Kriteria Diagnosis DEMENSIA ALZHEIMER 1. Definisi

II.1.4. Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan menurut kelengkapan informasi klinis, patologi dan kemiripan sindroma demensia. Menurut The National Institute of Neurological and Communicative Disorders and Stroke-Alzheimer’s Disease and Related Disorders Association Work Group NINCDS-ADRDA, diagnosis DA dibagi atas diagnosis pasti, probable dan possible. 5 II.1.4.1. Diagnosis Pasti Demensia Alzheimer Bila penyandang memenuhi kritertia probable DA ketika masih hidup dan konfirmasi pemeriksaan histopatologis pada biopsi atau otopsi saat meninggal. II.1.4.2. Probable Demensia Alzheimer • Demensia yang ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik, terdokumentasi dengan pemeriksaan Mini Mental, Blessed Dementia Scale,atau pemeriksaan lain yang setara dan dikonfirmasi dengan tes neuropsikologi • Defisit meliputi dua atau lebih area kognisi • Perburukan memori dan fungsi kognisi lain yang progresif • Tidak terdapat gangguan kesadaran • Awitan onset antara usia 40-90 tahun, sering setelah usia 65 tahun • Tidak ditemukan gangguan sistemik atau penyakit otak sebagai penyebab gangguan memori dan fungsi kognisi yang progresif tersebut Keadaan yang menyokong diagnosis probable DA meliputi perburukan progresif fungsikognisi spesifik seperti bahasa afasia, keterampilan motorik apraksia, dan persepsi agnosia; gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan perilaku penderita; riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa terutama yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan neuropatologi; pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan cairan otak yang normal pada pemeriksaan rutin; gambaran electroencephaolography EEG yang normal atau aspesifik seperti penambahan aktivitas gelombang lambat; gambaran atrofi serebri pada computed tomography scan CT scan kepala dengan progresivitas yang dibuktikan pada pemeriksaan serial. Gambaran klinis yang konsisten dengan diagnosis probable DA, setelah disingkirkan penyebab demensia lain, yaitu awitan onset perjalanan penyakit dimulai insidious perlahan- lahan, gejala muncul bertahap seperti kurva plateau; gejala penyerta lain berupa keluhan depresi, insomnia,inkontinensia, delusi, ilusi, halusinasi, pembicaraan katastrofik, gejolak Universitas Sumatera Utara emosional atau fisikal, gangguan seksual, dan penurunan berat badan. Kelainan neurologis lain pada beberapa penderita terutama yang penyakitnya berderajat lanjut akan melibatkan gangguan motorik seperti hipertonus, mioklonus, gangguan lenggang jalan gait atau bangkitan seizure. Gambaran CT scan kepala yang normal sesuai umurnya. Gambaran klinis yang tidak menyokong diagnosis probable DA antara lain awitan onset penyakit yang mendadak; ditemukan defisit neurologis fokal seperti hemiparese, gangguan sensorik, gangguan lapang pandang dan adanya inkoordinasi pada fase awal perjalanan penyakit; kejang atau gangguan lenggang jalan gait pada fase awal penyakit. 5 5 II.1.4.3. Possible Demensia Alzheimer • Penyandang dengan sindroma demensia tanpa gangguan neurologis, psikiatris dan gangguan sistemik lain yang dapat menyebabkan demensia dan awitan onset, presentasi atau perjalanan penyakit yang bervariasi dibanding DA klasik • Dapat ditegakkan pada pasien dengan gangguan sistemik atau gangguan otak sekunder yang dapat menyebabkan demensia tetapi dipertimbangkan bukan sebagai penyebab demensia • Dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian bila terdapat suatu defisit kognitif berat,progresif bertahap tanpa penyebab lain yang teridentifikasi

II.1.5. Gambaran Klinis