Kepadatan Makrozoobentos dan Hubungannya dengan Faktor Fisika- Kimia perairan

Berdasarkan komposisinya makrozoobentos yang ditemukan di 5 stasiun penelitian sungai Ular, diperoleh 20 genus yang terbagi ke dalam 3 filum, yaitu : 1. Filum Annelida dari kelas Chaetopoda, ordo Oligochaeta, famili Megascolicidae dan genus Pheretima dengan jumlah total 35 individu ind 2. Filum Arthropoda yang terdiri dari 2 kelas yaitu : a. Kelas Crustaceae ordo Decapoda, famili Palaemonidae yaitu genus Macrobrachium 53 ind b. Kelas Insecta yang terdiri dari 3 ordo yaitu: dan Palaemonetes63 ind Ordo Coleoptera yang terdiri dari famili Elmiidae genus Stenelmis 2 individu dan famili Heloblidae genus Scirtes 3 ind, Ordo Odonata yang terdiri dari 7 famili yaitu famili Aeshnidae genus Nasiaeschna 12 ind, famili Coenagliidae genus Coenagrion 8 ind, famili Dytiscidae genus Dytiscus 5 ind, famili Gomphiidae yang terdiri dari genus Aphylla 16 ind, Hagenius 4 ind, Gomphus 6 ind dan Opiogomphus 8 ind, familia Lestiidae yang terdiri dari genus Lestidae genus Lestes 6 ind, famili Libellulidae genus Pantala 10 ind dan familia Macromiidae genus Macromia 8 ind, Ordo Plecoptera yaitu dari famili Perlidae yang terdiri dari dua genus yaitu genus Acroneuria 11 ind dan genus Ecoptura 4 ind 3. Filum Mollusca kelas Gastropoda, terdiri dari 2 ordo yaitu: ordo Mesogastropoda yang terdiri dari 3 familia yaitu : famili Planorbidae genus Gyraulus 4 ind, familia Thiaridae genus Thiara 33 ind dan familia Littorinidae genuss Littorina 13 ind. Table 4.4, memperlihatkan bahwa tingkat kepadatan dan distribusi makrozoobentos yang terdapat pada setiap stasiun tidak sama disebabkan oleh adanya pengaruh faktor fisika kimia dan biologi yang berbeda pada setiap stasiun penelitian seperti diuraikan pada poin 4.5 berikut ini.

4.5. Kepadatan Makrozoobentos dan Hubungannya dengan Faktor Fisika- Kimia perairan

Universitas Sumatera Utara Pheretima terdapat pada semua stasiun dengan kepadatan yang berbeda, kepadatan paling tinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 10 individu, kemudian pada stasiun 1 8 ind, stasiun 3 7 ind dan stasiun 4 dan 5 masing masing 5 individu. Pheretima sp. adalah kelompok cacing dari ordo Oligochaeta. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan membuat liang sendiri Khoeruddin, 2000. Kondisi fisik dan kimia lingkungan pada setiap stasiun di sungai Ular dapat memenuhi persyaratan hidupnya karena cacing tanah telah memiliki sistem pertahanan tubuh tarhadap pengaruh berbagai faktor dari lingkungannya sejak fase awal evolusinya, oleh sebab itu cacing tanah selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungannya. Penelitian yang telah berlangsung selama 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah memiliki mekanisme kekebalan humoral dan selular. Telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein Khoeruddin, 2000. Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Kondisi pH yang terdapat di sungai Ular pada tiap stasiun penelitian yang berkisar antara 6,7 – 7,2 masih cocok untuk mendukung kehidupannya. