16. Apabila terjadi kerusakan Head Truck dan tau Chasis maka pengemudi
harus melaporkan kerusakan kepada Divisi Teknik PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO Belawan International Container Terminal untuk
meminta perbaikan perawatan atau hal-hal teknis lain yang dianggap perlu.
D. Tindakan Hukum Antara PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO
Belawan International Container Terminal dengan Koperasi Karyawan Pelabuhan I Kantor Pusat yang Melakukan Wanprestasi
Jika dalam perjanjian kerjasama penyediaan pengemudi head truck angkutan peti kermas antara PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO Belawan
International Container Terminal Dengan Koperasi Karyawan Pelabuhan I Kantor Pusat, pihak penyedia pengemudi yaitu Koperasi Karyawan Pelabuhan I Kantor
Pusat tidak melakukan kewajiban-kewajiban dalam perjanjian yang telah disepakati atau apabila pengemudi dari Koperasi Karyawan Pelabuhan I Kantor
Pusat melanggar perjanjian atau melakukan wanprestasi, maka pihak pertama yakni PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO Belawan International Container
Terminal melakukan suatu tindakan hukum sesuai dengan isi perjanjian kerjasama tersebut.
Menurut Subekti, wanprestasi kelalaian atau kealpaan seorang debitur dapat berupa 4 empat macam
52
, yaitu: 1.
Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; 2.
Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya;
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tidak terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
52
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Bandung : PT. Intermasa, 2008, hal. 45.
Universitas Sumatera Utara
Tuntutan yang bisa dipilih oleh pihak kreditur adalah melakukan penuntutan untuk
53
: a.
Pemenuhan perjanjian; b.
Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi; c.
Ganti rugi saja; d.
Pembatalan perjanjian; atau e.
Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi. Didalam perjanjian kerjasama penyediaan pengemudi head truck angkutan
peti kemas antara PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO Belawan International Container Terminal dengan Koperasi Karyawan Pelabuhan I Kantor Pusat, setiap
pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh Koperasi Karyawan Pelabuhan I Kantor Pusat maupun tenaga kerja pengemudi dari pihak koperasi tersebut akan
dijatuhkan sanksi sebagaimana dalam Pasal 10 perjanjian ini yaitu: 1.
PIHAK PERTAMA dapat memutuskan kerjasama atau membatalkan surat perjanjian ini dengan mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267
KUHPerdata apabila: a.
PIHAK KEDUA telah melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal-pasal perjanjian ini dan telah mendapatkan peringatan
sebanyak 3 tiga kali dengan tenggang waktu 3 tiga hari setiap surat peringatan tetapi tidak diindahkan.
b. PIHAK KEDUA telah melakukan sesuatu yang merugikan nama baik
PIHAK PERTAMA atau melakukan manipulasi atau menyalahgunakan hak yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA.
53
Salim H. S. Op. Cit., hal. 83.
Universitas Sumatera Utara
c. PIHAK KEDUA dipandang tidak mampu melaksanakan pekerjaan
sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat 1 surat perjanjian ini dan PIHAK PERTAMA berhak menunjuk perusahaan lain untuk melanjutkan sisa
pekerjaan dimaksud. 2.
Akibat pemutusan sepihak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini PIHAK KEDUA tidak dapat menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun.
Didalam Pasal 10 mengenai Sanksi tersebut terdapat pasal yang berdiri sendiri mengenai Pemutusan Hubungan Kerja yaitu pada Pasal 13 yang mana
isinya : 1.
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja terhadap tenaga kerja yang disediakan oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA tidak
berkewajiban menanggung biaya pemutusan hubungan kerja pesangonganti rugi dan uang jasa.
2. Biaya pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal
ini, menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA. Maka dapat disimpulkan, bahwa tuntutan yang bisa dipilih oleh PT.
Pelabuhan Indonesia I PERSERO Belawan International Container Terminal kepada tenaga kerja pengemudi dan Koperasi Karyawan Pelabuhan I Kantor Pusat
yang melakukan wanprestasi adalah melakukan tuntutan pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi dan pembatalan perjanjian. Pembatalan perjanjian yang
dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO Belawan International Container Terminal kepada tenaga kerja dan Koperasi Karyawan Pelabuhan I
Universitas Sumatera Utara
Kantor Pusat yang melakukan wanprestasi adalah pembatalan secara sepihak dengan mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata.
Akan tetapi, ada hal yang sangat membebankan pihak Koperasi Karyawan Pelabuhan I Kantor Pusat dimana PT. Pelabuhan Indonesia I PERSERO
Belawan International Container Terminal tidak bertanggung jawab terhadap keselamatan para tenaga kerja pengemudi head truck angkutan peti kemas. Dalam
perjanjian kerjasama tersebut, semua beban tanggung jawab keselamatan tenaga kerja pengemudi head truck angkutan peti kemas ditanggung oleh Koperasi
Karyawan Pelabuhan I Kantor Pusat. Dalam pelaksanaan sebuah perjanjian kerjasama, baik perjanjian
kerjasama yang penulis teliti terkadang menemukan suatu perselisihan maupun perbedaan pendapat. Hal ini harus diatur secara jelas mengenai bagaimana
penyelesaian perselisihan pendapat tersebut. Klausul perselisihanperbedaan pendapat ini diatur pada Pasal 14 dan Pasal 15 Perjanjian Nomor : B. XIV-
5BICT-KP. 31 yang mana isinya yaitu : Apabila terjadi perselisihanperbedaan pendapat dalam pelaksanaan surat
perjanjian ini, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan dengan jalan musyawarah.
Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak berhasil, maka penyelesaian selanjutnya akan dilaksanakan oleh suatu dewan juri yang
ditunjuk oleh masing-masing pihak. Pasal 15 : apabila terjadi perselisihan dalam melaksanakan perjanjian ini, kedua
belah pihak akan menyelesaikan secara musyawarah dan apabila tidak tercapai
Universitas Sumatera Utara
permufakatan, kedua belah pihak sepakat memilih penyelesaiannya di tempat kedudukan hukum yang tetap dan sah di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Medan. Meskipun penulis melihat ada ketidakseimbangan beban antara pihak
pertama maupun pihak kedua, tetap kedua belah pihak harus mematuhi apa yang telah disepakati. Perjanjian kerjasama tersebut merupakan undang-undang yang
sah yang mewakili kepentingan dan kehendak dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, pelaksanaan perjanjian kerjasama ini harus mengedepankan prinsip
kejujuran dan tanggung jawab yang mutlak bagi kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan