e. Surat Berharga Komersial Syariah
Surat Berharga Komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
60
B. Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 UUPM. Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sedangkan Efek dalam UUPM Pasal 1 butir 5 dinyatakan sebagai
surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
kegiatan berjangka atas Efek, dan setiap derivatif Efek. UUPM tidak membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut
dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan UUPM kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip syariah.
61
Pemikiran untuk mendirikan pasar modal syariah dimulai sejak munculnya instrumen pasar modal yang menggunakan prinsip syariah yang berbentuk
60
Ibid.
61
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta : Kencana, 2010, hlm. 220.
Universitas Sumatera Utara
reksadana syariah. Usaha ini baru bisa terlaksana pada tanggal 14 Maret 2003 dengan dibuka secara resmi pasar modal syariah oleh Menteri Keuangan Budiono
dan didampingi oleh Ketua Bapepam Herwidayatmo, Wakil dari Majelis Ulama Indonesia dan Wakil dari Dewan Syariah Nasional serta Direksi SRO, Direksi
Perusahaan Efek, pengurus organisasi pelaku dan asosiasi profesi di pasar Indinonesia.
62
Walaupun secara resmi diluncurkan pada 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai
dengan peluncuran Danareksa syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan
PT Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan
dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan
penerapan prinsip syariah.
63
Perkembangan selanjutnya instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT Indosat Tbk. pada awal
September 2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada 2004, terbit untuk
pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi syariah Ijarah. Selanjutnya, pada 2006 muncul instrumen baru yaitu Reksa Dana
Indeks di mana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah indeks JII. Penentuan kriteria dari Komponen JII tersebut disusun berdasarkan persetujuan
62
Abdul Manan., Op. cit., hlm. 14.
63
Nurul Huda dan Mohamad Heykal., Loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
dari Dewan Pengawas Syariah dan PT DIM. Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip hukum Islam adalah :
64
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang. 2.
Usaha lembaga keuangan konvensional ribawi termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram. 4.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
C. Kriteria Surat Berharga pada Pasar Modal Syari’ah