Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intraindustry trade index (IIT) pada sektor elektronik intra ASEAN-5

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INTRA-INDUSTRY TRADE INDEX (IIT) PADA SEKTOR ELEKTRONIK

INTRA ASEAN-5

OLEH

WINDY DIAN APRILIANDA H14103077

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

RINGKASAN

WINDY DIAN APRILIANDA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5 (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

Sejak tahun 1992 Indonesia tergabung ke dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas sehingga dapat meningkatkan perdagangan antarnegara anggota ASEAN, melalui skema Common Effective Preferential Tariffs (CEPT). Lebih lanjut, dalam rangka peningkatan integrasi ekonomi di dalam kawasan ASEAN, pada 29 November 2004, ditetapkan 11 sektor prioritas dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, diantaranya elektronik dan ICT.

Sektor elektronik merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam perekonomian ASEAN. Karakteristik perdagangan sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN adalah terkonsentrasi di beberapa komoditi. Tingginya konsentrasi tersebut berdampak pada spesialisasi dalam kegiatan produksi. Lebih lanjut, ASEAN-5 mengekspor dan mengimpor komoditi yang sama, ke dan dari negara yang sama. Karakteristik tersebut dikuatkan oleh relatif tingginya derajat integrasi sektor elektronik di masing-masing negara ASEAN-5, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya Intra-Industry Trade index (IIT) pada sektor elektronik di masing-masing negara tersebut. Besarnya IIT menggambarkan besarnya ekspor-impor komoditi dari industri yang sama (intra-industri). Sehingga, semakin besar IIT pada sektor elektronik, semakin tinggi integrasinya. Kemudian, dengan memperhatikan aliran perdagangan ASEAN-5 pada sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN, nilai perdagangan di antara negara-negara ASEAN-5 (intra ASEAN-5) adalah yang paling besar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengidentifikasi perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Selain itu, akan dianalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.

Dasar pengukuran IIT adalah Grubel-Lloyd index (GL). Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5 adalah analisis regresi dengan menggunakan gravity model. Pengujian model tersebut menggunakan metode Generalized Least Squares (GLS). Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data nilai perdagangan pada sektor elektronik intra ASEAN-5, GDP, GDP per kapita, dan kurs masing-masing negara ASEAN-5 serta jarak antara ibu kota negara. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data panel, yakni penggabungan data di masing-masing negara ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand) selama periode 2001-2005.


(3)

ii

Hasil pengukuran IIT menunjukkan bahwa telah terjadi integrasi yang cukup kuat pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Hal ini dapat dilihat pada nilai IIT yang sebagian besar lebih dari 50 atau termasuk ke dalam klasifikasi moderately strong integration. Akan tetapi, kenyataan tersebut tidak bersamaan dengan penguatan integrasi (penambahan nilai IIT) setiap tahunnya. Di samping itu, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan IIT merupakan implikasi dari peningkatan rata-rata GDP per kapita, penurunan perbedaan fluktuasi GDP, peningkatan perbedaan fluktuasi kurs, penurunan perbedaan fluktuasi GDP per kapita, dan penurunan jarak.

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh ASEAN-5 pada umumnya dan pemerintah Indonesia pada khususnya untuk meningkatkan integrasi sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN-5 adalah mengadopsi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, meningkatkan daya saing ekspor sektor elektronik, meningkatkan kegiatan research and development pada sektor elektronik, menggalakkan kegiatan promosi produk-produk elektronik yang unik dan berkualitas, dan meningkatkan kerja sama perdagangan pada sektor elektronik antarnegara ASEAN-5 yang jaraknya dekat.

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah serial waktu yang digunakan hanya 5 tahun sehingga belum cukup untuk dapat menggambarkan perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Oleh karena itu, penulis dapat mengajukan saran bagi peneliti lain selanjutnya untuk menggunakan periode yang lebih panjang dalam penelitiannya.


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INTRA-INDUSTRY TRADE INDEX (IIT)

PADA SEKTOR ELEKTRONIK INTRA ASEAN-5

Oleh

WINDY DIAN APRILIANDA H14103077

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(5)

iv

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Windy Dian Aprilianda Nomor Registrasi Pokok : H14103077

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Intra-Industry Trade Index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Windy Dian Aprilianda H14103077


(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Windy Dian Aprilianda lahir di Bogor pada tanggal 1 April 1985. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan Suherman Wiharja dan Vivi Hasanah.

Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Bangka 3 Bogor, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis turut aktif dalam kegiatan Hipotesa dan menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Ekonomi Umum.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5”. Perdagangan intra-industri sangat nyata dalam perekonomian modern dewasa ini. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya pada sektor elektronik di kawasan ASEAN-5. Di samping itu, skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis. Doa, kesabaran dan dorongan mereka berarti sangat besar bagi penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Dr. Bambang Juanda dan Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu yang telah menguji skripsi ini.

4. Para peserta Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat.

5. Erwin Ramdani. Doa, kehadiran dan dukungannya sangat berarti bagi penulis. 6. Yanti dan Ratih, teman seperjuangan penulis.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis (Maiva, Nadia, Kiki, Eka, Aci, Evi, Yanti, Pritta, dan Lea) yang senantiasa memberikan dukungan.

8. Kak Ade Holis yang telah memberikan bimbingan selama proses pengolahan data skripsi ini.


(9)

viii

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

Windy Dian Aprilianda H14103077


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Ruang Lingkup... 7

1.4. Tujuan ... 8

1.5. Manfaat ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1. Tinjauan Teori... 10

2.1.1. Teori Perdagangan Internasional... 10

2.1.2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) ... 11

2.1.3. Teori Kemiripan Negara ... 11

2.1.4. Teori Siklus Produk ... 12

2.1.5. Teori Economies of Scale... 13

2.1.6. Teori Perdagangan Intra-Industri ... 14

2.1.6.1. Fenomena Perdagangan Intra-Industri di Dunia .... 14

2.1.6.2. Alasan Terjadinya Perdagangan Intra-Industri ... 15

2.1.6.3. Intra-Industry Trade index (IIT) ... 16

2.1.7. Tarif …... 17

2.1.8. Gravity Model ... 18

2.1.9. Definisi Variabel ... 19

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INTRA-INDUSTRY TRADE INDEX (IIT) PADA SEKTOR ELEKTRONIK

INTRA ASEAN-5

OLEH

WINDY DIAN APRILIANDA H14103077

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

RINGKASAN

WINDY DIAN APRILIANDA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5 (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

Sejak tahun 1992 Indonesia tergabung ke dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas sehingga dapat meningkatkan perdagangan antarnegara anggota ASEAN, melalui skema Common Effective Preferential Tariffs (CEPT). Lebih lanjut, dalam rangka peningkatan integrasi ekonomi di dalam kawasan ASEAN, pada 29 November 2004, ditetapkan 11 sektor prioritas dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, diantaranya elektronik dan ICT.

Sektor elektronik merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam perekonomian ASEAN. Karakteristik perdagangan sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN adalah terkonsentrasi di beberapa komoditi. Tingginya konsentrasi tersebut berdampak pada spesialisasi dalam kegiatan produksi. Lebih lanjut, ASEAN-5 mengekspor dan mengimpor komoditi yang sama, ke dan dari negara yang sama. Karakteristik tersebut dikuatkan oleh relatif tingginya derajat integrasi sektor elektronik di masing-masing negara ASEAN-5, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya Intra-Industry Trade index (IIT) pada sektor elektronik di masing-masing negara tersebut. Besarnya IIT menggambarkan besarnya ekspor-impor komoditi dari industri yang sama (intra-industri). Sehingga, semakin besar IIT pada sektor elektronik, semakin tinggi integrasinya. Kemudian, dengan memperhatikan aliran perdagangan ASEAN-5 pada sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN, nilai perdagangan di antara negara-negara ASEAN-5 (intra ASEAN-5) adalah yang paling besar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengidentifikasi perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Selain itu, akan dianalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.

Dasar pengukuran IIT adalah Grubel-Lloyd index (GL). Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5 adalah analisis regresi dengan menggunakan gravity model. Pengujian model tersebut menggunakan metode Generalized Least Squares (GLS). Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data nilai perdagangan pada sektor elektronik intra ASEAN-5, GDP, GDP per kapita, dan kurs masing-masing negara ASEAN-5 serta jarak antara ibu kota negara. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data panel, yakni penggabungan data di masing-masing negara ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand) selama periode 2001-2005.


(13)

ii

Hasil pengukuran IIT menunjukkan bahwa telah terjadi integrasi yang cukup kuat pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Hal ini dapat dilihat pada nilai IIT yang sebagian besar lebih dari 50 atau termasuk ke dalam klasifikasi moderately strong integration. Akan tetapi, kenyataan tersebut tidak bersamaan dengan penguatan integrasi (penambahan nilai IIT) setiap tahunnya. Di samping itu, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan IIT merupakan implikasi dari peningkatan rata-rata GDP per kapita, penurunan perbedaan fluktuasi GDP, peningkatan perbedaan fluktuasi kurs, penurunan perbedaan fluktuasi GDP per kapita, dan penurunan jarak.

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh ASEAN-5 pada umumnya dan pemerintah Indonesia pada khususnya untuk meningkatkan integrasi sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN-5 adalah mengadopsi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, meningkatkan daya saing ekspor sektor elektronik, meningkatkan kegiatan research and development pada sektor elektronik, menggalakkan kegiatan promosi produk-produk elektronik yang unik dan berkualitas, dan meningkatkan kerja sama perdagangan pada sektor elektronik antarnegara ASEAN-5 yang jaraknya dekat.

