Sementara ketersediaan lahan pertanian yang subur, tidak bertambah. Lahan yang tersedia itupun setiap tahun terus berkurang akibat konversi lahan, bagi
pengembangan sektor-sektor di luar pertanian. Oleh karena itu, perlu ditata pengelolaannya secara komprehensif, bukan hanya untuk jangka pendek, tetapi
jangka menengah dan jangka panjang. Jangan tumpang tindih, jangan hanya untuk memenuhi kebutuhan satu sektor mengorbankan sektor yang lain Rija, 2008.
2.2. Landasan Teori
Laju pertumbuhan penduduk disebutkan 1,3-1,5, sedangkan luas lahan pertanian tidak bertambah, sehingga Indonesia dikhawatirkan tidak mampu
memenuhi kebutuhan pangan 10 tahun dari sekarang. Keterkaitan antara laju permintaan pangan dan pertumbuhan penduduk adalah dasar teori pembangunan
pertanian klasik. Suatu persamaan sederhana bahwa laju permintaan pangan suatu negara ditentukan oleh laju permintaan penduduk, laju pertumbuhan ekonomi, dan
elastisitas pendapatan terhadap pangan tersebut. Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3, pertumbuhan ekonomi 6,1,
dan elastisitas pendapatan terhadap pangan sekitar 0,6, laju permintaan pangan Indonesia sekitar 4,96 per tahun. Pertumbuhan pasok pangan di
Indonesia memang harus mencapai 5 atau lebih, jika ingin menghindari krisis pangan yang berkepanjangan. Strategi yang baik tentu saja perlu memprioritaskan
pemenuhan pangan dari produksi dalam negeri, karena apabila mengandalkan pemenuhan pangan dari impor. Untuk pangan pokok, khususnya beras,
peningkatan produksi domestik menjadi demikian mutlak, karena negara produsen beras besar-seperti China, Vietnam, India, dan Pakistan semakin hati-hati dalam
Universitas Sumatera Utara
melempar produk mereka ke pasar internasional. Benar bahwa persoalan tingginya laju pertumbuhan penduduk Indonesia harus terus diwaspadai. Namun,
persoalan baru tentang kompleksitas baru karena perubahan pola perdagangan komoditas pangan di tingkat global jauh lebih penting untuk diantisipasi.
Pencetakan sawah baru penting, tetapi berbagai upaya yang mengarah kepada peningkatan produktivitas pangan per satuan luas lahan jauh lebih penting
dan bermakna bagi kesejahteraan rakyat. Apabila laju peningkatan produktivitas ini lebih besar dari laju penurunan rasio lahan terhadap tenaga kerja-karena lahan
nyaris tetap, sedangkan tenaga kerja terus bertambah-krisis pangan akan dapat dihindari. Maknanya, perubahan tekonologi di bidang pangan dan pertanian
menjadi sangat mutlak dan tidak dapat diabaikan dalam penyusunan strategi dan kebijakan ekonomi pangan ke depan.
Krisis pangan juga akan dapat dihindari apabila berbagai program peningkatan produksi pangan tidak dimaksudkan hanya untuk memenuhi target
politik semata. Langkah kebijakan pemerintah wajib bervisi peningkatan kesejahteraan petani sebagai pelaku sentral dalam pembangunan pertanian. Jadi,
untuk menghindari krisis pangan, strategi peningkatan produksi pangan wajib disertai dengan langkah pemberdayaan dan peningkatan kapasitas petani.
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan
mendistribusikannya untuk kebutuhan komsumsi. Sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat Mansur, 2005
Universitas Sumatera Utara
Masalah pokok perekonomian ialah adanya kelangkaan atau kekurangan akibat ketidakseimbangan antara i kebutuhan masyarakat dengan ii faktor-
faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat. Disatu pihak keinginan masyarakat relatif tak terbatas sementara dilain pihak sumber-sumber daya atau
faktor-faktor produksi yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang tersebut relatif terbatas. Faktor-faktor poduksi adalah benda-benda yang disediakan oleh
alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.
Pengertian produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa
Jumlah penduduk yang terus bertambah mencerminkan pula makin padat jumlah penduduk tiap 1 km2, dapat mempercepat eksploitasi sumberndaya alam
dan mempersempit persediaan lahan hunian dan lahan pakai. Dengan kata lain jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin padat sangat mengganggu daya
dukung dan daya tampung lingkungan. Menurut Kustiawan 1997 dalam perspektif makro, fenomena konversi
lahan pertanian di negara-negara sedang berkembang terjadi akibat transformasi struktural perekonomian dan demografis. Transformasi struktural dalam
perekonomian berlangsung dari semula yang bertumpu pada pertanian ke arah yang lebih bersifat industri. Sementara dari sisi demografis, pertumbuhan
penduduk perkotaan yang pesat mengakibatkan konversi dari penggunaan pertanian ke penggunaan yang luar biasa.
Universitas Sumatera Utara
Terjadinya konversi lahan sawah ke non sawah di Propinsi Jawa Timur sebagaimana dikemukakan Ashari 1995 disebabkan oleh kepadatan penduduk,
nilai tukar petani, dan PDRB per kapita. Kepadatan penduduk disuatu tempat terutama di perkotaan yang juga mencerminkan land man ratio akan
mendorong penduduk mencari tempat lain untuk membangun pemukiman di luar kota pedesaan. Akibatnya banyak lahan yang semula digunakan untuk kegiatan
pertanian mengalami alih fungsi menjadi pemukiman. Sedangkan nilai tukar petani yang rendah menyebabkan tidak ada intensif bagi petani untuk terus hidup
dari usaha pertaniannya, sehingga mareka cenderung mengkonversi lahan sawahnya.
2.3. Kerangka Pemikiran