hipertensi akan mempermudah berbagai macam komplikasi jantung, termasuk gagal jantung kongestif, aritmia ventrikel, iskemia miokard, dan mati mendadak
Massie, 2002.
2.2.5. Gejala Klinis
Gejala dari penyakit jantung hipertensi tergantung dari durasi, keparahan, dan tipe dari penyakit itu Riaz, 2012. Pada tahap awal, seperti hipertensi pada
umumnya kebanyakan pasien tidak ada keluhan Panggabean, 2006, oleh karena itu hipertensi dinamakan “The Silent Killer” Riaz, 2012. Bila simtomatik, maka
biasanya disebabkan oleh: a. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar - debar, rasa
melayang dizzy, dan impoten. b. Penyakit jantunghipertensi vaskular, seperti cepat capek, sesak nafas, sakit
dada, bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina, dan
transient cerebral ischemic. c. Penyakit dasar pada hipertensi sekunder, seperti polidipsia, poliuria,
kelemahan otot pada aldosteronisme primer, sakit kepala, palpitasi, banyak keringat, dan rasa melayang saat berdiri Panggabean, 2006.
2.2.6. Diagnosis a. Anamnesis
Anamnesis mencakup durasi dari hipertensi, terapi sebelumnya respon dan efek samping, riwayat keluarga menderita hipertensi dan penyakit kardiovaskular,
bukti adanya hipertensi sekunder, bukti adanya kerusakan organ target, dan faktor resiko lain, seperti perubahan berat badan, dislipidemia, merokok, diabetes, dan
inaktivitas fisik Kotchen, 2008.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda fisik dari penyakit jantung hipertensi tergantung dari abnormalitas predomian dari jantung, durasi, dan keparahan dari penyakit jantung hipertensi itu.
Pada tingkatan awal dari penyakit, pemeriksaan fisik mungkin berada dalam batas normal. Pulsasi arteri normal pada tingkatan awal penyakit jantung hipertensi.
Tetapi pulsasi akan menurun pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri. Tekanan darah sistolik danatau diastolik meningkat. Tekanan darah mungkin normal pada
saat pemeriksaan jika pasien mendapatkan pengobatan antihipertensi yang adekuat atau jika pasien menderita disfungsi ventrikel kiri tingkat lanjut dan ventrikel kiri
tidak mampu menghasilkan curah jantung dan volume sekuncup yang cukup untuk menaikkan tekanan darah Riaz, 2012.
Pada auskultasi jantung, bunyi jantung S2 meningkat akibat kerasnya penutupan katup aorta. Kadang ditemukan murmur diastolik akibat regurgitasi
aorta. Bunyi S4 gallop atrial atau presistolik dapat ditemukan akibat dari peninggian tekanan atrium kiri. Sedangkan bunyi S3 gallop ventrikel atau
protodiastolik ditemukan bila tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat akibat dari dilatasi ventrikel kiri. Paru perlu diperhatikan apakah ada suara
pernafasan tambahan, seperti ronki basah atau ronki keringmengi. Pemeriksaan perut ditujukan untuk mencari aneurisma, pembesaran hati,
limpa, ginjal, dan asites. Auskultasi bising sekitar kiri dan kanan umbilikus menandakan adanya stenosis arteri renalis Panggabean, 2006. Pada pemeriksaan
fisik dapat dicurigai HVK dengan palpasi, didapatkan posisi apeks jantung yang melebar dan sedikit turun ke bawah, dan kadang – kadang disertai dengan pulsasi
apeks yang kuat dan berlangsung lama bila penderita berada dalam posisi berbaring dan miring ke kiri Efendi, 2003.
c. Radiologi
Menurut Purwohudoyo 2005, dari segi radiologi, cara yang mudah untuk mengukur jantung apakah membesar atau tidak, adalah dengan membandingkan
lebar jantung A+B dan lebar dada C pada foto toraks Posterior-Anterior PA Cardio-Thoracic Ratio = CTR. CTR = A+B ÷ C, A = jarak jantung kanan
terjauh dari garis tengah vertebratorakalis imajiner, B = jarak jantung kiri terjauh
dari garis tengah vertebratorakalis imajiner, C = garis imajiner yang menyinggung kupula diafragma kanan. Normalnya 35 CTR 50 dan dikatakan jantung
membesar kardiomegali bila CTR 50. Pembesaran yang berasal dari ventrikel kiri dimanifestasikan dengan ekstensi ke arah inferior kiri dan posterior
dari batas kiri bawah jantung. Pembesaran jantung yang terlihat dengan radiologi menandakan HVK sudah dalam tahap lanjut.
d. Elektrokardiografi