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah serial waktu yang digunakan hanya 5 tahun sehingga belum cukup untuk dapat menggambarkan perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Oleh karena itu, penulis dapat mengajukan saran bagi peneliti lain selanjutnya untuk menggunakan periode yang lebih panjang dalam penelitiannya.


(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INTRA-INDUSTRY TRADE INDEX (IIT)

PADA SEKTOR ELEKTRONIK INTRA ASEAN-5

Oleh

WINDY DIAN APRILIANDA H14103077

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(15)

iv

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Windy Dian Aprilianda Nomor Registrasi Pokok : H14103077

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Intra-Industry Trade Index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Windy Dian Aprilianda H14103077


(17)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Windy Dian Aprilianda lahir di Bogor pada tanggal 1 April 1985. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan Suherman Wiharja dan Vivi Hasanah.

Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Bangka 3 Bogor, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis turut aktif dalam kegiatan Hipotesa dan menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Ekonomi Umum.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5”. Perdagangan intra-industri sangat nyata dalam perekonomian modern dewasa ini. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya pada sektor elektronik di kawasan ASEAN-5. Di samping itu, skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis. Doa, kesabaran dan dorongan mereka berarti sangat besar bagi penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Dr. Bambang Juanda dan Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu yang telah menguji skripsi ini.

4. Para peserta Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat.

5. Erwin Ramdani. Doa, kehadiran dan dukungannya sangat berarti bagi penulis. 6. Yanti dan Ratih, teman seperjuangan penulis.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis (Maiva, Nadia, Kiki, Eka, Aci, Evi, Yanti, Pritta, dan Lea) yang senantiasa memberikan dukungan.

8. Kak Ade Holis yang telah memberikan bimbingan selama proses pengolahan data skripsi ini.


(19)

viii

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

Windy Dian Aprilianda H14103077


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Ruang Lingkup... 7

1.4. Tujuan ... 8

1.5. Manfaat ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1. Tinjauan Teori... 10

2.1.1. Teori Perdagangan Internasional... 10

2.1.2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) ... 11

2.1.3. Teori Kemiripan Negara ... 11

2.1.4. Teori Siklus Produk ... 12

2.1.5. Teori Economies of Scale... 13

2.1.6. Teori Perdagangan Intra-Industri ... 14

2.1.6.1. Fenomena Perdagangan Intra-Industri di Dunia .... 14

2.1.6.2. Alasan Terjadinya Perdagangan Intra-Industri ... 15

2.1.6.3. Intra-Industry Trade index (IIT) ... 16

2.1.7. Tarif …... 17

2.1.8. Gravity Model ... 18

2.1.9. Definisi Variabel ... 19

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19


(21)

x

2.2.2. Menon (1996)... 20

2.2.3. Austria (2004) ... 20

2.2.4. Thorpe (2005) ... 21

2.2.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 21

2.3. Kerangka Pemikiran... 22

III. METODE PENELITIAN... 27

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.2. Pengukuran Intra-Industry Trade index (IIT) ... 27

3.3. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5 ... 28

3.3.1. Panel Data ... 28

3.3.2. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)... 30

3.3.3. Pendekatan Efek Acak (Random Effect) ... 31

3.3.4. Hausman Test... 33

3.3.5. Perumusan Model ... 33

3.3.6. Evaluasi Model... 35

3.3.6.1. F-Statistic Test... 35

3.3.6.2. t-Statistic Test... 36

3.3.6.3. R-Squared ... 36

3.3.6.4. Multikolinieritas... 37

3.3.6.5. Autokorelasi ... 37

3.3.6.6. Heteroskedastisitas... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

4.1. Pengukuran Intra-Industry Trade index (IIT) ... 39

4.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5 ... 50

4.2.1. Evaluasi Model... 50

4.2.2. Interpretasi Model ... 53

4.3. Implikasi Kebijakan ... 55

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 57


(22)

5.2. Saran …………... 58 DAFTAR PUSTAKA …. ... 59 LAMPIRAN …....……… ... 61


(23)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN (juta US$)*... 5 1.2. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN (juta US$)*... 5 2.1. Klasifikasi IIT ... 17 4.1. Hasil Estimasi Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect) ... 51


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran... 26 4.1. Perkembangan IIT Indonesia dengan Negara-Negara ASEAN-5... 42 4.2. Perkembangan IIT Malaysia dengan Negara-Negara ASEAN-5... 43 4.3. Perkembangan IIT Singapura dengan Negara-Negara ASEAN-5 ... 45 4.4. Perkembangan IIT Filipina dengan Negara-Negara ASEAN-5... 47 4.5. Perkembangan IIT Thailand dengan Negara-Negara ASEAN-5 ... 49 4.6. ResidualUnit Cross Section ... 53


(25)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Ringkasan Roadmap Integrasi Untuk Sektor Elektronik ... 61 2. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2001 (US$) ... 62 3. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2002 (US$) ... 62 4. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2003 (US$) ... 62 5. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2004 (US$) ... 63 6. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2005 (US$) ... 63 7. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2001 (US$) ... 63 8. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2002 (US$) ... 63 9. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2003 (US$) ... 64 10. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2004 (US$) ... 64 11. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan

ASEAN Tahun 2005 (US$) ... 64 12. GDP Nominal ASEAN-5 (Juta US$)... 64 13. GDP Per Kapita Nominal ASEAN-5 (US$) ... 65 14. Kurs Nominal ASEAN-5 (US$ in national currency)... 65 15. Jarak Antara Ibukota Negara (km)... 65 16. Hasil Pengukuran IIT ... 66


(26)

17. Hasil Estimasi Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect) ... 69 18. Hasil Estimasi Pendekatan Efek Acak (Random Effect)... 70


(27)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses di mana semakin banyak negara yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi global (Tambunan, 2004). Dengan demikian, hubungan suatu negara dengan negara lainnya menjadi semakin terbuka. Hal ini telah meningkatkan hubungan saling ketergantungan ekonomi sekaligus persaingan antarnegara, baik dalam perdagangan, investasi, maupun keuangan.

Terdapat beberapa faktor pendorong globalisasi ekonomi, yakni kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kenaikan pendapatan rata-rata masyarakat dunia, dan peningkatan kepadatan penduduk dunia. Di samping itu, yang merupakan faktor pendorong utama adalah liberalisasi perdagangan dan keuangan dunia (Tambunan, 2004).

Liberalisasi perdagangan dunia ditandai dengan semakin cepatnya aliran barang dan jasa antarnegara. Dalam kerangka tersebut, beberapa kawasan telah mencanangkan perdagangan bebas dengan menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan, baik hambatan tarif maupun non tariff barriers (NTBs). Dengan demikian, diharapkan setiap negara dapat mengandalkan komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif untuk meningkatkan perdagangan di dalam kawasan, yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduknya.


(28)

Oleh karena itu, sebagai suatu negara terbuka, Indonesia berkomitmen untuk turut serta dalam perdagangan bebas di berbagai kawasan. Di dalam kawasan ASEAN, sejak tahun 1992 Indonesia tergabung ke dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN, dengan menciptakan pasar regional bagi penduduknya dan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia, sehingga dapat menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antarnegara anggota ASEAN, melalui skema Common Effective Preferential Tariffs (CEPT) (Deperindag, 2002).

CEPT adalah program penurunan tarif secara bertahap hingga menjadi 0-5 persen dan penghapusan NTBs. Namun, tidak semua komoditi yang beredar di dalam kawasan ASEAN dapat memperoleh konsensi CEPT. Komoditi yang dapat memperoleh konsensi CEPT harus mempunyai kandungan lokal ASEAN minimal 40 persen. Di samping itu, dalam skema CEPT, terdapat pembagian program penurunan tarif ke dalam jalur cepat (fast track) dan jalur normal (normal track). Jalur cepat diterapkan pada 15 grup komoditas, diantaranya tekstil, karet, pupuk, elektronik, dan furniture. Untuk komoditi yang sebelumnya memiliki tarif sama dengan atau di bawah 20 persen, akan diturunkan tarifnya hingga menjadi 0-5 persen mulai 1 Januari 1998. Sedangkan, untuk komoditi yang sebelumnya memiliki tarif di atas 20 persen, akan diturunkan tarifnya hingga menjadi 0-5 persen mulai 1 Januari 2000 (Anggraeni, 2004). Pada KTT ASEAN di Hanoi tahun 1998, telah disepakati implementasi penuh AFTA pada 1 Januari 2002,


(29)

3

dengan fleksibilitas. Fleksibilitas di sini berarti bahwa, untuk beberapa komoditi yang dirasakan masih belum siap, dapat ditunda pelaksanaannya sampai 1 Januari 2003 bagi negara-negara ASEAN-6, sedangkan bagi Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja berturut-turut pada tahun 2006, 2008, 2008, dan 2010 (Deperindag, 2002).

Lebih lanjut, dalam rangka peningkatan integrasi ekonomi di dalam kawasan ASEAN, pada ASEAN Bali Concord II bulan November 2003, telah disepakati ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2020, sebagai realisasi dari sasaran akhir proses integrasi ekonomi di dalam kawasan ASEAN. Tujuannya adalah untuk menciptakan kestabilan, kemakmuran, dan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN, di mana terdapat kebebasan dalam aliran barang, jasa, investasi, dan kapital antarnegara. Selain itu, AEC juga ditujukan untuk pembangunan ekonomi dan pengurangan angka kemiskinan (Sekretariat ASEAN, 2004).