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2, dan untuk perkembangbiakannya diperlukan suha antara 15 C sampai 25 Macrobrachium udang galah termasuk famili Palaemonidae dan ordo Decapoda. Udang ini terdapat pada semua stasiun dengan kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 4 14 ind, kemudian pada stasiun 3 dan 5 masing masing 12 individu, diikuti stasiun 2 9 ind dan stasiun1 6 ind. Macrobrachium biasa hidup di air tawar atau air payau di sekitar muara sungai dengan dasar perairan berpasir atau berlumpur Sembiring, 2008. Kelompok Crustacea mempunyai kisaran hidup yang luas dari habitat yang berlumpur sampai perairan bersih dan kelompok Gastropoda memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi C. Kulit cacing tanah memerlukan kelembaban cukup tinggi yaitu berkisar 15 - 30. Putra, 1999. Universitas Sumatera Utara terhadap lingkungan dan tipe pemakan deposit materi deposit feeder di permukaan lumpur Fitriana 2008. Palaemonetes udang kaca ketika dewasa juvenil terutama hidup di habitat air tawar dan ketika berbentuk larva zoea hidup di air payau. Pada tiap stasiun penelitian terdapat berbagai vegetasi yang tumbuh di daerah pinggiran sungai yang sebahagian atau seluruh tubuhnya berada di dalam air. Hal ini diyakini dapat menyebabkan Palaemonetes dapat bertahan hidup di daerah tersebut. Faktor lainnya seperti suhu 26 -28°C, pH 6,7–7,2, DO 6,2–7,2 mgl, kecepatan arus dan substrat dasar yang didominasi oleh pasir dan lumpur juga mendukung bagi kehidupan udang tersebut di sungai Ular. Udang kaca tidak biasanya hidup di daerah yang sedikit atau tidak ada tumbuhannya, di daerah yang sedikit atau tidak ada nabati. Suhu air yang disukai berkisar antara 10°C sampai 35°C. Kelompok Crustacea mempunyai kisaran hidup yang luas dari habitat yang berlumpur sampai perairan bersih dan kelompok Gastropoda memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan tipe pemakan deposit materi deposit feeder di permukaan lumpur Fitriana 2006 Stenelmis termasuk famili Elmiidae dan ordo Coleoptera, merupakan kelompok kumbang air yang dikenal sebgai Riffle Beetle. Kumbang ini hanya terdapat di stasiun 2, ini diperkirakan terjadi karena pada stasiun ini kecepatan arusnya paling tinggi di bandingkan dengan stasiun lain sehingga banyak terdapat oksigen yang dibutuhkan untuk pernapasannya, dan pada stasiun ini juga terdapat substrat dasar yang kasar yaitu berupa pasir 94,4 , tanah di sekitar pinggiran sungai yang posisinyanya juga lebih tinggi sekitar 2 -5 meter diatas permukaan air diduga cocok untuk pembentukan pupa katena kondisinya lembab dan banyak terdapat kayu kayu yang lapukbusuk. Stenelmis cenderung ditemukan dalam arus yang lebih cepat, dan substrat kasar, daripada genera lain. Dewasa dan larva diasumsikan memiliki banyak makanan yang sama yaitu dengan mengumpulkan bahan berupa detritus dan mengambil makanan dari batu batuan. Masing-masing jenis dari Stenelmis memerlukan waktu satu, dua, atau tiga tahun untuk melengkapi perkembangannya. Para peneliti telah menemukan periode yang Universitas Sumatera Utara diperlukan untuk perkembangan dari berbagai spesies membutuhkan rentang waktu dari 6 bulan sampai 3 tahun Tavares, 1990; White, 1978. Scirtes adalah sejenis kumbang dari famili Heloblidae Scirtidae dan ordo Coleoptera. Scirtes ditemukan pada dua stasiun yaitu stasiun 1 2 ind dan stasiun 3 1 ind. Hal ini diperkirakan karena pada stasiun 1 terdapat banyak tumbuhan pinggir sungai yang selalu terendam sehingga kondisinya seperti rawa, sedangkan pada stasiun 3 terdapat aliran pembuangan air dari persawahan di sekitarnya yang memiliki arus perlahan dan ditumbuhi berbagai tumbuhan air, sehingga Scirtes dapat hidup pada kedua habitat ini. Scirtes sp memiliki ciri khas yaitu tulang paha belakang yang menggembung dan membesar seperti kumbang kutu Lawrence, 1995. Coenegrion dikenal sebagai jenis capung yang termsuk ke dalam kelompok Clubtails Dragon hunter, kelompok capung ini berkembang