1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil perumusan masalah yaitu: 1.
Apakah dapat dilakukan karakterisasi terhadap simplisia rimpang lengkuas merah Galangae rhizoma sesuai dengan cara karakterisasi yang
tercantum dalam Materia Medika Indonesia? 2.
Apakah cara destilasi uap dapat digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri dari simplisia rimpang lengkuas merah?
3. Apakah komponen minyak atsiri dari simplisia rimpang lengkuas merah
yang diisolasi dengan cara destilasi uap dapat dianalisis secara GC-MS?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis yaitu: 1.
Karakterisasi terhadap simplisia rimpang lengkuas merah Galangae rhizoma dapat dilakukan sesuai dengan cara karakterisasi yang tercantum
dalam Materia Medika Indonesia. 2.
Cara destilasi uap dapat digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri dari simplisia rimpang lengkuas merah.
3. Komponen minyak atsiri dari simplisia rimpang lengkuas merah yang
diisolasi dengan cara destilasi uap dapat dianalisis secara GC-MS.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristik simplisia rimpang lengkuas merah
Galangae rhizoma sesuai dengan cara karakterisasi yang tercantum dalam Materia Medika Indonesia
2. Untuk mengetahui kadar minyak atsiri yang diperoleh dari simplisia
rimpang lengkuas merah.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui komponen minyak atsiri dari simplisia rimpang
lengkuas merah yang diisolasi dengan cara destilasi uap.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang komponen-komponen kimia minyak atsiri pada simplisia rimpang lengkuas merah
Galangae rhizoma serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan untuk dapat mengembangkan penelitian tentang bahan alam penghasil minyak atsiri yang
banyak terdapat di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi habitat dan daerah tumbuh, sistematika tumbuhan, nama asing, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia, serta
penggunaan tumbuhan.
2.1.1. Habitat Tumbuh dan Daerah Tumbuh
Lengkuas Languas galanga L. Stuntz ditemukan menyebar di seluruh dunia. Penyebarannya termasuk di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, di bawah
kaki pegunungan Himalaya sebelah timur hingga laut Cina dan India barat daya di antara Chats dan Lautan Indonesia. Di Jawa tumbuh liar di hutan, semak belukar,
umumnya ditanam di tempat yang terbuka sampai di tempat yang kenaungan. Tumbuh pada ketinggian tempat hingga ketinggian 1.200 meter di atas permukaan
laut DepKes RI, 1978. Untuk tumbuh, lengkuas menyukai tanah gembur, sinar matahari banyak, sedikit lembab, tetapi tidak tergenang air. Untuk
mengembangbiakkan tanaman ini dapat dilakukan dengan potongan rimpang yang sudah memiliki mata tunas. Selain itu dapat pula dengan memisahkan sebagian
rumpun anakan. Pemeliharaannya mudah, seperti tanaman lain dibutuhkan cukup air dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan.
Terutama pupuk dasar Anonim
d
, 2009. Sebenarnya lengkuas ada dua macam, yaitu lengkuas merah dan putih.
Lengkuas putih banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah. Pohon lengkuas
Universitas Sumatera Utara
putih umumnya lebih tinggi dari pada lengkuas merah. Pohon lengkuas putih dapat mencapai tinggi 3 meter, sedangkan pohon lengkuas merah umumnya hanya
sampai 1-1,5 meter. Berdasarkan ukuran rimpangnya, lengkuas juga dibedakan menjadi dua varitas, yaitu yang berimpang besar dan kecil. Oleh karena itu, paling
tidak ada tiga kultivar lengkuas yang sudah dikenal, yang dibedakan berdasarkan ukuran dan warna rimpang, yaitu lengkuas merah, lengkuas putih besar, dan
lengkuas putih kecil Sinaga, E., 2009.
2.1.2. Sistematika Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Languas
Spesies : Languas galanga L. Stuntz Sinaga, E., 2009.
2.1.3. Nama Daerah
Nama daerah dari Lengkuas merah adalah Lengkueus Gayo, Langkueueh Aceh KelawasKaro, HalawasSimalungun, Lakuwe Nias, Lengkuas
Melayu, Langkuweh Minang, LawasLampung, Laja Sunda, Laos Jawa, Madura Sinaga, E., 2009.
2.1.4. Nama Asing
Nama asing dari lengkuas merah adalah lengkuas, puar Malaysia, langkauas, palia Filipina, padagoji Burma, kom deng, pras Kamboja, kha Laos,
Thailand, hong dou ku Cina, galangal, greater galangal, java galangal, siamese
Universitas Sumatera Utara
ginger Inggeris, grote galanga, galanga de IInde Belanda, galanga Perancis, grosser galgant Jerman Sinaga, E., 2009.
2.1.5 Morfologi Tumbuhan
Merupakan terna berumur panjang, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh
pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Daun
tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun di sebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil dari pada yang di tengah. Bentuk daun lanset
memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip. Panjang daun sekitar 20 - 60 cm, dan lebarnya 4 - 1 5 cm. Pelepah
daun lebih kurang 15 - 30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau. Bunga lengkuas merupakan
bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan ramping, yang
terletak tegak di ujung batang. Bunga agak berbau harum. Buahnya buah buni, berbentuk bulat, keras. Sewaktu masih muda
berwarna hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdiameter lebih kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya
kecil-kecil, berbentuk lonjong, berwarna hitam. Rimpang kecil dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar
2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan,
keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang
Universitas Sumatera Utara
yang sudah tua berserat kasar. Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Untuk mendapatkan rimpang
yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena
kandungan minyak atsirinya.
