apabila kandungan metana di dalamnya mencapai 45 atau lebih Garcelon dan Clark, 2007.
2.2 Sejarah Biogas
Ketertarikan secara ilmiah terhadap gas yang dihasilkan dari dekomposisi alami terhadap bahan organik, tercatat pertama kali dalam sejarah yaitu pada abad ke-16.
Adalah Robert Boyle dan Stephen Hale yang mengatakan bahwa gas yang dapat terbakar dihasilkan dengan memberikan gangguan semacam pengadukan terhadap
sedimen sungai dan danau. Digester anaerob pertama dibangun oleh koloni penderita lepra di Bombay, India, pada tahun 1859. Pada tahun yang sama, teknologi ini
dikembangkan di Exeter, Inggris, di mana septic tank digunakan untuk menghasilkan gas bagi lampu penerangan jalan. Melalui penelitian ilmiah, proses anaerob memperoleh
pengakuan akademis pada tahun 1930. Sekarang ini, proses anaerob telah meluas penggunaannya, terutama untuk
pengolahan limbah dan buangan yang banyak mengandung bahan organik. Contoh- contoh limbah dan buangan ini meliputi kertas limbah, rumput-rumputan, makanan basi,
limbah cair dan kotoran ternak. Salah satu pengecualian adalah limbah kayu yang sangat sulit ditangani menggunakan proses anaerob karena kebanyakan bakteri anaerob tidak
mampu mendegradasikan lignin kecuali xylophalgeous yang digunakan oleh pabrik etanol seluloik di Amerika Serikat. Banyak pula negara berkembang yang telah
memanfaatkan sistem anaerob sebagai sumber energi murah untuk memasak dan penerangan. Sejak tahun 1975, penggunaan biogas skala rumah tangga di Cina dan India
juga telah didukung program pemerintah Wikipedia
2
, 2008.
2.3 Tahapan Metabolisme dalam Pembentukan Biogas
Pada proses anaerob, bahan organik didegradasikan menjadi metana dan karbon dioksida melalui tahap-tahap berlainan yang merupakan serangkaian kegiatan metabolik
dari kelompok-kelompok mikroorganisme yang berbeda Gambar 2.1. Adapun tahap- tahap ini dapat dibedakan menjadi 4 tahap utama yaitu:
1. Hidrolisis dan Asidifikasi
5 6
Universitas Sumatera Utara
Mula-mula, bakteri fermentatif akan menghidrolisis substrat polimer seperti polisakarida, protein dan lemak menjadi monomer-monomer gula, asam amino
dan peptida.
2. Asidogenesis
Pada tahap ini, hasil hidrolisis dari tahap sebelumnya akan difermentasikan menjadi asam lemak volatil asam asetat, asam butirat dan propionat dan asam
lemak rantai panjang, CO
2
, format, H
2
, NH
4 +
, HS
-
, alkohol. 3.
Asetogenesis Selanjutnya, bakteri sintropik atau bakteri asetogenik pereduksi proton,
menguraikan propionat, asam lemak rantai panjang, alkohol, beberapa asam amino dan senyawa aromatik, menjadi H
2
, format dan asetat.
CH
4
+ CO
2
CH
4
+ H
2
O
BAHAN ORGANIK
Karbohidrat Protein
Lemak Asam nukleat
Hidrolisis dan Fermentasi
Dehidrogenasi Asetogenik
Hidrogenasi Asetogenik
Dekarboksilasi Asetat
Pembentukan metana reduktif
Asam lemak
H
2
+ CO
2
Asetat
7
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Skema metabolisme yang terlibat dalam degradasi anaerob lengkap dari
bahan organik menjadi metana dan karbon dioksida McInerney, 1999 Degradasi senyawa-senyawa ini membentuk H
2
biasanya dihindari, kecuali bila konsentrasi H
2
atau format, dipertahankan cukup rendah oleh bakteri pengguna H
2
seperti metanogen ataupun bakteri homoasetogenik yang mengubah H
2
dan CO
2
menjadi asetat. Karena banyaknya variasi organisme yang terlibat dalam reaksi-reaksi di atas dan kemampuan mereka untuk menjalankan tipe
metabolisme yang lain seperti fermentasi atau reduksi sulfat, organisme yang terlibat pada tahap ini disebut pemetabolisme sintropik.
4. Metanogenesis
Tahap terakhir melibatkan 2 kelompok metanogen yang berbeda, yakni metanogen hidrogenotropik yang menggunakan H
2
dan format dari reaksi sebelumnya untuk mereduksi CO
2
menjadi CH
4
, dan metanogen asetotropik yang menguraikan asetat menjadi CO
2
dan CH
4
McInerney, 1999, Garcelon dan Clark, 2007, Wikipedia
3
, 2008 dan Field dan Sierra, 2004.
Adapun reaksi-reaksi sintropik dan metanogenik yang mungkin terlibat dalam degradasi anaerobik dirangkum dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tabel reaksi sintropik dan metanogenik pada proses anaerob Reaksi
āGā° kJ per reaksi Reaksi metanogenik
4H
2
+ HCO
3 -
+ H
+
CH
4
+ 3H
2
O - 135,6
Asetat
-
+ H
2
O CH
4
+ HCO
3 -
- 31,0 Reaksi sintropik tanpa H
2
untuk digunakan metanogen Laktat
-
+ 2H
2
O Asetat
-
+ HCO
3 -
+ H
+
+ 2H
2
- 4,2 Etanol + H
2
O Asetat
-
+ H
+
+ 2H
2
+ 9,6 Butirat
-
+ 2H
2
O 2 Asetat
-
+ H+ + 2H
2
+ 48,3 Propionat
-
+ 3H
2
O Asetat
-
+ HCO
3 -
+ H
+
+ 3H
2
+ 76,1 Benzoat
-
+ 7H
2
O 3 Asetat
-
+ HCO
3 -
+ 3H
+
+ 3H
2
+ 70,6 Asetat
-
+ 4H
2
O 2HCO
3 -
+ H
+
+ 4H
2
+104,6 Reaksi sintropik dengan H
2
untuk digunakan metanogen 2 Laktat
-
+ H
2
O 2 Asetat
-
+ HCO
3 -
+ H
+
+ CH
4
- 143,6 2 Etanol + HCO
3 -
2 Asetat
-
+ H
2
O + H
+
+ CH
4
- 116,4 2 Butirat
-
+ HCO
3 -
+ H
2
O 4 Asetat
-
+ H
+
+ CH
4
- 39,4 8
Universitas Sumatera Utara
4 Propionat
-
+ 3H
2
O 4 Asetat
-
+ HCO
3 -
+ H
+
+ 3CH
4
- 102,4 4 Benzoat
-
+ 19H
2
O 12 Asetat
-
+ HCO
3 -
+ 9H
+
+ 3CH
4
- 124,4 McInerney, 1999
2.4 Variabel Kondisi Proses