biak di air yang mengalir. Coenagrion tidak ditemukan di stasiun 2 dan 3 diperkirakan karena daerah ini merupakan daerah tambang pasir dan daerah persawahan yang berarti banyak ditemukan campur tangan manusia sehingga banyak menerima limbah misalnya seperti pestisida dari areal persawahan dan pengerukan pasir oleh manusia terutama menggunakan beko dan alat lain sehingga memerusak lingkungan perairan. Coenagrion diperkirakan sangat peka terhadap pencemaran dari limbah industri, pupuk dan penggunaan pestisida, terutama sehubungan dengan siklus hidupnya yang panjang. Dytiscus adalah sejenis kumbang air yang bertubuh besar berwarna coklat kehitaman, panjang larvanya mencapai 60 mm berwarna kecoklatan, kepala dan rahang yang besar, sedangkan panjang dewasa mencapai 27-35 mm. Kedua tahap dewasa dan larva merupakan pemangsa yang rakus, memiliki cakupan mangsa yang luas termasuk diantaranya ikan. Kumbang ini aktif mencari mangsa, dan pada waktu tertentu berenang ke permukaan untuk mengambil udara O2. Dewasa sering terbang pada malam hari, dan dapat hinggap pada permukaan kaca atau jalan karena dianggapnya air. Dalam keadaan terancam, dapat mengeluarkan suatu cairan berbau busuk dari anusnya sehingga menghalangi Universitas Sumatera Utara pemangsa potensial untuk memakannya. Betinanya meletakkan telurnya di dalam lubang , yang mereka buat pada batang tanaman air yang menonjol keluar dari permukaan air. Telur menetas setelah beberapa minggu. Kumbang air ini umumnya hidup di habita perairan seperti sungai dan sering terdapat di kolam kolam taman. Kumbang ini lebih suka pada genangan dengan banyak rumput liar. Dari pengamatan penulis di stasiun 1 terdapat banyak tumbuhan yang sebahagian tubuhnya berada di dalam air seperti gelegah dan rumput gajah yang diperkirakan menjadi tempat hidup dan meletakkan telurnya untuk berkembangbiak. Kondisi seperti ini tidak ditemukan pada stasiun lain, sehingga Dytiscus hanya terdapat pada stasiun 1. Hagenius termasuk famili Gomphidae dari ordo Odonata capung, dan dikenal sebagai Clubtail atau Dragonhunter. Genus ini terdapat pada stasiun 1 3 ind dan stasiun 2 2 ind. Hagenius bersifat predator tetapi sensitiv terhadap pencemaran, biasanya hidup di banyak habitat yang berbeda tetapi paling umum terdapat di sekitar aliran berhutan dan sungai dengan arus sedang sampai arus deras. Stasiun 1 dan 2 adalah daerah perairan yang memiliki arus yang sedang dan lebih deras dari pada stasiun lain, ini terbukti dari substrat dasar yang terdapat pada keduanya yang didominasi oleh pasir masing masing sebesar 96,2 dan 94,4 sehingga lebih cocok bagi kehidupan Hagenius, dan kedua stasiun ini juga memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi dibanding stasiun lain yaitu 7,1 mgl dan 7,0 mgl. Di stasiun 3 daerah persawahan, stasiun 4 sumber PAM, dan stasiun 5 daerah perkebunan kelapa sawit memiliki kecepatan arus dan kandungan oksigen yang lebih rendah karena lebih banyak menerima bahan-bahan organik dan bahan-bahan tersuspensi dan terlarut daripada stasiun 1 dan 2, ini terbukti dari tingginya kandungan TSS dan TDS serta Organik substrat yang terdapat di tiga stasiun ini Table 4.4.. Substrat dasar di tiga stasiun ini didominasi oleh lumpur yaitu masing-masing sebesar 62,2 , 74,2 dan 88,1 . Kondisi ini diperkirakan tidak cocok bagi kehidupan Hagenius sehingga tidak ditemukan didaerah ini. Universitas Sumatera Utara Gomphus merupakan famili Gomphidae dan ordo Odonata, dikenal sebagai Rapid clubtail. Genus ini ditemukan pada 4 stasiun