Untuk itu, pada 29 November 2004, ditetapkan 11 sektor prioritas dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, diantaranya elektronik, ICT, otomotif, tekstil, dan pariwisata. Masing-masing sektor memiliki peta jalan (roadmap) yang ditetapkan dalam ASEAN Sectoral Integration Protocol yang menunjukkan bagaimana proses integrasinya (Sekretariat ASEAN, 2004).

Sektor elektronik merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam perekonomian ASEAN. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya rata-rata ekspor elektronik intra-ASEAN dari total ekspor ekstra-ASEAN selama periode


(30)

1997-2001, yakni 8.1 persen per tahun.1 Di samping itu, pangsa pasar ekspor ASEAN dari pasar ekspor dunia selama periode 1997-2001 didominasi oleh sektor elektronik dan ICT, yakni 16-18 persen per tahun (Austria, 2004).2

Karakteristik perdagangan sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN adalah terkonsentrasi di beberapa komoditi. Tingginya konsentrasi tersebut berdampak pada spesialisasi dalam kegiatan produksi. Lebih lanjut, ASEAN-5 mengekspor dan mengimpor komoditi yang sama, ke dan dari negara yang sama (Austria, 2004).

Karakteristik tersebut dikuatkan oleh relatif tingginya derajat integrasi sektor elektronik di masing-masing negara ASEAN-5, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya Intra-Industry Trade index (IIT) pada sektor elektronik di masing-masing negara tersebut. Besarnya IIT menggambarkan besarnya ekspor impor komoditi dari industri yang sama (intra-industri). Sehingga, semakin besar IIT pada sektor elektronik, semakin tinggi integrasinya.3

Kemudian, dengan memperhatikan aliran perdagangan intra ASEAN-5 pada sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN, nilai perdagangan sektor ini adalah yang paling besar. Hal ini sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.1 dan 1.2.

1 Artikel “How Integrated Is The Electronics Sector in ASEAN?”. ASEANONE. November 2004. 2 Ringkasan Roadmap Integrasi Untuk Sektor Elektronik dapat dilihat pada Lampiran 1.


(31)

Tabel 1.1. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan ASEAN (juta US$)*

Partner Indonesia Malaysia Singapura Filipina Thailand Brunei Laos Kamboja Myanmar Vietnam

Reporter 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005

Indonesia - - 39.8 50.5 281.7 370.7 29.6 29.7 62.9 81.2 0.0065 0.65 0.0067 N/A 0.058 0.026 0.085 0.031 9.4 10.2 Malaysia 97.4 108.1 - - 540.6 650.4 75.7 69.2 225.1 331.6 9.3 21 0.65 0.73 1.5 2.1 1.1 0.85 34.9 39.1 Singapura 639.5 697 774.3 823.2 - - 192.1 176.1 310.5 404.4 22.7 24.2 0.23 0.41 22.6 13.2 13.9 15.7 184.1 192.4

Filipina 3.5 1.4 80.3 348.7 172.1 74.7 - - 11.3 10.6 0.28 0.41 N/A 0.052 N/A 0.0016 0.0003 0.0001 487.2 94.8 Thailand 107.7 150.1 379.8 546.5 486 545.9 48.5 62.3 - - 0.97 1.5 29.5 32.4 9.3 11.7 8.8 11.3 60.2 80.1

Sumber: COMTRADE, 2007 * Klasifikasi HS 4 digit

Tabel 1.2. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan ASEAN (juta US$)*

Partner Indonesia Malaysia Singapura Filipina Thailand Brunei Laos Kamboja Myanmar Vietnam

Reporter 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005

Indonesia - - 90 96.2 88.2 117.2 5.8 6.3 95 121.7 N/A 0.0064 N/A N/A N/A N/A N/A N/A 1.3 5.4 Malaysia 35.9 49.5 - - 329.7 335.6 88.1 82.5 481.6 559.7 0.063 0.054 0.0099 0.0038 0.059 0.013 0.002 0.0082 9.4 12.2 Singapura 741.5 766.2 1274 1254.6 - - 276.1 219.7 636.3 690.4 0.027 0.026 0.12 N/A N/A 0.021 0.037 0.00006 26.3 34.3 Filipina 18.6 9.3 40.2 37.4 61.1 80.7 - - 35.1 42.2 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 0.004 0.39 0.95 Thailand 80.4 83.9 269.5 438.6 180.9 199.5 30.3 28.7 - - 0.0014 0.0087 0.0025 0.0025 0.051 0.01 0.006 0.014 9.3 17.9

Sumber: COMTRADE, 2007 * Klasifikasi HS 4 digit


(32)

Hubungan perdagangan intra ASEAN-5 berkaitan dengan kedekatan hubungan, baik dalam ekonomi, sosial, maupun politik. Selain itu, jarak yang dekat dan sistem komunikasi yang baik juga sangat berpengaruh.

Adalah menarik jika karakteristik dan nilai perdagangan sektor elektronik intra ASEAN-5 tersebut dikaitkan dengan derajat integrasinya, yang didekati dengan IIT, serta dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Berdasarkan hal itu, penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5”.

1.2. Permasalahan

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, derajat integrasi pada sektor elektronik di masing-masing negara ASEAN-5 adalah relatif tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya IIT pada sektor elektronik di masing-masing negara tersebut. Besarnya IIT menggambarkan besarnya perdagangan intra-industri.

Perdagangan intra-industri merefleksikan gangguan yang relatif kecil di pasar tenaga kerja, di mana perpindahan tenaga kerja cenderung terjadi di dalam suatu industri yang sama, dibandingkan di dalam industri yang berbeda. Sehingga biaya-biaya penyesuaian (adjustment costs) akan lebih sedikit (Thorpe, 2005). Dalam teori perdagangan industri disebutkan bahwa perdagangan intra-industri lebih banyak terjadi antarnegara dengan ketersediaan faktor produksi


(33)

7

yang relatif sama. Lebih lanjut, IIT pada sektor manufaktur lebih tinggi di antara negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan yang setara (Tharakan, 1995).

Di samping itu, sebelumnya juga telah ditunjukkan bahwa, nilai perdagangan intra ASEAN-5 relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai perdagangan ASEAN-5 dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya pada sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN. Oleh karena itu, yang akan menjadi perhatian di dalam penelitian ini adalah kaitan antara nilai perdagangan intra ASEAN-5 pada sektor elektronik tersebut dengan derajat integrasinya, yang didekati dengan IIT.

Sehingga, permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah mengenai pengukuran seberapa besar IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Kemudian, akan dilakukan analisis ekonometrika mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi IIT tersebut. Permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5?

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah sektor elektronik di masing-masing negara ASEAN-5, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Sektor elektronik yang dimaksud adalah klasifikasi Harmonized System (HS) 4 digit. Pada klasifikasi HS terdapat pengelompokkan produk menjadi 2 digit, 4 digit, dan 6 digit. Klasifikasi 4 digit dipilih untuk menghindari penghitungan yang


(34)

over estimate (jika menggunakan klasifikasi 2 digit) dan penghitungan yang under estimate (jika menggunakan klasifikasi 6 digit) (Austria, 2004). Adapun periode yang digunakan adalah tahun 2001-2005. Periode tersebut merupakan periode terkini terkait dengan ketersediaan data. Awal periode, yakni tahun 2001, dipilih karena CEPT jalur cepat dianggap efektif setelah tahun 2000. Sedangkan akhir periode, yakni tahun 2005, dipilih karena merupakan awal penerapan kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors. Dengan kedua kondisi tersebut diharapkan dapat menggambarkan perdagangan intra-industri pada sektor elektronik yang semakin signifikan.

1.4. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengukur dan mengidentifikasi perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.

2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.

1.5. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai perdagangan intra-industri pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Selain itu, hasil


(35)

9

penelitian ini digunakan untuk memenuhi syarat demi memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

2. Bagi pemerintah Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan partisipasi sektor elektronik Indonesia di dalam perdagangan intra-industri di kawasan ASEAN-5.

3. Bagi ASEAN-5, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan integrasi di sektor elektronik.

4. Bagi para peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam mengadakan penelitian mengenai perdagangan intra-industri selanjutnya.


(36)

Sebagai dasar pembuatan hipotesis digunakan beberapa teori yang relevan, yakni teori perdagangan internasional, teori Heckscher-Ohlin, teori kemiripan negara, teori siklus produk, teori economies of scale, teori perdagangan intra-industri, gravity model, dan teori ekonomi makro. Berikut ini adalah uraian tentang teori-teori tersebut.

2.1.1. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dalam arti luas merupakan salah satu penentu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sedangkan perdagangan internasional dalam arti sempit adalah pertukaran komoditi antarnegara. Pada dasarnya beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional adalah perbedaan permintaan dan penawaran antarnegara, perbedaan biaya relatif untuk menghasilkan komoditi tertentu, serta keinginan untuk memperluas pangsa ekspor dan meningkatkan penerimaan devisa.

Suatu negara akan turut serta dalam perdagangan internasional apabila memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut (gains from trade). Keuntungan tersebut dapat diperoleh melalui spesialisasi produksi dan ekspor komoditi tertentu yang keunggulan komparatifnya dimiliki oleh negara tersebut. Dengan demikian setiap negara yang terlibat dalam perdagangan internasional akan terfokus pada keunggulannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.


(37)

11

2.1.2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori H-O seringkali disebut teori ketersediaan faktor produksi. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam teori H-O antara lain faktor-faktor produksi tidak dapat bergerak antarnegara, negara-negara mempunyai kualitas dari faktor-faktor produksi serta cita rasa dan preferensi yang sama, menggunakan teknologi yang sama, menghadapi skala tambahan hasil yang konstan (constant return to scale), tetapi sangat berbeda dalam ketersediaan faktor produksi (perbedaan kondisi penawaran).

Perbedaan ketersediaan faktor produksi antarnegara mengakibatkan perbedaan dalam harga relatif dari faktor-faktor produksi antarnegara. Kemudian, perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan dalam biaya relatif untuk menghasilkan komoditi tertentu. Hal inilah yang menjadi alasan terjadinya perdagangan internasional. Sehingga, menurut teori H-O, tiap negara akan berspesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang faktor produksi utamanya berlimpah di negara tersebut serta mengimpor komoditi yang faktor produksi utamanya langka.

2.1.3. Teori Kemiripan Negara

Teori kemiripan negara dikemukakan oleh Staffan Linder (1961). Berbeda dengan teori H-O yang fokus pada sisi penawaran, teori kemiripan negara fokus pada sisi permintaan. Selain itu, teori ini dikaitkan dengan perdagangan produk-produk sektor manufaktur, di mana sebagian besar produk-produk yang diperdagangkan serupa.


(38)

Menurut teori kemiripan negara, suatu negara akan mengekspor produk-produk sektor manufaktur yang didukung oleh pasar domestik yang besar. Dengan kata lain, sebelum menjadi andalan ekspor, produk tersebut terlebih dahulu harus diminati oleh sebagian besar penduduk domestik. Pasar domestik yang besar akan memacu para produsen di negara tersebut untuk meningkatkan efisiensi sehingga dapat meningkatkan produksi sampai dengan melampaui kebutuhan pasar domestik. Kelebihan produksi tersebut yang selanjutnya diekspor ke negara-negara lain. Di sisi lain, negara-negara itu akan mengimpor produk-produk sektor manufaktur yang permintaan domestiknya sedikit. Lebih lanjut, menurut teori ini, perdagangan pada sektor manufaktur cenderung terjadi antarnegara yang selera dan tingkat pendapatannya setara.

2.1.4. Teori Siklus Produk

Teori siklus produk dikemukakan oleh Vernon (1966). Vernon berpendapat bahwa banyak produk manufaktur yang melalui suatu siklus produk yang terdiri dari empat tahap, yakni penciptaan (inovasi), pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Lebih lanjut, menurut Vernon, keunggulan komparatif dari suatu produk berubah mengikuti perubahan waktu dan berubah dari suatu negara ke negara lain.

Pada tahap penciptaan (inovasi) diperlukan modal yang sangat besar dan tenaga ahli. Oleh karena itu, biasanya yang dapat melakukannya adalah industri-industri di negara maju. Di samping itu, pendapatan dan selera masyarakat di negara maju (pencipta) merupakan salah satu pendorong untuk melakukan inovasi.


(39)

13

Kemudian, pada tahap pertumbuhan, permintaan dari dalam maupun luar negeri meningkat. Tahap ini juga merupakan awal dari standarisasi produk dan proses pembuatannya (produksi dapat dilakukan secara massal dengan menggunakan mesin-mesin otomatis sehingga tidak dibutuhkan tenaga ahli). Apabila perusahaan pencipta adalah perusahaan multinasional, maka produksi pun dilakukan di perusahaan-perusahaan cabang di luar negeri. Selain itu, jika tidak ada cabang di luar negeri, maka dapat memberikan lisensi pada perusahaan-perusahaan di luar negeri untuk memproduksinya. Dengan demikian negara berkembang (pengikut) dapat mulai secara bersama membuat produk tersebut untuk konsumsi domestik. Lama kelamaan, negara pengikut dapat menjual produk tersebut dengan harga yang lebih murah dibandingkan perusahaan pencipta karena upah tenaga kerjanya lebih murah dan mulai dapat menjual produk tersebut ke pasar internasional dengan harga yang lebih murah. Kini, persaingan merk digantikan oleh persaingan harga.

Tahap selanjutnya adalah kedewasaan. Pada tahap ini terjadi perpindahan keunggulan komparatif dari negara pencipta ke negara pengikut.

Akhirnya, pada tahap penurunan, produksi di negara pencipta menurun, karena persaingan yang semakin kuat dari negara pengikut. Pada tahap ini, negara-negara pencipta berubah menjadi pengimpor produk yang merupakan hasil inovasi mereka dan negara pengikut berubah menjadi pengekspor produk tersebut. 2.1.5. Teori Economies of Scale

Salah satu asumsi yang digunakan pada teori H-O adalah skala tambahan hasil yang konstan. Pada teori economies of scale, asumsi tersebut ditinggalkan


(40)

dan digunakan asumsi skala tambahan hasil yang meningkat (increasing return to scale).

Adanya economies of scale berarti terjadi penambahan yang lebih besar pada output sebagai akibat dari penambahan input. Sehingga semakin besar skala produksinya, akan semakin besar produktivitasnya. Dengan economies of scale, negara yang miskin sumber daya alam seperti Jepang tetap dapat menghasilkan produk yang menggunakan bahan baku impor dengan harga yang lebih murah. 2.1.6. Teori Perdagangan Intra-Industri

Perdagangan intra-industri dapat diartikan sebagai perdagangan di dalam industri yang sama. Teori perdagangan intra-industri termasuk ke dalam teori perdagangan baru (new trade theory). Salah satu tokoh ekonomi yang menjadi pionir dari teori ini adalah Paul Krugman (Koo, 2005).

Berbeda dengan teori perdagangan neoklasik yang menyatakan bahwa penyebab timbulnya perdagangan adalah spesialisasi berdasarkan perbedaan ketersediaan faktor produksi dan teknologi (keunggulan komparatif), teori perdagangan intra-industri menyatakan bahwa perdagangan tetap terjadi antarnegara yang memiliki keunggulan komparatif yang relatif sama. Perdagangan intra-industri lebih didasarkan pada diferensiasi produk dan economies of scale serta mencakup perdagangan dua arah di dalam industri yang sama.

2.1.6.1. Fenomena Perdagangan Intra-Industri di Dunia

Perdagangan intra-industri berbeda dengan perdagangan inter-industri. Pada perdagangan inter-industri diperdagangkan produk dari industri yang berbeda. Hal ini mendorong tiap negara untuk fokus pada produksi komoditi


(41)

15

tertentu yang memiliki keunggulan komparatif. Sehingga, akan ada kontraksi pada kegiatan produksi lainnya.

Walaupun perdagangan inter-industri masih terjadi, negara-negara industri maju melakukan perdagangan intra-industri. Perdagangan intra-industri semakin signifikan ketika tarif dan hambatan non tarif dihapuskan pada arus perdagangan antarnegara Uni Eropa. Pada perdagangan intra-industri tidak ada kontraksi yang ditimbulkan pada kegiatan produksi industri-industri tertentu.

Perdagangan intra-industri memberikan keuntungan (gain) yang lebih besar. Contohnya, konsumen mempunyai lebih banyak pilihan produk karena adanya diferensiasi produk dan harga produk menjadi lebih murah berkat meningkatnya economies of scale.

2.1.6.2. Alasan Terjadinya Perdagangan Intra-Industri

Dua alasan yang menyebabkan terjadinya perdagangan intra-industri adalah sebagai berikut.

1. Diferensiasi produk

Sebagian besar produk yang dihasilkan oleh perekonomian modern adalah produk yang terdiferensiasi. Produk yang terdiferensiasi adalah produk yang jenisnya sama atau dihasilkan dalam industri yang sama tetapi berbeda secara kualitas dan atau preferensi. Dengan demikian terdapat perdagangan produk-produk yang terdiferensiasi dalam perdagangan internasional. Atau dengan kata lain sebagian besar perdagangan internasional merupakan perdagangan intra-industri.


(42)

2. Economies of scale

Pada dasarnya perdagangan intra-industri terjadi dengan motif untuk memperoleh keuntungan dari economies of scale. Maksudnya, persaingan internasional memaksa setiap perusahaan untuk membatasi model atau tipe produknya agar dapat berkonsentrasi memanfaatkan sumber dayanya dalam rangka menekan biaya produksi per unit, sehingga dapat menghasilkan beberapa jenis produk saja namun dengan kualitas terbaik dan harga yang bersaing. Sementara itu kebutuhan konsumen atas model atau tipe yang lain akan diimpor dari negara lain.

2.1.6.3. Intra-Industry Trade index (IIT)

Untuk mengukur besarnya perdagangan intra-industri pada suatu komoditi, digunakan Intra-Industry Trade index (IIT). Dasar pengukuran IIT ini adalah Grubel-Lloyd index (GL).

GL mengukur proporsi perdagangan intra-industri sebagai persentase dari total perdagangan. Rumus penghitungan GL adalah sebagai berikut.

100 1 x M X M X GL p p p p p ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + − −

= (2.1)

di mana:

GLp = GL index komoditi p,

Xp = nilai ekspor komoditi p,

Mp = nilai impor komoditi p.

