BAB III BIOGRAFI MUNAWIR SADZALI
A. Riwayat Hidup Munawir Sjadzali
Dilahirkan di sebuah desa bernama Karanganom sekitar delapan kilometer dari ibu kota Klaten, Jawa Tengah. Ibunya bernama Tas`iyah sedangkan
ayahnya bernama Abu Aswad Hasan Sjadzali yang biasa dipanggil Mughaffir.
1
Keluarganya merupakan keluarga yang tergolong miskin, sehingga tidak jarang ketika masih di Sekolah Rakyat, Munawir kecil berangkat sekolah pada
pagi hari tanpa sarapan terlebih dahulu, kecuali setelah satu hari sebelumnya ibunya menjual kelapa dan dengan hasil menjual kelapa itu dibelikan bahan
makanan untuk sarapan keesokan paginya. Pengiriman uang saku yang tertunda bahkan sering kali dikurangi serta biaya sekolah SPP yang selalu menunggak
saat menimba ilmu di Manba`ul `Ulum, serta mungkin yang tidak pernah dia lupakan adalah ketika ibunya harus menjual jarit kain panjang bekas yang
masih lumayan bagus untuk menebus ijazah aliyahnya. Meskipun secara ekonomi keluarganya sangat kekurangan, namun secara
agama keluarganya tergolong baik, dikarenakan ayahnya yang pernah mondok di berbagai pesantren tradisional yang cukup terkenal saat itu, seperti Pesantren
1
Nama Tua, yaitu nama yang diberikan karena tradisi masyarakat Desa Karanganom kepada setiap pasangan laki-laki dan perempuan yang baru menikah, dengan nama tua itulah pasangan itu
dipanggil baik oleh keluarga maupun oleh kawan dekat.
Jamsaren Solo, Jawa Tengah, Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur, dan Pesantren Termas Pacitan, Jawa Timur.
Selain itu, ayahnya juga seorang yang aktif di organisasi Muhammadiyah. Bahkan ayahnya pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Ranting
Muhammadiyah di kampungnya. Selain itu, ayahnya juga termasuk pengamal atau pengikut tarekat Sjadzaliyah yang merupakan salah satu ordo mistik dalam
mistisisme Islam. Di lingkungan masyarakat Desa Karanganom, ayahnya juga mendapatkan
panggilan Kyai, sebuah panggilan kehormatan untuk seseorang yang dianggap memiliki wawasan ilmu-ilmu agama yang luas sekaligus pengakuan sebagai
pemimpin informal bagi masyarakatnya. Munawir Sjadzali adalah anak sulung dari delapan bersaudara, lahir pada
pukul pagi hari Sabtu Pon, tanggal
Bakdo Mulud Robi`ul Akhir tahun Be
, menurut ibunya yang buta aksara latin. Ketika Munawir Sjadzali duduk di bangku Madrasah Aliyah Manba`ul Ulum, ia mendapatkan pelajaran Ilmu
Falak, dengan ilmu itu ia menemukan bahwa tanggal kelahirannya adalah November
.
2
Karir Munawir dimulai sebagai guru SD Islam di Unggaran, Semarang -
selepas dari Manba`ul `Ulum. Proklamasi kemerdekaan di bulan Agustus
, membawa perubahan besar di Gunungpati yang perbatasannya
2
Konversi ini sesuai dengan yang terdapat dalam buku Almanak Tahun,
– ,
terbitan PT. Citra Jaya Murti. Lihat M. Wahyuni Nafis, et.al., Kontekstualisasi Ajaran Islam Tahun
Prof. Dr. Munawir Sjadzali, M.A Jakarta: IPHI dan Paramadina,
, Cet. I, h. .
dengan Kota Semarang hanya dibatasi oleh aliran Kali Garang yang dangkal. Sehingga Gunungpati, secara langsung atau tidak langsung menerima dampak
pertama dari apa yang terjadi di Kota Semarang, terlebih ketika terjadi “Pertempuran Lima Hari” yang dengan sendirinya menimbulkan masalah-
masalah politik, keamanan, ekonomi, dan sosial. Dan seperti yang terjadi di banyak daerah di republik yang masih sangat
muda saat itu, di Gunungpati juga segera terbentuk Gerakan Angkatan Muda guna mempertahankan kemerdekaan. Munawir segera bergabung di dalamnya
dan terpilih sebagai ketuanya. Inilah kiprah politik yang pertama kali digelutinya.
Selama masa mempertahankan kemerdekaan, Munawir menjadi penghubung antara Markas Pertempuran Jawa Tengah dengan Badan-badan
Kelaskaran Islam yang ada saat itu -
. Pada hal tugasnya sebagai penghubung berawal dari ketidaksengajaan, hal ini bermula ketika
diselenggarakan Kongres Pemuda di Yogyakarta. Seusai kongres Munawir dan kawan-kawannya kembali ke Gunungpati, namun truk yang mereka tumpangi
terhenti di Ambarawa lantaran jalannya terhalang oleh potongan-potongan pohon yang ditebang oleh para pejuang. Saat itulah muncul keinginan dari
kawan-kawannya untuk bergabung dengan kesatuan-kesatuan para pejuang. Akhirnya, Gerakan Angkatan Muda yang dipimpinnya membubarkan diri. Dan
Munawir sendiri, memilih untuk bergabung dengan kesatuan pejuang Islam Hizbullah.
