Bahan Pangan Fungsional Esktraksi dan penentuan kadar senyawa Beta-1,3,6-D-Glukan dari jamur shitake (Lentinula edodes)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Pangan Fungsional

Istilah pangan fungsional dipilih dari sederet istilah yang pernah dipopulerkan sebelumnya seperti “pharmafoods”, “designer foods”, “nutraceutical food”, “health foods”, “therapeutic foods” dan banyak lagi. Secara mudah dapat dikatakan bahwa pangan fungsional adalah bahan pangan yang berpengaruh positif terhadap kesehatan seseorang, selain kandungan gizi dan cita-rasa yang dimilikinya. Jadi dalam hal ini keberadaan faktor ´plus´ bagi kesehatan yang diperoleh karena adanya komponen aktif pada bahan pangan tersebut adalah merupakan ´keharusan´ Wijaya, 2002. Menurut Wijaya 2002 bahwa fungsi bahan pangan tidak lagi ada dua tetapi menjadi tiga, yaitu: segi nutrisi, cita-rasa dan kemampuan fisiologis aktifnya. Bila kita melihat lebih jauh lagi fungsi bahan pangan yang terakhir ini bukanlah hal baru dalam dunia kuliner. Masakan Tiongkok kuno misalnya, banyak sekali yang memadukan antara khasiat dan cita-rasa dalam seni kulinernya. Pada masakan ini banyak digunakan bahan baku yang dikenal mempunyai komponen bioaktif yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Ahli ilmu pengobatan kuno, Hippocrates pun pernah berujar “Let Food be The Medicine”. Menurut Wijaya 2002, suatu produk dapat disebut sebagai kelompok pangan fungsional bila: 4 4 1. Harus berupa suatu produk pangan bukan kapsul, tablet atau bubuk yang berasal dari bahan atau ingredient alami. 2. Layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu setiap hari 3. Mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna. 4. Memberikan peran khusus dalam proses metabolisme tubuh seperti meningkatkan imunitas tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu pemulihan tubuh setelah menderita sakit, menjaga kondisi fisik dan mental serta memperlambat proses penuaan. Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan atau obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Bila fungsi obat terhadap penyakit bersifat penyembuhan, maka pangan fungsional lebih bersifat pencegahan terhadap penyakit litbang pertanian, Bogor. Sedangkan menurut Mary K. Schmild dalam salah satu paparannya menyampaikan ada tiga hal utama yang membedakan pangan dengan obat, yaitu: 1. Obat bersifat treatment perlakuan penyembuhan, sedang pangan fungsional lebih bersifat mengurangi resiko. 2. Pada obat, efek harus dapat dirasakan segera, sedang pada pangan fungsional lebih pada keuntungan di masa mendatang. 3. Pemberian obat lebih ditujukan pada populasi tertentu orang dengan penyakit tertentu. Sedang makanan fungsional berpeluang dimanfaatkan oleh siapa saja dengan kemungkinan cakupan konsumen yang lebih luas Wijaya, 2002. 5

2.2 Jamur Shiitake