yaitu pada stasiun 1, 2, 3 dan 4 sedang kan pada stasiun 5 tidak ditemukan. Dari keempat stasiun kepadatan tertinggi ditemukan pada stasiun 3 3 ind. sedangkan pada stasiun 1, 2 dan 4 masing masing 1 individu. Hal ini dapat terjadi karena pada stasiun 3 tempatnya lebih tertutup karena di pinggiran sungai terdapat beberapa pepohonan, perdu dan semak yang melindungi perairan tersebut dari terpaan sinar matahari langsung. Aliran sungai pada stasiun ini terhalang oleh batu batu besar dibagian pinggir yang merupakan belokan sungai, sehingga cocok untuk tempat hidupmelekat Gomphus dewasa. Agak ke hilir dari stasiun ini terdapat batu batu besar di daerah pinggir sungai sehingga arus disini lebih tenang ditambah lagi adanya aliran pembuangan air dari persawahan sehingga dasarnya mengandung substrat lumpur dengan angka mencapai 62,2 , substrat seperti ini cocok untuk tempat hidup nimfa yang sebagian besar waktunya dihabiskan di dalam lumpur. Sementara itu di stasiun 1 dan 2 daerahnya lebih terbuka, sedangkan stasiun 4 juga lebih terbuka tetapi berada di bawah jembatan. Kurangnya perlindungan seperti ini diduga menyebabkan jumlah Gomphus di ketiga stasiun ini menjadi sedikit. Sedangkan pada stasiun 5 tidak ditemukan diduga karena di stasiun ini kecepatan arus paling rendah, sehingga kandungan oksigennya juga paling sedikit dibanding stasiun lain, akibatnya di stasiun ini diperkirakan Gomphus tidak dapat hidup. Gomphus Rapid clubtail membutuhkan hábitat alami, tidak tercemar, hábitat tidak mengalami perubahan sedang atau besar, sungai berarus deras bersih dan sejuk ditumbuhi pohon pohon di pinggirannya, berbatu kerikil dan batu butu besar bulat dan diselingi oleh genangan berlumpur Cuthrell 1999. Sungai yang berarus deras dan berkualitas baik tidaklah cukup untuk spesies ini jika hutan hutan sepanjang pinggir sungai tidak melindungi. Fakta menunjukkan bahwa dalam jangka waktu lama perlindungan hutan hutan di pinggiran sungai dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup Rapid Clubtail ini Hamill, 2010 Lestes merupakan famili Lestidae dari ordo Odonata bangsa capung, dikenal sebagai “Spreed wings” capung sayap lebar. Genus ini ditemukan pada Universitas Sumatera Utara stasiun 1 5 ind dan stasiun 5 1 ind, Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 1 diduga terjadi karena pada stasiun ini lebih banyak tumbuhan yang terdapat di air sungai seperti gelegah dan rumput gajah terutama di bagian tepi sungai sedangkan di stasiun 5 hanya terdapat sedikit tumbuhan yang melekat pada bagian tebing sungai, sedangkan rumput gajah terdapat pada percabangan sungai yang tidak dialiri air sungai sehingga distasiun ini jumlahnya sedikit. Lestes menempati hábitat berupa kolam, rawa rawa dan sungai kecil berarus perlahan, dan Lestes betina meletakkan telurnya pada tumbuhan air yang hidup seperti rumput gajah dan tanaman rawa berbunga coklat. Sementara pada stasiun 2, 3 dan 4 tidak terdapat tumbuhan yang bisa digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya sehingga Lestes tidak ditemukan pada ketiga stasiun ini. Pantala merupakan famili Libellulidae dan ordo Odonata capung. Genus ini terdapat di 2 satsiun yaitu stasiun 3 9 ind dan stasiun 4 4 ind. Capung ini umumnya hidup di air mengalir berarus lambat atau tidak mengalir seperti kolam, bahkan pada genangan air yang bersifat sementara seperti genangn air hujan. Hewan ini juga suka berpindah migrasi dan dapat muncul dimana mana bahkan jauh dari air. Mereka dapat mengalami perubahan bentuk dari satu