Tanda mutlak pada rumus di atas berarti bahwa tanda dari ketidakseimbangan perdagangan diabaikan. GL berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus).


(43)

17

Semakin dekat GL ke angka 100, semakin besar perdagangan intra-industri. Sedangkan semakin dekat GL ke angka nol, semakin besar perdagangan inter-industri. Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan klasifikasi dari nilai IIT (Austria, 2004).

Tabel 2.1. Klasifikasi IIT

IIT Klasifikasi * No intra-ASEAN trade reported

0.00 No integration (one-way trade) >0.00-24.99 Weak integration

25.00-49.99 Mild integration

50.00-74.99 Moderately strong integration 75.00-99.99 Strong integration

2.1.7. Tarif

Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan pada komoditi yang terlibat dalam perdagangan internasional. Ditinjau dari asal komoditi, ada dua macam tarif, yakni tarif impor dan tarif ekspor. Tarif impor dikenakan pada komoditi yang diimpor dari negara lain. Sedangkan tarif ekspor dikenakan pada komoditi yang diekspor ke negara lain.

Apabila ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada tiga macam tarif, yakni tarif spesifik, advalorem, dan gabungan. Tarif spesifik dihitung sebagai beban tetap unit komoditi yang diimpor. Sedangkan tarif advalorem dihitung berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang yang diimpor, dan tarif gabungan adalah gabungan dari tarif spesifik dan tarif advalorem.

2.1.8. Gravity Model

Gravity model pada dasarnya menggunakan perumusan yang sama dengan model gravitasi Newton, di mana interaksi antara dua objek berbanding lurus


(44)

dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jaraknya. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Tinberger (1962) untuk menjelaskan aliran perdagangan bilateral. Aliran perdagangan bilateral pada gravity model ditentukan oleh tiga kelompok variabel, yaitu:

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor.

2. Variabel-variabel yang mewakili total penawaran potensial negara pengekspor.

3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengekspor dan negara pengimpor.

Berikut ini adalah standar gravity model dalam bentuk logaritma yang dikemukakan oleh Linnemann.

ij ij ij j i j i ij u P LogD LogN LogN LogY LogY LogX + + + + + + = + 6 5 4 3 2 1 0 β β β β β β β (2.2) di mana:

Xij = aliran perdagangan bilateral negara i ke negara j,

Yi = GDP negara i,

Yj = GDP negara j,

Ni = populasi negara i,

Nj = populasi negara j,

Dij = jarak antara negara i dan negara j,

Pij = dummy integrasi ekonomi,


(45)

19

2.1.9. Definisi Variabel

Berikut ini adalah variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini beserta masing-masing definisinya.

1. Gross Domestic Product (GDP) adalah total output akhir yang dihasilkan oleh suatu negara (Lipsey, et al., 1995).

2. GDP per kapita adalah nilai GDP dibagi dengan jumlah penduduk di suatu negara.

3. Jarak adalah jarak antara ibukota dua negara.

4. Kurs adalah nilai suatu mata uang dibandingkan mata uang lainnya.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Di samping teori-teori yang telah dijelaskan di atas, dalam membuat hipotesis juga perlu ditinjau beberapa penelitian terdahulu. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang dinilai relevan dengan penelitian ini.

2.2.1. Tharakan (1995)

Dalam penelitiannya, Tharakan ingin membuktikan eksistensi dari perdagangan intra-industri horisontal antara negara-negara yang berpendapatan tinggi dengan negara-negara yang berpendapatan rendah, khususnya pada industri mainan pada tahun 1986 dan 1987. Adapun perdagangan intra-industri horisontal didefinisikan sebagai perdagangan antarnegara yang memiliki ketersediaan faktor produksi yang relatif sama (termasuk tingkat pendapatan yang setara) dan dipengaruhi oleh diferensiasi produk horisontal dan economies of scale.


(46)

Untuk itu, ia menggunakan regresi logit dalam analisis ekonometrikanya. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa perdagangan intra-industri bilateral antara negara-negara yang berpendapatan tinggi dengan negara-negara yang berpendapatan rendah adalah perdagangan intra-industri horisontal yang dipengaruhi oleh diferensiasi produk horisontal dan economies of scale.

2.2.2. Menon (1996)

Penelitian Menon bertujuan untuk mengukur besarnya kontribusi pertumbuhan perdagangan intra-industri dan pertumbuhan perdagangan neto (net trade) terhadap pertumbuhan total perdagangan ASEAN selama periode 1981-1986 dan 1981-1986-1991, khususnya pada sektor manufaktur.

Data yang digunakan adalah nilai perdagangan intra-ASEAN dan ekstra-ASEAN di masing-masing negara ekstra-ASEAN-5, selama periode yang diteliti. Kemudian metode yang digunakan adalah Grubel-Lloyd index (GL) untuk mengukur Intra-Industry Trade index (IIT). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kontribusi pertumbuhan perdagangan intra-industri terhadap pertumbuhan total perdagangan ASEAN adalah lebih besar dibandingkan kontribusi yang diberikan oleh perdagangan neto di sebagian besar negara ASEAN-5.

2.2.3. Austria (2004)

Penelitian Austria ditujukan untuk menganalisis karakteristik perdagangan pada 11 sektor prioritas ASEAN selama periode 1997-2001. Di samping itu, penelitiannya juga bertujuan untuk mengukur integrasi pada 11 sektor tersebut, yang didekati dengan IIT pada tahun 1997 dan 2001.


(47)

21

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa IIT relatif tinggi hanya pada beberapa sektor. Di antara sektor-sektor tersebut, IIT relatif lebih besar pada sektor ICT dan elektronik, di sebagian besar negara ASEAN-5.

2.2.4. Thorpe (2005)

Dalam penelitiannya, diukur dan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi IIT pada sektor manufaktur di Asia Timur selama periode 1970-1996. Lebih lanjut, Thorpe memisahkan IIT menjadi Horizontal IIT (HIIT) dan Vertical IIT (VIIT). Adapun HIIT timbul sebagai akibat dari adanya economies of scale dan diferensiasi produk (dengan kualitas yang sama). Sedangkan VIIT ditemui pada perdagangan komoditi yang sama, dengan kualitas yang berbeda.

Untuk itu, ia pun membangun model gravitasi (gravity model) dan menggunakan metode OLS dalam pendekatan ekonometrikanya. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi IIT pada sektor manufaktur di Asia Timur adalah GDP, perbedaan GDP, GDP per kapita, perbedaan GDP per kapita, jarak, kurs, ketidakseimbangan perdagangan, dan economies of scale.

2.2.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yakni sektor yang diteliti pada penelitian ini adalah sektor elektronik dan periode yang digunakan adalah tahun 2001-2005.


(48)

2.3. Kerangka Pemikiran

Derajat integrasi pada sektor elektronik intra ASEAN-5 diukur dengan Intra-Industry Trade index (IIT). Pengukuran IIT tersebut mengacu pada besarnya perdagangan pada sektor elektronik intra ASEAN-5.

Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dan mengacu pada penelitian terdahulu, faktor-faktor yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5 adalah sebagai berikut.

1. Rata-rata GDP kedua negara (GDP). IIT antara dua negara akan meningkat apabila terdapat kenaikan GDP di kedua negara tersebut. Adanya kenaikan GDP suatu negara (peningkatan ukuran pasar) akan mendorong peningkatan economies of scale yang pada akhirnya akan menambah jumlah produk yang terdiferensiasi di negara tersebut. Selain itu, kenaikan GDP akan meningkatkan impor produk yang terdiferensiasi. Akibatnya, IIT antara dua negara tersebut akan meningkat.

2. Rata-rata GDP per kapita kedua negara (PIN). Jika GDP per kapita (yang merefleksikan standar hidup) di kedua negara meningkat, maka IIT antara dua negara tersebut juga akan meningkat. GDP per kapita yang lebih tinggi akan mendorong peningkatan produksi dan karakteristik permintaan yang lebih beragam, seperti produksi dan permintaan terhadap produk terdiferensiasi yang berkualitas. Hal ini akan meningkatkan IIT.

3. Perbedaan fluktuasi GDP kedua negara (GDPD). Semakin menurun perbedaan fluktuasi GDP kedua negara, semakin bertambah besar IIT dalam


(49)

23

perdagangan intra-industri antarkedua negara tersebut. Rumus penghitungan perbedaan fluktuasi GDP (GDPD) adalah sebagai berikut.

jt it

ijt GDP GDP

GDPD = Δ −Δ (2.3)

di mana:

i = negara reporter, j = negara partner, t = tahun,

Δ = first-difference operator.

4. Perbedaan fluktuasi kurs kedua negara (EXCHD). Pengaruh langsung dari adanya perbedaan fluktuasi kurs terhadap IIT tidak disebutkan dengan jelas dalam teori. Sehingga, pengaruh yang ditimbulkan oleh perbedaan fluktuasi kurs pada IIT adalah positif atau negatif. Rumus penghitungan perbedaan fluktuasi kurs (EXCHD) adalah sebagai berikut.

jt it

ijt EXCH EXCH

EXCHD = Δ −Δ (2.4) di mana:

i = negara reporter, j = negara partner, t = tahun,

Δ = first-difference operator.

5. Perbedaan fluktuasi GDP per kapita kedua negara (PIND). Semakin menurun perbedaan fluktuasi GDP per kapita kedua negara, semakin bertambah besar IIT dalam perdagangan intra-industri bilateral antarkedua negara tersebut.