3
Selain Hizbullah, organisasi lain yang juga memilki peran yang sama dalam mempertahankan kemerdekaan dan sama besar pengaruhnya di Jawa
adalah Sabilillah, namun antara keduanya tidak ada koordinasi sehingga sering terjadi misskomunikasi. Maka untuk menjembatani keduanya, dibentuklah
Markas Pimpinan Pertempuran Hizbullah-Sabilillah MPHS yang berfungsi sebagai forum komunikasi dan koordinasi. Ternyata, MPHS tidak hanya
menjadi jembatan bagi komunikasi dan koordinasi antara Hizbullah dan Sabillah, tetapi juga dengan sesama badan-badan kelaskaran lainnya. Dan
Munawir sebagai orang yang dianggap piawai dalam berdiplomasi diikutsertakan dalam tugas ini.
Pada Mei , Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi
tentang peleburan semua badan kelaskaran, termasuk Hizbullah dan Sabilillah, ke dalam Badan Keamanan Rakyat BKR cikal bakal Tentara Nasional
Indonesia TNI. Karena menyadari tidak memiliki memiliki bakat dalam dunia militer, memilih kembali ke Solo dan kemudian aktif dalam Gerakan Pemuda
Islam Indonesia GPII. Ketika meletus Peristiwa Madiun, saat itu Munawir tergabung dalam Kesatuan Aksi Pemuda Surakarta mewakili GPII. Dan ketika
Belanda menduduki Solo dalam Agresi Militer II, Munawir kembali ke medan
3
Hizbullah adalah semacam unit militer bagi pemuda Islam yang dibentuk pada masa pendudukan Jepang, tepatnya pada akhir tahun
. Lihat Ahmad Syafi`i Ma`arif, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Percaturan dalam Konstituante
, Jakarta: LP ES, , h.
pertempuran bergabung dengan kesatuan-kesatuan yang memilih tetap beroperasi di daerah pendudukan.
Tahun setelah perang mempertahankan kemerdekaan dan
terlaksananya Konferensi Meja Bundar KMB di Den Haag, Belanda, Munawir kembali ke Kota Semarang, di kota itu ia sering keluar-masuk perpustakaan
pribadi milik KH. Munawar Cholil guna mencari pemuas dahaganya terhadap ilmu pengetahuan, dengan latar belakang madrasah ia merasa memiliki akses
terhadap kitab-kitab klasik Islam
4
dan di tahun dia menulis sebuah buku
yang berjudul Mungkinkah Negara Indonesia Bersendikan Islam ?. Bukunya kemudian menarik perhatian Bung Hatta, sehingga akhirnya Munawir di
panggil Bung Hatta. Menurut Bung Hatta, secara kualitas buku tersebut perlu dikembangkan dan berani menentang klise.
Lewat Bung Hatta pulalah, pada itu Munawir memperoleh pekerjaan
di seksi Arab Timur Tengah Departemen Luar Negeri dengan tugas pokok menulis ringkasan surat kabar-surat kabar yang berasal negera-negara timur
tengah. Pekerjaan itu semakin menambah pemahaman globalnya terutama segala hal yang berkaitan dengan timur tengah.
Setelah satu tahun berada di Inggris dalam rangka melanjutkan studi ilmu politiknya, maka pada tahun
dia kembali ke tanah air dan segera ditempatkan di Direktorat Eropa.
4
Dr. Azyumardi Azra, Saiful Umam, ed. Menteri-menteri Agama RI Biografi Sosial – Politik
Jakara: Badan Litbang Agama. Departemen Agama RI bekerjasama dengan PPIM-IAIN Jakarta,
, h.
Awal tahun dia ditarik ke Sekretariat Bersama Konferensi Asia-
Afrika yang membuatnya terlibat penuh dalam urusan kesekretariatan pada konferensi bersejarah itu.
Pertengahan tahun untuk pertama kalinya Munawir ditugaskan ke
luar negeri, yakni diperbantukan di AtaseSekretaris III Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat.
Tahun -
, Munawir diangkat menjadi Kepala Bagian Amerika Utara, Deplu RI. Kemudian tahun
- , dipindahtugaskan menjadi
Sekretaris I KBRI di Colombo, Sri Lanka. Tahun -
diangkat menjadi Kuasa Usaha KBRI di Colombo. Selama lima tahun kurang dua bulan dia di
Colombo, sehingga ketika di tanah air terjadi peristiwa G S PKI, Munawir
sedang bertugas di sana. Kemudian tahun
- , dia menjabat Kabiro Tata Usaha Sekjen
Deplu, lalu antara tahun -
menjabat sebagai Minster Wakil Kepala Perwakilan RI di London.
Karir Munawir semakin meningkat, sehingga pada -
dia diangkat menjadi Duta Besar Reoublik Indonesia untuk Emirat Arab, yang
meliputi Bahrain, Qatar, dan Perserikatan Keamiran Arab. Tahun , dia
menjabat Staf Ahli Mentri Luar Negeri Republik Indonesia, lalu tahun -
dia menjabat sebagai Dirjen Politik Deplu. Dan di puncak karirnya, Presiden Soeharto mengangkatnya sebagai Menteri Agama Republik Indonesia
pada Kabinet Pembangunan IV -
, dan pada Kabinet Pembangunan V -
. Prof. Dr. Munawir Sjadzali M.A yang dikenal sebagai seorang diplomat,
birokrat, pendidik, dan sekaligus sebagai pemikir, telah berpulang ke rahmatullah pada hari Jum`at,
Juli di Rumah Sakit Pondok Indah,
Jakarta, akibat serangan penyakit stroke dan kompilasi dari beberapa penyakit lainnya.
B. Pendidikan Munawir Sjadzali