwa
anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah rencana keuangan pemerintah daerah yang harus disetujui bersama oleh pemerintah daerah
dengan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 dapat disajikan dalam gambar dibawah ini :
Henri Edison H.Panggabean : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, 2009
USU Repository © 2008
29
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pembiayaan Daerah
PAD Belanja Tidak Langsung Penerimaan Pembiyaan
1. Pajak Daerah 1. Belanja Pegawai
1. SILPA 2. Retribusi Daerah
2. Bunga 2. Pencairan dana cadangan
3. Hasil Pengelolaan 3. Subsidi
3. Hasil penjualan kekayaan daerah
4. Hibah kekayaan daerah
yang dipisahkan 5. Bantuan Sosial
yang dipisahkan 4. Dll PAD yang Sah
6. Belanja Bagi Hasil 4. Penerimaan pinjaman
Dana Perimbangan 7. Bantuan Keuangan
daerah 1. Dana Bagi Hasil
8. Belanja tak terduga 5. Penerimaan kembali
2. Dana Alokasi Umum Belanja Langsung
pemberian pinjaman 3. Dana Alokasi Khusus
1. Belanja Pegawai 6. Penerimaan piutang
Lain-Lain Pendapatan 2. Belanja Barang dan Jasa daerah
Daerah yang Sah 3. Belanja Modal
Pengeluaran Pembiayaan
1. Hibah tak mengikat 1. Pembentukan dana 2. Dana darurat dari
cadangan pemerintah
2. Investasi Pemda 3. Dana bagi hasil pajak
3. Pembayaran pokok utang dari provinsi
4. Pemberian pinjaman 4. Dana penyesuaian
daerah Dana otonomi khusus
5. Bantuan keuangan dari provinsi
Gambar 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
2.1.3 Kemampuan Keuangan Daerah