telur, menjadi larva jentik-jentik, dan menjadi hewan dewasa dalam waktu 51- 72 hari. Kepadatan yang lebih tinggi pada stasiun 3 diperkirakan disebabkan karena pada stasiun ini terdapat bagian dari sungai yang memiliki arus lambat karena tertahan oleh batu batuan. Selain itu adanya saluran pembuangan dari persawahan yang arusnya lambat cocok untuk tempat hidup dan berkembangbiak bagi hewan ini, sedangkan stasiun 4 yang berada di bawah jembatan juga terdapat genangan genangan air pada beberapa tempat ketika debit air sedikit seperti ketika penelitian ini dilakukan, tetapi pada saat debit air meningkat misalnya ketika hujan di bagian hulumusim penghujan maka genangan seperti ini akan hilang. sehingga kepadatannya lebih rendah. Sementara pada stasiun 1 dan 2 terdapat kecepatan arus yang lebih tinggi, serta tidak adanya genangan sebagai tempat hidup dan berkembangbiak sehingga Pantala tidak dapat hidup di daerah perairan ini, pada Universitas Sumatera Utara stasiun 5 walaupun kecepatan arusnya lebih lambat dari stasiun yang lain tetapi di tempat ini tidak terdapat genangan air yang cocok untuk tempat hidup Pantala. Macromia termasuk famili Macromiidae dan ordo Odonata capung, ditemukan di stasiun 1, 2, 4 dan 5 dengan kepadatan yang sama yaitu masing masing 2 individu. Capung ini bertubuh besar, berwarna gelap hampir hitam. Macromia lebih suka hidup pada alur dan aliran yang lebih kecil dan jarang di sungai yang lebih besar dengan aliran lamban, seperti pada bendungan. Macromia dapat dicari sepanjang alur aliran, terutama pada pinggiran pulau. Mereka terbang dengan cepat berpatroli panjang, kembali pada interval waktu lima menit atau lebih, dan tidak pernah kelihatan hinggap, dan ini memerlukan satu pencari yang gigih dan beruntung untuk menyorotinya ketika bertengger Acroneuria dan Eccoptura termasuk famili Perlidae dan ordo Plecoptera. Famili Perlidae dikenal sebagai Cammon stonflies kumbang batik biasa. Acroneuria terdapat pada stasiun 1 dengan jumlah 7 individu dan pada stasiun 2 dengan jumlah 4 individu, sedangkan Eccoptura hanya terdapat pada stasiun 1 dengan jumlah 4 individu. Keluarga Perlidae termasuk kelompok predator, tetapi memiliki toleransi rendah terhadap pencemaran sehingga mudah terpengaruh oleh bahan bahan pencemar sehingga hanya dapat ditemukan pada stasiun 1 dan 2 yang kondisinya lebih baik dari 3 stasiun lain, terutama jika dilihat dari kandungan oksigen terlarutnya yaitu pada stasiun 1 7,2 mgl dan stasiun 2 7,0 mgl, lebih tinggi dari oksigen terlarut stasiun lain. Selain faktor tersebut, adanya substrat yang didominasi oleh pasir diperkirakan mendukung kehidupan keluarga Perlidae, kandungan oksigen yang lebih tinggi dan substrat pasir yang tinggi dipengaruhi oleh kecepatan arus yang juga lebih tinggi di kedua stasiun ini. Selain ketiga faktor tersebut pada stasiun 1 dan 2 juga dapat ditemukan adanya batang batang kayu yang tertahan di bagian periran yang dangkal atau dipinggir pinggir sungai yang diduga hanyut dan tersangkut, ini menjadi tempat yang cocok bagi kehidupan larva dari Perlidae. Larva dari keluarga Perlidae ditemukan di aliran dan sungai dari semua ukuran. Universitas Sumatera Utara Perlidae biasanya ditemukan di bawah batang batang kayu dan batu dan di dalam lubang dimana ada limpahan mangsa dapat ditemukan Bounchard, 2004. Gyraulus merupakan kelompok keong air tawar yang termasuk famili Planorbidae dan ordo Mesogastropoda. Keong ini ditemukan di stasiun 3 3 ind dan stasiun 5 1 ind. Gyraulus memiliki cangkang yang menyerupai