(50)

Rumus penghitungan perbedaan fluktuasi GDP per kapita (PIND) adalah sebagai berikut.

jt it

ijt PIN PIN

PIND = Δ −Δ (2.5) di mana:

i = negara reporter, j = negara partner, t = tahun,

Δ = first-difference operator.

6. Jarak kedua negara (DIST). Semakin dekat jarak kedua negara, semakin besar IIT antara dua negara tersebut. Jarak kedua negara yang semakin dekat merefleksikan biaya transportasi yang lebih sedikit, sehingga IIT pun meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, diperoleh hipotesis sebagai berikut.

1. GDP berpengaruh positif terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. 2. PIN berpengaruh positif terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. 3. GDPD berpengaruh negatif terhadap IIT pada sektor elektronik intra

ASEAN-5.

4. EXCHD berpengaruh positif atau negatif terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.

5. PIND berpengaruh negatif terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.

6. DIST berpengaruh negatif terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.


(51)

25

Hipotesis tersebut diuji dengan analisis regresi yang menggunakan gravity model dan metode GLS.

Lebih lanjut, hasil pengukuran dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi derajat integrasi (yang didekati dengan IIT) tersebut berimplikasi pada beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh ASEAN-5 pada umumnya dan pemerintah Indonesia pada khususnya. Kebijakan-kebijakan tersebut pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan integrasi ekonomi di dalam kawasan ASEAN-5.


(52)

Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran IIT

Derajat Integrasi

Implikasi Kebijakan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya:

1. GDP 2. PIN 3. GDPD 4. EXCHD 5. PIND 6. DIST

Gravity Model Nilai Perdagangan

Sektor Elektronik Intra ASEAN-5


(53)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi di internet, yakni dari Commodity and Trade Database (COMTRADE) dan Sekretariat ASEAN. Data tersebut terdiri dari data nilai perdagangan pada sektor elektronik intra ASEAN-5, GDP, GDP per kapita, dan kurs masing-masing negara ASEAN-5 serta jarak antara ibu kota negara. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data panel, yakni penggabungan data di masing-masing negara ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand) selama periode 2001-2005.

3.2. Pengukuran Intra-Industry Trade index (IIT)

Untuk mengukur Intra-Industry Trade index (IIT) pada sektor elektronik intra ASEAN-5, digunakan rumus penghitungan sebagai berikut.

100 1 1 1 1 1 x M X M X IIT n k n k ijkt ijkt n k n k ijkt ijkt ijt ⎟⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + − − =

= = = = (3.1) di mana:

i = negara reporter, j = negara partner, k = klasifikasi HS 4 digit, t = tahun,


(54)

X = ekspor, M = impor.

3.3. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index

(IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5 adalah analisis regresi dengan menggunakan gravity model. Pengujian model tersebut menggunakan metode Generalized Least Squares (GLS). Metode GLS dipilih karena relatif efisien dalam analisis model data panel. Di sisi lain, pendekatan ini dapat menghasilkan nilai dugaan di luar kisaran IIT. Namun, hal tersebut dapat dikesampingkan, karena fokus pada penelitian ini adalah uji hipotesis, bukan peramalan (Thorpe, 2005). Dalam proses pengujian model persamaan pada penelitian ini digunakan program Eviews 4.1.

3.3.1. Panel Data

Panel data adalah penggabungan dari observasi cross section yang sama dalam beberapa periode (time series). Data panel dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketersediaan data yang mewakili variabel yang digunakan dalam penelitian. Misalnya, data yang tersedia dalam bentuk series yang terlalu pendek atau data yang ada dalam bentuk unit cross section yang terbatas, sehingga proses pengolahan data tidak dapat dilakukan. Dengan data panel, jumlah observasi ditingkatkan dan berimplikasi pada peningkatan derajat bebas (degree of freedom), sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik (efisien). Di


(55)

29

samping itu, penggunaan data panel memungkinkan untuk melihat karakteristik antarindividu dan antarwaktu yang berbeda-beda. Selain itu, manfaat penggunaan data panel antara lain:

1. Data panel lebih baik untuk studi dynamics of adjustment.

Salah satu kekurangan apabila menggunakan data cross section adalah tidak dapat menggambarkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi. Penelitian tentang kondisi perekonomian seperti pengangguran dan kemiskinan lebih baik jika menggunakan data panel. Jika data-data yang berkaitan dengan pengangguran dan kemiskinan tersedia dalam rentang waktu yang relatif panjang, maka dapat diperoleh informasi kecepatan penyesuaian terhadap perubahan kebijakan ekonomi. Dengan data panel, dapat diketahui apakah kondisi pengangguran dan kemiskinan merupakan kondisi yang temporer atau permanen (InterCAFE, 2006). 2. Lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek.

Contohnya, kita memperoleh informasi bahwa tingkat konsumsi rata-rata mengalami peningkatan sebesar 2 persen setiap tahunnya. Dengan data panel, kita dapat mengidentifikasi apakah peningkatan tersebut terjadi pada semua individu atau apakah peningkatan tersebut adalah akibat dari peningkatan sebesar 4 persen pada sebagian individu dan 0 persen (tidak ada perubahan) pada sebagian individu lainnya (Verbeek, 2000).

Di sisi lain, pada panel data kerapkali ditemui data yang hilang (missing observations).

Adapun persamaan umum untuk regresi data panel adalah sebagai berikut.

it it

it X u


(56)

di mana:

i = individu (cross section), t = waktu (time series),

Xit = K variabel penjelas (explanatory variable).

Dalam analisis model data panel terdapat empat macam pendekatan, yakni pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), pendekatan efek acak (random effect), dan Maximum Likelihood Estimation. Penelitian ini lebih ditekankan pada pendekatan efek tetap (fixed effect) dan pendekatan efek acak (random effect). Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut.

1. Asumsi bahwa intersep berbeda untuk setiap individu.

Pada pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square) digunakan asumsi bahwa intersep dan slope dari persamaan regresi konstan baik antarindividu maupun antarwaktu.

2. Pendekatan Maximum Likelihood Estimation tidak banyak dikembangkan dalam program Eviews yang digunakan.

3.3.2. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Pendekatan efek tetap (fixed effect) dilakukan dengan memasukkan variabel dummy (dummy variable) untuk menghasilkan intersep yang berbeda-beda antar unit cross section. Pendekatan tersebut dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut.

it it i it X

Y =α + ' β +ε εit ~ IID(0,σ2ε) (3.3) di mana:


(57)

31

i

α = intersep yang berbeda-beda untuk masing-masing cross section, Xit independen terhadap εit.

Persamaan di atas dapat dituliskan dalam kerangka regresi umum dengan memasukkan variabel dummy untuk masing-masing unit i dalam model sebagai berikut.

= + + + = N j it it ij j

it d X

Y

2

' β ε α

α (3.4)

di mana:

dij = 1 jika i = j dan 0 untuk selainnya.

Dengan demikian terdapat variabel dummy sebanyak N-1 dalam model. Parameter α,α,...,αN−1 dan β dapat diestimasi dengan menggunakan pembobot

(cross section weights) atau GLS.

3.3.3. Pendekatan Efek Acak (Random Effect)

Penambahan variabel dummy pada pendekatan efek tetap (fixed effect) akan mengurangi banyaknya derajat bebas (degree of freedom) yang pada akhirnya dapat mengurangi efisisensi parameter yang diestimasi. Oleh karena itu, dalam analisis model data panel juga dikenal pendekatan efek acak (random effect). Pendekatan tersebut menggunakan asumsi bahwa αi adalah faktor acak

(random factors), yang independen dan menyebar identik antarindividu. Sehingga, pendekatan efek acak (random effect) dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut.

it i it it X

Y = μ+ ' β +α +ε ~ (0, 2 ); ~ (0, 2 ) α

ε α σ

σ

εit IID i IID (3.5)


(58)

μ = rata-rata dari seluruh intersep,

it i ε

α + = error term,

i

α = komponen cross section error yang tidak berubah sepanjang waktu,

it

ε = komponen sisaan yang terdiri dari komponen time series error dan komponen combination error yang diasumsikan tidak mengandung autokorelasi.

Selanjutnya, pendekatan efek acak (random effect) dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut.

it it it X

Y = μ+ ' β +ω (3.6)

it i it α ε

ω = + (3.7)

it i i

it =α +v +w

ω (3.8)

di mana: ) , 0 ( ~ σ2α

αi N = komponen cross section error,

) , 0 ( ~ 2v i N

v σ = komponen time series error, )

, 0 ( ~ 2w i N

w σ = komponen combination error.

i

α dan εitdiasumsikan saling bebas dan independen terhadap Xit (untuk semua i

dan t). Hal ini berimplikasi pada penduga OLS yang dihasilkan adalah konsisten dan tidak bias.

Adanya struktur komponen sisaan mengimplikasikan bahwa αiit(error term) menunjukkan adanya autokorelasi (kecuali 2 =0

α

σ ). Sehingga, penduga OLS menjadi tidak tepat dan akan lebih efisien jika menggunakan penduga GLS yang bisa diperoleh dengan jalan memanfaatkan struktur error covariance matrix.


(59)

33

3.3.4. Hausman Test

Keputusan untuk memilih apakah menggunakan pendekatan efek tetap (fixed effect) atau pendekatan efek acak (random effect) ditentukan oleh hasil pengujian statistik dengan menggunakan Hausman Test.