2.1.6 Kandungan Kimia
Rimpang tanaman ini mengandung 1 minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terdiri dari metil-sinamat 48, sineol 20 - 30, eugenol, kamfer
1, seskuiterpen, ∂ -pinen, galangin dan lain-lain. Minyak atsiri pada bijinya
adalah 1”-acetoxychaviol acetate, 1’-acetoxyeugenol acetat, caryophyllenol I dan 5-epimer caryophyllenol II, pentadecane, heptadec-7-enemethyl ester Anonim
b
, 2008.
2.1.7 Penggunaan Tumbuhan
Rimpang lengkuas sering digunakan untuk mengatasi gangguan lambung, misalnya kolik dan untuk mengeluarkan angin dari perut stomachikum,
menambah nafsu makan, menetralkan keracunan makanan, menghi- langkan rasa sakit analgetikum, melancarkan buang air kecil diuretikum, mengatasi
gangguan ginjal, dan mengobati penyakit herpes. Juga digunakan untuk mengobati diare, disentri, demam, kejang karena demam, sakit tenggorokan,
sariawan, batuk berdahak, radang paru-paru, pembesaran limpa, dan untuk menghilangkan bau mulut.
Rimpang lengkuas yang dikunyah kemudian diborehkan ke dahi dan seluruh tubuh diyakini dapat meng- obati kejang-kejang pada bayi dan anak-anak.
Disamping itu rimpang lengkuas juga dianggap memiliki khasiat sebagai anti
Universitas Sumatera Utara
tumor atau anti kanker terutama tumor di bagian mulut dan lambung. Di banyak negara di Asia, rimpang lengkuas digunakan sebagai bumbu masak. Demikian
pula buahnya sering digunakan sebagai bumbu masak atau rempah pengganti kapulaga. Di India dan Malaysia, rebusan rimpang lengkuas atau rimpang yang
dimasak bersama nasi diberikan kepada para ibu sehabis melahirkan Sinaga, E., 2009.
2.2 Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak atsiri disebut juga minyak menguap, minyak eteris atau minyak esensial karena
mudah menguap pada suhu kamar. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar, minyak
atsiri tidak berwarna. Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
gelap. Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang
berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat serta
disimpan di tempat yang kering dan sejuk Gunawan Mulyani, 2004. Secara kimia, minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal tetapi
tersusun dari berbagai macam komponen yang tergolong kelompok terpenoid dan fenilpropanoid Tyler, et al., 1976. Terpen minyak atsiri terdiri dari monoterpen
dan seskuiterpen. Titik didih monoterpen berkisar 140-180
o
C sedangkan titik didih seskuiterpen lebih besar dari 200
o
C Harborne, 1987.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Keberadaan Minyak Atsiri dalam Tumbuhan Dalam tumbuhan minyak atsiri terkandung dalam berbagai jaringan,
seperti di dalam rambut kelenjar pada suku Labiatae, di dalam sel-sel parenkim pada suku Zingiberaceae dan Piperaceae, di dalam saluran minyak pada suku
Umbelliferae, di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen pada suku Myrtaceae, Pinaceae dan Rutaceae, dan terkandung di dalam semua jaringan
pada suku Coniferae Tyler, et al., 1976; DepKes RI, 1978. Minyak atsiri pada tanaman berperan sebagai pengusir serangga pemakan
daun dan sebagai penarik serangga guna membantu proses penyerbukan, sebagai cadangan makanan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan
Gunawan Mulyani, 2004; Ketaren, 1985.
2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Atsiri
Umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanannya Ketaren, 1985. Minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal tetapi tersusun dari
berbagai macam komponen. Menurut asal-usul biosintetik minyak atsiri dapat dibedakan atas :
a. Turunan Terpenoid
Turunan terpenoid terbentuk melalui jalur biosintetis asam asetat- mevalonat. Terpenoid berasal dari suatu unit senyawa sederhana yang disebut
isoprene Tyler, et al., 1976. Terpen minyak atsiri terdiri dari monoterpen C
5
dan seskuiterpen C
15
. Monoterpen tersebar luas dan cenderung merupakan bagian dari kebanyakan minyak atsiri. Monoterpen dapat dibagi menjadi tiga
Universitas Sumatera Utara
golongan, tergantung apakah struktur kimianya asiklik misalnya geraniol, monosiklik misalnya limonene, atau bisiklik misalnya α- dan β-pinen. Dalam
setiap golongan, monoterpen dapat berupa hidrokarbon tak jenuh misalnya limonene atau dapat mempunyai gugus fungsi seperti alcohol misalnya linalool,
aldehid misalnya sitral, atau keton misalnya menton. Secara kimia seperti monoterpen, seskuiterpen juga dapat dibagi berdasarkan kerangka karbon
dasarnya. Yang umum ialah asiklik misalnya farnesol, monosiklik misalnya bisabolen, atau bisiklik misalnya karotol Harborne, 1987.
b. Turunan Fenil Propanoid