c. Diturunkan dari harga FOB negara pengekspor dengan menambahkankan
semua biaya, seperti biaya asuransi,transportasi, pajak impor, biaya handling di pelabuhan, sampai diperolehharga komoditas impor di lokasi usaha.
Catatan: Harga FOB dan CIF dapat diperoleh dari Bank Dunia Price Prospects for Major Primary Commodities
atau FAO, yang direview oleh Depperindag atau Deptan.Berikut diagram penentuan shadow price untuk traded
goods .
Gambar 3.1 Diagram Penentuan Shadow Price untuk Traded Goods
3.4.2 Analisis Biaya
Untuk menganalisis masalah 1, diuji untuk menganalisis biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung
pengembangan ekspor sayuran. Untuk menganalisisnya digunakan analisis biaya Sukirno, 2005:
TC = TFC + TVC
Dimana, TC = Total Biaya Rp
TFC = Biaya Tetap Rp
TVC = Biaya Tidak TetapVariabel Rp Untuk menganalisis masalah 2, diuji untuk menganalisis apakah manfaat
yang diperoleh dari mobile coolbox dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Untuk mengetahuinya digunakan metode deskriptif. Dimana data akan
diperoleh melalui kuisioner yang akan ditanyakan kepada sampel. Serta dihitung berapa nilai yang diperoleh baik dari segi harga maupun volume produk setelah
adanya mobile coolbox dengan sebelum adanya mobile coolbox. Dengan kata lain, benefit
dapat dihitung sebagai berikkut:
Benefit = Nilai sesudah proyek – Nilai sebelum proyek 3.4.3. Analisi Kelayakan
Untuk menganalisis masalah 3, diuji untuk menganalisis kelayakan pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor
sayuran. Metode pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif dengan
menggunakan perhitungan kriteria-kriteria finansial, yaitu Net Present Value NPV, Ekonomi Internal Rate of Return EIRR,Benefit Cost Ratio BC, dan
analisis sensitivitas, sedangkan pengolahan data secara kualitatif denganmenggunakan analisis deskriptif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
aspek teknis dan aspek manajemen. Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang
diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam present value selama umur ekonomis proyek. Apabila
hasil perhitungan telah menunjukkan feasible layak, pelaksanaannya akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor-faktor uncontrollable
seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah, di samping data yang digunakan tidak relevan Ibrahim, 2009.
Adapun kriteria yang sering digunakan dalam analisis kelayakan finansial adalah NPV Net Present Value dan IRR Internal Rate of Return. NPV
menetapkan tingkat penerimaan yang ditargetkan seperti discount factor atau discount rate
, kemudian menentukan apakah tingkat itu dicapai dengan melihat apakah nilai nol atau positif Soetriono, 2006.
1 Net Present Value NPV
Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. NPV adalah
selisih antara present value dari arus benefit dikurangi present value dari arus cost Soekartawi, 1996.
Proyek yang memberikan keuntungan adalah proyek yang memberikan nilai positif atau NPV 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari
semua biaya total yang dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya total yang dikeluarkan keadaan BEP atau
TC=TB. NPV 0, berarti rugi, biaya total yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Secara matematis NPV dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
1 NB
NPV
n 1
i 1
∑
= −
+ =
n
i
Dimana : NB = Net Benefit
i = Discount factor
n = Tahun Waktu
2 Ekonomi Internal Rate of Return EIRR
Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan keuntungan, digunakan analisis EIRR. EIRR dinyatakan dengan persen yang merupakan tolak ukur
dari keberhasilan proyek Soekartawi, 1996. Penggunaan investasi akan layak jika diperoleh ERR yang persentasenya lebih besar dari tingkat OCC yang ditentukan,
karena proyek berada dalam keadaan yang menguntungkan. Demikian juga sebaliknya, jika ERR lebih kecil dari tingkat OCCyang ditentukan, berarti proyek
merugi dan tidak layak untuk dilaksanakan. EIRR= i
1
+
[ ]
NPV -
NPV NPV
1 2
2 1
1
i i
−
Dimana : i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
3 Benefit Cost Ratio BC
Net Benefit Cost Ratio adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat
tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif
Soekartawi, 1996. Suatu proyek layak dan efisien untuk dilaksanakan jika nilai Net BC 1,
yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan berlaku sebaliknya. Secara matematis Net BCR dapat dihitung dengan rumus :
DF B
C DF
C B
BC Net
n 1
t t
t t
n 1
t t
t t
∑ ∑
= =
− −
=
Dimana : Bt = Benefitpada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t i = Tingkat bunga yang berlaku
t = Jangka waktu proyekusahatani n = Umur proyekusahatani
Net BC 1 satu berarti proyek usaha layak dikerjakan Net BC 1 satu berarti proyek tidak layak dikerjakan
Net BC = 1 satu berarti cash in flows = cash out flows BEP atau TR=TC
Kelayakan usaha ditentukan dengan mempertimbangkan alat analisis tersebut dimana usaha tersebut layak apabila:
NPV 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang dikeluarkan.
Net BC 1, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
IRR yang persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan.
4 Analisa Sensitifitas
Menurut Gitingger dan Hans 1993, analisa sensitifitas adalah menganalisa kembali suatu proyek untuk melihat apa yang akan terjadi pada proyek tersebut bila
ada sesuatu yang tidak sejalan dengan rencana. Hal ini dibutuhkan dalam analisis proyek, biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak
ketidakpastian dan perubahan yang akanterjadi dimasa yang akan datang, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama yaitu:
a. Perubahan harga jual produk.
b. Keterlambatan pelaksanaan proyek.
c. Kenaikan biaya.
d. Perubahan volume produksi.
3.4.4. Analisis Aspek Teknis