A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Disamping itu ada
pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan survive dalam persaingan, berkembang growth serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi
sosial lainnya di masyarakat. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global akan mengakibatkan mengecilnya volume usaha yang pada akhirnya
mungkin mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Risiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan
cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Data menunjukkan, secara umum lima kelompok perusahaan farmasi terbesar yang ada hanya menguasai sekitar 36 pangsa pasar. Kondisinya
mungkin akan berbeda kalau dilihat dari struktur pasar per kategori produk. Dengan analisis yang lebih rinci terhadap pasar kategori produk antibiotik,
misalnya, boleh jadi ditemukan satu atau segelintir perusahaan yang menguasai pasar itu secara mono atau oligopolistis.
Awalnya, pemerintah hanya menugaskan tiga BUMN Farmasi yaitu Indofarma, Kimia Farma, Phapros untuk mencukupi kebutuhan obat bermutu
dengan harga terjangkau. Oleh pemerintah, harga beberapa jenis obat generik yang wajib mereka sediakan ditetapkan di bawah harga produksi dan kerugiannya
ditutup oleh beberapa jenis obat generik lainnya yang bermargin agak besar, atau disubsidi silang. Tak terkena aturan ini, pabrik farmasi swasta yang kemudian
Universitas Sumatera Utara
diizinkan masuk hanya memproduksi obat-obat yang bermargin dan pasarnya besar, sehingga Dexa Medica, misalnya, bisa menjadi produsen obat generik yang
besar sekaligus menguntungkan. Dari tiga pabrik farmasi yang dimiliki oleh pemerintah di atas, hanya Phapros yang dipandang terkecil, serta Dexa yang
berada di daerah, memiliki portofolio produk relatif lengkap dan seimbang yang mampu membukukan kinerja keuangan memadai. Kenaikan harga obat-obat
generik tertentu yang dilakukan pemerintah itu boleh dibilang hanya mengembalikan harga obat ke tingkat yang lebih wajar, dan hanya memerlukan
sedikit subsidi silang. Dengan ditetapkannya peraturan yang sama, level playing field, bisa membawa Indofarma menjadi produsen obat generik yang sehat.
Strategi fokus ke obat generik adalah masuk akal. Di tingkat global ada semacam gerakan yang mendorong ketersediaan obat bermutu yang harganya terjangkau
masyarakat luas. Fenomena lain yang mesti diwaspadai adalah dari dalam negeri, rencana
pemberlakuan UU Sosial Asuransi Kesehatan yang oleh pemerintah merupakan hal yang mesti diwaspadai. Masuknya asuransi besar yang pasti bakal mengubah
struktur pasar ini harus diantisipasi oleh industri farmasi dengan inovasi di bidang pemasaran. Bagi masyarakat, UU SAK Sosial Asuransi Kesehatan merupakan
berita baik. Dengan hadirnya asuransi yang memiliki posisi perundingan kuat terhadap perusahaan farmasi itu, kita semua dapat berharap di masa mendatang
harga obat tidak terlalu tinggi. Analisis rasio merupakan analisis yang sering digunakan dalam menilai
kinerja keuangan perusahaan, dan sumber utamanya adalah dengan melihat
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan perusahaan. Namun terdapat masalah dalam pemakaian analisis rasio karena masing- masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan indikasi
yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Beberapa teknik statistik yang paling sering digunakan untuk menganalisis
kebangkrutan adalah analisis parametrik, yaitu model logit dan MDA multivariate discrimant analysis, sedangkan model non parametrik sering
digunakan akhir-akhir ini seperti model trait recognition dan artificial neural network ANN. Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupakan
antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan
memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Hal lain yang mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya problema
keuangan yang mengancam operasional perusahaan. Faktor modal dan risiko keuangan mempunyai peran penting dalam menjelaskan fenomena kepailitan
tekanan keuangan perusahaan tersebut. Dengan terdeteksinya lebih awal kondisi perusahaan, sangat memungkinkan bagi perusahaan dan investor melakukan
langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan segera tertangani.
Terkait model prediksi financial distress, menurut Rifqi 2009:3 ada beberapa model yang mencoba membantu calon-calon investor dan kreditur dalam
memilih perusahaan tempat menaruh dana supaya tidak terjebak dalam masalah financial distress tersebut. Model tersebut antara lain dikemukakan oleh Beaver
1966, Altman 1968, Springate 1978, Ohlson 1980, dan Zmijewski 1983.
Universitas Sumatera Utara
Altman 1968 telah menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum
perusahaan tersebut bangkrut .
Kelima rasio tersebut terdiri dari cash flow to total debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to total assets dan current
ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu, terutama likuiditas dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan
memprediksi kebangkrutan perusahaan. Model Altman dipilih karena menurut Adnan dan Kurniasih dalam Rosmika 2005:12 bahwa pendekatan Altman dapat
membuktikan secara empiris bahwa rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan kelompok perusahan perbankan dan non
perbankan dengan cukup akurat. Penelitian ini ingin menguji kembali hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan mengambil
obyek penelitian pada sektor farmasi yang terdaftar di BEI untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan. Tingkat kesehatan keuangan bisa juga
digunakan sebagai alat ukur yang pertama untuk menunjukkan kondisi keuangan perusahaan, dan untuk lebih meyakinkan kondisi kebangkrutannya bisa digunakan
untuk memprediksi potensi kebangkrutan. Dengan demikian formula yang ditemuka n Altman bisa digunakan sebagai salah satu alat ukur yang handal dalam
memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan. Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman dengan
judul “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-
Universitas Sumatera Utara
Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI”, dengan maksud untuk melanjutkan penelitian sebelumnya
melalui pengembangan objek perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari tulisan yang pernah dibuat oleh Siti Rodliyah 2003, namun untuk membedakan
dengan penelitian terdahulu, peneliti memilih perusahaan di sektor farmasi sebagai objeknya dengan periode penelitian tahun 2005 – 2008.
B. Perumusan Masalah