Latar Belakang Esktraksi dan penentuan kadar senyawa Beta-1,3,6-D-Glukan dari jamur shitake (Lentinula edodes)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang kini banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasanya menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh, seperti dapat menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol, kadar gula darah, meningkatkan penyerapan kalsium, serta aktivitas antikanker. Fenomena tersebut melahirkan konsep pangan fungsional litbang pertanian, Bogor. Salah satu bahan pangan yang berpotensi sebagai bahan pangan fungsional adalah jamur shiitake. Jamur shiitake dikenal sejak 199 M di China dan telah dibudidayakan secara luas. Jamur shiitake mengandung senyawa β-1,3;1,6-D- glukan, yang dalam jamur shiitake dikenal sebagai senyawa lentinan, yaitu polisakarida yang larut di dalam air dan diakui memiliki aktivitas sebagai antikanker Hendry, 2005. Kemampuan senyawa β-1,3;1,6-D-glukan dari jamur shiitake sebagai antikanker dibuktikan pada hasil penelitian di lingkungan Cancer Center Institute di Tokyo, Jepang, dan beberapa lembaga sejenis di benua Eropa dan AS menunjukkan ekstrak shiitake memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan kanker antara 72 -92 Hendry, 2005. 1 1 Melihat pentingnya senyawa β-1,3;1,6-D-glukan tersebut dalam aktivitas antikanker, maka pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi untuk mengisolasi senyawa β-1,3;1,6-D-glukan dalam jamur shiitake. Metode ekstraksi yang dipilih adalah metode Yap Ng 2001 karena menggunakan pelarut aquades. Sehingga diperoleh hasil ekstraksi yang aman untuk dikonsumsi Widyastuti, 2009. Identifikasi senyawa β-1,3;1,6-D-glukan dalam ekstrak jamur shiitake dilakukan analisis FTIR. Penentuan kadar senyawa β-1,3;1,6-D-glukan pada ekstrak jamur shiitake digunakan metode megazyme, metode ini dapat mengukur secara spesifik kadar senyawa β-1,3;1,6-D-glukan, namun kelemahan metode ini adalah dibutuhkan biaya yang cukup mahal dan waktu analisis yang kurang efektif, selain bahan ujinya sulit didapat dan memiliki batas waktu penggunaan. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan pula metode congo red, sebagai alternatif pengukuran kadar senyawa β-1,3;1,6-D-glukan dengan biaya lebih efisien dan waktu pengerjaannya lebih efektif dibandingkan metode megazyme. Apabila metode congo red dapat secara spesifik mengukur kadar senyawa β-1,3;1,6-D-glukan, maka diharapkan metode ini nantinya dapat diaplikasikan untuk industri jamur skala kecil dalam mengukur kadar β-1,3;1,6-D-glukan dari jamur yang mereka miliki. Rumusan Masalah 1. Berapakah berat kering ekstrak jamur shiitake yang diperoleh dengan metode ekstraksi Yap Ng? 2 2. Apakah senyawa β-1,3;1,6-D-glukan pada ekstrak kering jamur shiitake dapat teridentifikasi dengan analisis FTIR? 3. Bagaimana spesifitas hasil pengukuran kadar senyawa senyawa β-1,3;1,6- D-glukan pada ekstrak kering jamur shiitake dengan metode congo red? Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan nilai berat kering ekstrak jamur shiitake hasil ekstraksi metode Yap Ng 2. Mengidentifikasi senyawa β-1,3;1,6-D-glukan pada ekstrak kering jamur shiitake dengan analisis FTIR. 3. Mengetahui spesifitas metode congo red dalam mengukur kadar senyawa β-1,3;1,6-D-glukan pada ekstrak kering jamur shiitake. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi bahwa untuk mengisolasi senyawa β-1,3;1,6-D- glukan pada jamur shiitake, maka dapat dilakukan metode ekstraksi Yap Ng 2001 dengan hasil ekstrak yang aman dikonsumsi, selain prosesnya yang cepat dan murah. 2. Memberikan informasi bahwa metode congo red dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih murah dan efisien dalam menentukan kadar senyawa β-1,3;1,6-D-glukan jika dibandingkan dengan metode megazyme. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Pangan Fungsional