cakram dengan permukaan rata halus dan mengkilap serta transparan, memiliki 3-4 ulir. Tubuh berwarna abu-abu terang dan memiliki bintik-bintik hitam kecil. Gyraulus memiliki tentakel panjang dan ramping. Tinggi cangkang: hingga 1,3 mm dengan diameter mencapai 4,7 mm. Makanan sebagian besar spesies Planorbidae terdiri dari tanaman, misalnya tanaman padi dan kangkung. Gyraulus ini hanya terdapat pada stasiun 3 dan 5 karena pada kedua stasiun ini terdapat saluran irigasi yang berasal dari areal persawahan di sekitar stasiun 3 dan saluran irigasi yang hampir kering di stasiun 5 terutama pada saat debit air sedikit seperti pada saat penelitian dilakukan. Kedua saluran ini ditumbuhi oleh tanaman kangkung yang dapat dijadikan sebagai sumber makanan atau tempat hidup dan meletakkan telurnya. Pada stasiun 3 jumlahnya lebih banyak diperkirakan karena aliran air dari areal persawahan membawa Gyraulus ke stasiun 3, sedangkan pada stasiun 5 tidak ada aliran sehingga jumlahnya sedikit 1 ind. Selain faktor tersebut kecepatan arus pada stasiun 1 dan 2 lebih tinggi sehingga membuat siput ini tidak bisa bertahan hanyut karena Gyraulus termasuk kelompok epifauna yang melekat pada tumbuhan diperairan tersebut tidak ada pegangan yang kuat seperti anggota makrozoobentos yang lain. Gyraulus biasanya hidup di daerah yang terlindung dari sinar matahari dan berarus tenang atau lambat, keadaan seperti ini terdapat pada stasiun 3 dan 5. Thiara siputkeong air tawar merupakan famili Thiaridae dan termasuk ordo Mesogastropoda. Siput ini dijumpai pada setiap stasiun penelitian, dengan kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 1 11 ind, kemudian pada stasiun 4 9 ind, dan stasiun 2 7 ind, sedangkan pada stasiun 3 dan 5 masing masing 3 individu. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 1 dikarenakan daerah ini Universitas Sumatera Utara masih memiliki kondisi yang lebih alami daripada stasiun yang lain, ini dapat dilihat dari nilai faktor fisika-kimia yang terdapat pada stasiun ini Table 4.4 yang menunjukkan bahwa angka angka tersebut masih berada pada batas normal kecuali untuk BOD dan COD yang sesuai dengan nilai baku mutu air kelas 2 tetapi Thiara merupakan mekrozoobentos yang bersifat toleran terhadap pencemaran. Siput air tawar umumnya menyukai daerah yang terlindung, habitat yang umum adalah sungai, rawa, danau, sawah, kolam, aliran-aliran irigasi atau selokan, parit dan anak-anak sungai. Keberadaan siputkeong ini diperairan sungai Ular merupakan salah satu petunjuk bahwa sungai Ular termasuk berkualitas sedang mengingat Thiara termasuk kelompok makrozoobentos yang bersifat toleran terhadap pencemaran. Littorina termasuk dalam famili Littorinidae dari ordo Mesogastropoda. Genus ini terdapat pada stasiun 1 dan 2 dengan masing masing 8 individu dan 5 individu. Pada kedua stasiun ini terdapat substrat yang di dominasi oleh pasir dimana pada stasiun 1 mencapai 96,2 sehingga kepadatannya lebih tinggi, sedangkan pada stasiun 2 mencapai 94,4 dan kepadatannya lebih rendah, substrat seperti ini disukai oleh siput sebagai deposit feeder yang mengambil makanan dengan cara mengorek secara langsung dari substrat batu pasir. Makanan utama siput ini adalah diatom dan ganggang bersel satu, dan jika kekurangan dapat memakan macroalgae dan lichens. Sementara pada stasiun 3, 4, dan 5 substrat dasarnya di dominasi oleh lumpur sehingga menyebabkan siput kecil ini tidak dapat hidup di daerah tersebut.

4.6. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makrozoo benthos