Hausman Testdilakukan dengan hipotesissebagai berikut. H0 : pendekatan efek acak (random effect)

H1 : pendekatan efek tetap (fixed effect)

Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut.

(

b

) (

M M

) (

b

)

m= β − ' o− 1 −1β − ~λ2

( )

K (3.9)

di mana:

β = vektor untuk statistik variabel fixed effect,

b = vektor untuk statistik variabel random effect, M0 = matriks kovarians untuk dugaan fixed effect model,

M1 = matriks kovarians untuk dugaan random effect model.

Kemudian nilai m dibandingkan dengan λ2-tabel. Jika m lebih besar dari λ2

-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan efek tetap (fixed effect), demikian pula sebaliknya.

3.3.5. Perumusan Model

Pada penelitian ini digunakan regresi dengan menggunakan gravity model, di mana yang menjadi variabel dependennya adalah Intra-Industry Trade index bilateral (IITijt) sektor elektronik intra ASEAN-5. Sedangkan enam variabel


(60)

kapita kedua negara (PINijt), perbedaan fluktuasi GDP kedua negara (GDPDijt),

perbedaan fluktuasi kurs kedua negara (EXCHDijt), perbedaan fluktuasi GDP per

kapita kedua negara (PINDijt), dan jarak kedua negara (DISTij). Adapun model

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

ijt ij ijt ijt ijt ijt ijt ijt DIST PIND EXCHD GDPD PIN GDP IIT

ε

β

β

β

β

β

β

β

+ + + + + + + = ) ln( ) ln( ) ln( ) ln( ) ln( ) ln( 6 5 4 3 2 1 0 (3.10) di mana:

IITijt = Intra-Industry Trade index (IIT) sektor elektronik antara negara i

(reporter) dan negara j (partner) pada tahun t dalam persen (%), GDPijt = rata-rata GDP negara i (reporter) dan negara j (partner) pada tahun

t dalam juta US$,

PINijt = rata-rata GDP per kapita negara i (reporter) dan negara j (partner)

pada tahun t dalam US$,

GDPDijt = perbedaan fluktuasi GDP negara i (reporter) dan negara j (partner)

pada tahun t dalam juta US$,

EXCHDijt = perbedaan fluktuasi kurs negara i (reporter) dan negara j (partner)

pada tahun t dalam US$,

PINDijt = perbedaan fluktuasi GDP per kapita negara i (reporter) dan negara

j (partner) pada tahun t dalam US$,

DISTij = jarak antara ibukota negara i (reporter) dengan ibukota negara j


(61)

35

3.3.6. Evaluasi Model

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum, yakni F-statistic test, t-statistic test, R-squared, dan uji asumsi klasik (multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas).

3.3.6.1. F-Statistic Test

F-statistic test ditujukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya atau tidak.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam F-statistic test adalah sebagai berikut.

1. Perumusan hipotesis

H0 : β1= β2=...= βk =0

H1 : minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol

2. Penentuan taraf nyata (α).

3. Bandingkan F-statistic dengan F-tabel pada α atau bandingkan probabilitas F- statistic (prob (F-statistic)) dengan α.

4. Jika F-statistic > F-tabel pada α atau prob (F-statistic) < α, makaterima H1. Artinya, variabel-variabel independen secara serentak berpengaruh


(62)

3.3.6.2. t-Statistic Test

Tujuan t-statistic test adalah untuk mengetahui apakah masing-masing variabel-variabel independen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya atau tidak.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam t-statistic test adalah sebagai berikut.

1. Perumusan hipotesis H0 :βi=0

H1 :βi≠0

2. Penentuan taraf nyata (α).

3. Bandingkan t-statistic dengan t-tabel pada α atau bandingkan probabilitas t-statistic (prob (t-statistic)) dengan α.

4. Jika t-statistic > t-tabel pada α atau prob (t-statistic) < α, maka terima H1. Artinya, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependennya. 3.3.6.3. R-Squared

R-squared adalah proporsi variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. R-squared memiliki range

1

0≤ Rsquared≤ . Jika R-squared bernilai 1 maka 100 persen variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Sedangkan jika R-squared bernilai 0 maka variasi dalam variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. R-squared dirumuskan sebagai berikut.


(63)

37

TSS RSS squared

R− = (3.11)

di mana:

RSS = jumlah kuadrat regresi, TSS = jumlah kuadrat total. 3.3.6.4. Multikolinieritas

Multikolinieritas dapat diartikan sebagai hubungan linier yang kuat antara variabel-variabel independen dalam model persamaan regresi linier berganda. Hal ini dapat dideteksi dengan adanya nilai R-squared yang tinggi (antara 0.7 dan 1) tetapi banyak variabel independen yang tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya dan tanda koefisien variabel independen yang tidak sesuai dengan teori atau hipotesis. Salah satu cara untuk mengatasi multikolinieritas adalah dengan panel data.

3.3.6.5. Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi pada error dari periode waktu yang berbeda. Akibatnya, estimator yang diperoleh menjadi tidak efisien. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan cara Durbin Watson-statistic test atau dengan membuat grafik residual dari masing-masing unit cross section. Pada grafik tersebut dapat dilihat nilai dan fluktuasi dari residuals selama periode yang diteliti. Adapun autokorelasi ditunjukkan dengan nilai residuals yang besar dan fluktuasinya sistematis.

3.3.6.6. Heteroskedastisitas

Sama halnya dengan autokorelasi, adanya heteroskedastisitas dapat mengakibatkan estimator yang diperoleh menjadi tidak efisien. Pada Eviews 4.1,


(64)

hal ini dapat dideteksi dengan membandingkan sum squared resid pada weighted statistics dan sum squared resid pada unweighted statistics. Jika sum squared resid pada weighted statistics lebih kecil dari sum squared resid pada unweighted statistic, maka terdapat heteroskedatisitas. Untuk mentreatment pelanggaran tersebut, dapat digunakan White Heteroskedasticity.


(65)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Intra-Industry Trade index (IIT)

Derajat integrasi dalam tiap-tiap sektor diukur dengan Intra-Industry Trade index (IIT). Besarnya IIT menggambarkan besarnya perdagangan intra-industri, yakni besarnya ekspor impor komoditi-komoditi dari industri yang sama. Dengan demikian, untuk mengukur derajat integrasi pada sektor elektronik intra ASEAN-5, dilakukan pengukuran IIT. Hasil pengukuran IIT disajikan secara lengkap pada Lampiran 16.

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat dikatakan bahwa secara umum telah terjadi integrasi yang cukup kuat pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Hal ini dapat dilihat pada nilai IIT yang sebagian besar lebih dari 50 atau termasuk ke dalam klasifikasi moderately strong integration. Akan tetapi, kenyataan tersebut tidak bersamaan dengan penguatan integrasi (penambahan nilai IIT) setiap tahunnya. Hal ini dapat dikarenakan oleh belum sepenuhnya hambatan tarif dan non tarif dihapuskan. Adapun penghapusan tarif pada semua produk sektor elektronik bagi negara-negara ASEAN-6 pada 1 Januari 2007 dan penghapusan hambatan non tarif pada semua produk sektor elektronik bagi negara-negara ASEAN-5 pada 1 Januari 2010 (Sekretariat ASEAN, 2004). Di samping itu, meskipun perdagangan intra ASEAN-5 di dalam kawasan ASEAN relatif lebih besar, terdapat kecenderungan peningkatan share perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara ASEAN-5 dengan Vietnam (COMTRADE, 2007).

Selama periode yang diteliti, integrasi pada sektor elektronik yang paling kuat tercipta antara Indonesia (reporter) dengan Thailand (partner), sebagaimana


(66)

ditunjukkan oleh oleh nilai IIT yang terus menerus lebih dari 74.99 atau termasuk ke dalam klasifikasi strong integration. Hal ini karena total ekspor Indonesia ke Thailand hanya sedikit lebih kecil dari total impor Indonesia dari Thailand. Atau dengan kata lain, nilai ekspor dan impor antara Indonesia (reporter) dengan Thailand (partner) tidak signifikan perbedaannya. Indonesia banyak mengekspor produk-produk elektroniknya ke Thailand. Ekspor tersebut didominasi oleh kelompok produk air, vacuum pumps, compressors, ventilating fans, etc. Di samping itu, Indonesia juga banyak mengimpor dari Thailand, terutama untuk kelompok produk air conditioning equipment, machinery dan kelompok produk refreegerators, freezers and heat pumps, nes (COMTRADE, 2007). Dengan demikian, nilai absolut dari ketidakseimbangan perdagangan (trade imbalance) menjadi lebih kecil. Selanjutnya, hal ini berimplikasi pada besarnya nilai IIT.

Tingginya derajat integrasi antara Indonesia (reporter) dengan Thailand (partner) yang lebih didorong oleh besarnya impor dan bukan oleh besarnya ekspor, menggambarkan bahwa tingginya derajat integrasi tidak selalu disertai dengan tingginya daya saing ekspor.

