yang digunakan adalah CaO. CaO yang akan digunakan sebagai katalis terlebih dahulu dikalsinasi pada suhu 600°C selama 2 jam, sehingga ketika
katalis CaO dilarutkan di dalam metanol akan terjadi reaksi: CaO + CH
3
OH CaOCH
3
+ H
2
O Tobing, M. 2009. Dari hasil uji titrasi, kandungan FFA untuk minyak kemiri dapat dihitung
berdasarkan data berikut:
Sampel Sampel
gram Vol.Titrasi
ml Normalitas
AV FFA
Asam lonoleat
Minyak kemiri 5,0302 0,68
0,10444 0,79 0,39422563
Acid Value AV = [ vol.ml x N ] x 56.110 berat sampelgr Maka: FFA asam linoleat = AV x 280 x 100 56110
FFA asam linoleat = 0,79 x 280 x 100 56110 FFA asam linoleat = 0,39422563
3.4 Proses Pembuatan Biodiesel Dengan Menggunakan Katalis CaO dan Kosolven Eter
3.4.1 Alat dan Bahan
1. Alat yang dibutuhkan a.
Labuh leher
tiga b.
Gelas Ukur
c. Pompa
Vakum d.
Reaktor e.
Corong Pemisah
f. Hotplate Stirer
g. Autoclave
h. Neraca
i. Termometer
j. Corong
Universitas Sumatera Utara
2. Bahan yang dibutuhkan a. Minyak kemiri
f. Kertas saring b.
CaO g.
Kertas Lakmus
c. Metanol h.
Eter d. HCl
4
i. Potasium Methoxide K
2
OCH
3
e. Na
2
SO
4
j. Aquades f. N-Heksan
3.4.2 Prosedur Kerja
1. Pertama sekali menentukan jumlah minyak kemiri, metanol, katalis CaO dan eter.
Perbandingan molar minyak kemiri terhadap metanol 1 : 12 dan konsentrasi katalis 8 bb. Massa minyak kemiri ditimbang dengan neraca
sebanyak 881 gr 1 mol, massa metanol 384 gr 12 mol, massa katalis CaO 8 bb = 70,48 gr, dan eter sebanyak 200 ml. Kemudian bahan-
bahan itu dimasukkan kedalam Autoclave reactor, selanjutnya autoclave dipanaskan di dalam oilbath pada suhu tetap 65
C dan diaduk dengan menggunakan Hotplate Stirer selama 1 jam proses transesterifikasi dapat
dilihat pada Lampiran I Gambar 3. 2.
Proses penyaringan a.
Setelah diaduk 1 jam, campuran dikeluarkan dari Autoclave dan isinya dimasukkan kedalam gelas ukur, lalu katalis CaO disaring dengan
menggunakan kertas saring untuk memisahkan metil ester dari katalis CaO.
b. Setelah katalis CaO disaring pH campuran diukur dengan
menggunakan kertas lakmus didapat pH = 11 campuran bersifat basa.
c. Sifat basa ini harus dinetralkan supaya tidak terjadi proses penyabunan
saat dilakukan proses pencucian dengan menambahkan cairan HCL
4
Universitas Sumatera Utara
normal secukupnya lalu diaduk sampai merata hingga diperoleh pH campuran = 7, berarti reaksi sudah netral.
3. Proses Pencucian
Kedalam reaksi dimasukkan aquadest secukupnya, sehingga terjadi 2 lapisan yaitu lapisan atas merupakan metil ester FAME dan lapisan
bawah merupakan gliserol + air. Lapisan atas dan lapisan bawah dapat dilihat pada lampiran I gambar 4.
4. Proses Pemisahan biodiesel dengan gliserol
a. Pada proses pemisahan, semuanya dimasukkan kedalam corong pisah
lalu ditambahkan n-Hexana dengan tujuan agar zat-zat yang terlarut dan gliserol berpisah secara sempurna dengan biodesel.
b. Kemudian gliserol dan lapisan bawah ini dibuang melalui corong dan
tinggal bagian atas yang berupa FAME kasar. Proses pemisahan gliserol dari FAME kasar dapat dilihat pada lampiran I gambar 5.
c. Biodiesel dimasukkan kedalam gelas ukur lalu kedalamnya
dimasukkan Na
2
SO
4
dengan tujuan untuk mengikat air yang terdapat di dalam biodesel lalu didiamkan selama 24 jam hingga terbentuk
serbuk putih didasar tabung reaksi. d.
Serbuk Na
2
SO
4
dipisahkan dari biodesel dengan menggunakan kertas saring pemisahan Na
2
SO
4
dari biodiesel dapat dilihat pada lampiran I Gambar 7.
5. Proses pemurnian biodesel
Untuk memurnikan biodiesel dari n-Hexana, metanol dan eter, Biodiesel dimasukkan kedalam labu leher tiga, kemudian didestilasi vacum selama 5
jam, hasilnya diperoleh 450 gr FAME crude. Proses destilasi vacum dapat dilihat pada lampiran I gambar 6.
Dengan prosedur yang sama digunakan untuk transesterifikasi dengan lama reaksi 2 jam dan 3 jam. Hasil FAME untuk reaksi 1 jam, 2 jam, 3
jam dapat dilihat pada lampiran I Gambar 8.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Pengujian Viskositas