Selain itu, integrasi yang paling kuat juga terjadi antara Thailand (reporter) dengan Malaysia (partner). Sama halnya dengan yang terjadi antara Indonesia (reporter) dengan Thailand (partner), total ekspor Thailand ke Malaysia hanya sedikit lebih kecil dari total impor Thailand dari Malaysia. Thailand banyak mengekspor produk-produk elektroniknya ke Malaysia. Di samping itu, Thailand juga banyak mengimpor dari Malaysia. Ekspor dan impor tersebut didominasi oleh kelompok produk automatic data processing machines


(67)

41

(computers) (COMTRADE, 2007). Dengan demikian nilai absolut dari ketidakseimbangan perdagangan yang terjadi antara Thailand (reporter) dengan Malaysia (partner) menjadi lebih kecil, sehingga IITnya lebih besar.

Di sisi lain, integrasi pada sektor elektronik yang paling lemah tercipta antara Indonesia (reporter) dengan Filipina (partner). Namun demikian, terjadi penguatan integrasi (penambahan nilai IIT) tersebut setiap tahunnya, selama periode yang diteliti. Dari tahun 2001 hingga tahun 2003, nilai IIT lebih kecil dari 24.99 atau termasuk ke dalam klasifikasi weak integration. Kemudian, di tahun 2004 dan 2005, nilai IIT berada di antara 25 dan 49.99 atau termasuk ke dalam klasifikasi mild integration. Adapun total ekspor Indonesia ke Filipina jauh lebih besar dari total impor Indonesia dari Filipina (COMTRADE, 2007). Indonesia banyak mengekspor produk-produk elektroniknya ke Filipina, terutama untuk kelompok produk automatic data processing machines (computers). Akan tetapi Indonesia hanya sedikit mengimpor dari Filipina, bahkan Indonesia tidak mengimpor dari Filipina untuk kelompok produk domestic appliances, incorporating electric motor dan shavers and hair clippers, electric. Hal ini berimplikasi pada besarnya nilai absolut dari ketidakseimbangan perdagangan yang terjadi, yang pada akhirnya memperkecil nilai IIT.

Secara khusus, pada Gambar 4.1 ditunjukkan perkembangan IIT antara Indonesia (reporter) dengan negara-negara ASEAN-5 lainnya.


(1)

Lampiran 13. GDP Per Kapita Nominal ASEAN-5 (US$)

Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Indonesia 731.2

792.6

970.4

1112.9

1163.0

1278.6

Malaysia 3874.1

3690.4

3899.5

4154.7

4630.8

5008.5

Singapura 22757.3

20734.7

21217.8

22161.0

25366.4

26880.7

Filipina 980.1

916.6

956.2

972.6

1038.0

1154.5

Thailand 2026.1

1855.2

2020.4

2264.8

2525.0

2720.8

Lampiran 14. Kurs Nominal ASEAN-5 (US$

in national currency

)

Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Indonesia 9595

10400

8940

8465

9290

9830

Malaysia 3.80

3.80

3.80

3.80

3.80

3.78

Singapura 1.73

1.85

1.74

1.70

1.63

1.66

Filipina 50.00

51.40

53.10

55.57

56.27

53.07

Thailand 43.27

44.22

43.15

39.59

39.06

41.03

Lampiran 15. Jarak Antara Ibukota Negara (km)

Negara Jarak

Indonesia-Malaysia 1184.026

Indonesia-Singapura 891.63

Indonesia-Filipina 2791.118

Indonesia-Thailand 2323.135

Malaysia-Singapura 318.466

Malaysia-Filipina 2469.847

Malaysia-Thailand 1184.676

Singapura-Filipina 2397.471

Singapura-Thailand 1435.532

Filipina-Thailand 2211.313


(2)

Lampiran 16. Hasil Pengukuran IIT

Negara Tahun

IIT

2001 90.16

2002 92.37

2003 79.71

2004 61.34

Indonesia-Malaysia

2005 68.84

2001 31.59

2002 35.59

2003 49.31

2004 47.67

Indonesia-Singapura

2005 48.03

2001 7.96

2002 14.96

2003 16.45

2004 32.98

Indonesia-Filipina

2005 34.86

2001 91.48

2002 91.11

2003 75.16

2004 79.68

Indonesia-Thailand

2005 80.08

2001 57.03

2002 55.76

2003 57.33

2004 53.87

Malaysia-Indonesia

2005 62.83

2001 75.35

2002 54.33

2003 59.42

2004 75.77

Malaysia-Singapura

2005 68.07

2001 64.37

2002 81.36

2003 92.54

2004 92.45

Malaysia-Filipina


(3)

2001 92.92

2002 83.23

2003 78.58

2004 63.70

Malaysia-Thailand

2005 74.42

2003 89.38

2004 92.61

Singapura-Indonesia

2005 95.28

2001 64.75

2002 60.98

2003 65.30

2004 75.61

Singapura-Malaysia

2005 79.24

2001 64.77

2002 93.83

2003 85.24

2004 82.06

Singapura-Filipina

2005 88.98

2001 45.95

2002 52.24

2003 70.54

2004 65.59

Singapura-Thailand

2005 73.88

2001 6.69

2002 41.87

2003 12.69

2004 31.33

Filipina-Indonesia

2005 25.49

2001 36.10

2002 17.90

2003 34.21

2004 66.72

Filipina-Malaysia

2005 19.38

2001 64.47

2002 74.31

2003 54.02

2004 52.41

Filipina-Singapura

2005 96.13

2001 60.07

2002 52.66

2003 53.66

2004 48.81

Filipina-Thailand

2005 40.33

2001 97.96

2002 96.52

2003 97.80

2004 85.47

Thailand-Indonesia


(4)

2001 94.68

2002 97.93

2003 91.05

2004 83.01

Thailand-Malaysia

2005 89.05

2001 94.92

2002 72.97

2003 55.86

2004 54.24

Thailand-Singapura

2005 53.52

2001 89.36

2002 74.87

2003 77.62

2004 76.97

Thailand-Filipina


(5)

Lampiran 17. Hasil Estimasi Pendekatan Efek Tetap (

Fixed Effect

)

Dependent Variable: IITijt?

Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 05/31/07 Time: 10:39

Sample: 2001 2005 Included observations: 5

Number of cross-sections used: 20 Total panel (unbalanced) observations: 98 One-step weighting matrix

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GDPijt? 0.000378 0.001732 0.218527 0.8276

PINijt? 7.593657 0.108765 69.81706 0.0000 GDPDijt? -0.125080 0.010936 -11.43773 0.0000 EXCHDijt? 0.408092 0.085782 4.757323 0.0000 PINDijt? -0.079155 0.008830 -8.964863 0.0000

DISTij? -0.308396 0.015450 -19.96067 0.0000 Fixed Effects

_IM--C -87.90577 _IS--C -88.12786 _IP--C -87.03883 _IT--C -88.53594 _MI--C -87.89778 _MS--C -87.88268 _MP--C -85.66868 _MT--C -87.99009 _SI--C -88.11543 _SM--C -87.25293 _SP--C -86.60441 _ST--C -87.42363 _PI--C -86.72770 _PM--C -85.74559 _PS--C -86.17296 _PT--C -87.44227 _TI--C -88.49322 _TM--C -88.07102 _TS--C -87.60150 _TP--C -86.75710 Weighted Statistics

R-squared 0.981775 Mean dependent var 5.575786 Adjusted R-squared 0.975446 S.D. dependent var 4.321309 S.E. of regression 0.677131 Sum squared resid 33.01250 F-statistic 155.1416 Durbin-Watson stat 1.928568 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.822581 Mean dependent var 3.030612 Adjusted R-squared 0.760977 S.D. dependent var 1.417520 S.E. of regression 0.693026 Sum squared resid 34.58051 Durbin-Watson stat 1.572957


(6)

Lampiran 18. Hasil Estimasi Pendekatan Efek Acak (

Random Effect

)

Dependent Variable: IITijt?

Method: GLS (Variance Components) Date: 05/31/07 Time: 10:41

Sample: 2001 2005 Included observations: 5

Number of cross-sections used: 20 Total panel (unbalanced) observations: 98

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -45.44864 5.390400 -8.431405 0.0000

GDPijt? -0.009089 0.003364 -2.701848 0.0082 PINijt? 4.454855 0.478229 9.315321 0.0000 GDPDijt? -0.246576 0.103726 -2.377191 0.0195 EXCHDijt? -0.165698 0.145037 -1.142450 0.2563

PINDijt? 0.146395 0.082291 1.778998 0.0786 DISTij? -0.235531 0.037667 -6.252899 0.0000 Random Effects

_IM--C -0.075048

_IS--C 0.362223

_IP--C -0.335326

_IT--C 0.583689

_MI--C 0.274213

_MS--C 0.982344

_MP--C -1.322778

_MT--C 0.371895

_SI--C 0.208244

_SM--C 0.194694

_SP--C -0.731157 _ST--C -0.016573 _PI--C -0.095189 _PM--C -0.942859 _PS--C -0.745182

_PT--C 0.217928

_TI--C 0.581540

_TM--C 0.445101

_TS--C 0.551637

_TP--C -0.848996 GLS Transformed

Regression

R-squared 0.481753 Mean dependent var 3.030612 Adjusted R-squared 0.447583 S.D. dependent var 1.417520 S.E. of regression 1.053568 Sum squared resid 101.0106 Durbin-Watson stat 1.541372

Unweighted Statistics including Random

Effects

R-squared 0.207135 Mean dependent var 3.030612 Adjusted R-squared 0.154858 S.D. dependent var 1.417520 S.E. of regression 1.303148 Sum squared resid 154.5358 Durbin-Watson stat 1.007500