2.7.2. Kebutuhan Zat Gizi Pada Anak Balita
Menurut Uripi 2004 kebutuhan zat gizi pada balita adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh
usia, jenis kelamin, berat badan, aktivitas dan tinggi badan. Kebutuhan zat gizi pada balita harus cukup dan seimbang karena anak balita sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Kebutuhan energi dan protein balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi AKG rata-rata per hari yang dianjurkan oleh
Widyakarya Pangan dan Gizi 1998 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi AKG rata-rata per hari.
No Golongan Umur Berat Badan
kg Tinggi Badan
cm Energi
kkal Protein
gr 1
1-3 12
90 1.250
23 2
4-5 18
110 1.750
32 Fungsi utama energi sebagai zat tenaga yang menunjang aktivitas sehari-hari
dan fungsi utama protein sebagai zat pembangun bagi jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Makan makanan yang beraneka ragam
menunjang terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi balita. Konsumsi pangan yang cukup dan seimbang
merupakan salah satu faktor yang menentukan agar proses tumbuh kembang anak balita menjadi optimal dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat Depkes RI, 2000.
2.8. Pengukuran Status Gizi Balita
Untuk mengetahui, menilai status gizi dapat dilakukan secara langsung dengan pemeriksaan Antropometri, pemeriksaan tanda tanda klinik, penilaian secara
biokimia dan pemeriksaan biofisik. Untuk penelitian di lapangan lebih sering
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
digunakan Antropometri, karena relatif murah dan mudah, objektif dan dapat dengan cepat dilakukan pengukuran serta dapat dilakukan setiap orang setelah dilatih.
Status gizi anak balita dapat diukur dengan indeks antropometri BBU, TBU, dan BBTB.
2.8.1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri Supariasa, dkk 2002, mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh.
Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat dan tingkat gizi.
Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan, akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan
keterangan untuk pelaksanaanya. Jika dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Untuk ukuran massa jaringan : pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifatnya sensitive, cepat berubah,
mudah turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang. 2. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukurannya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut Umur BBU, Tinggi Badan menurut
Umur TBU, Berat Badan menurut Tinggi badan BBTB Depkes RI, 1995
2.8.1.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur BBU
Supariasa 2002, berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tetang massa tubuh otot dan lemak, karena massa tubuh
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya makanan yang dikonsumsi maka berat
badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan zat
gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat
badan yaitu berkembang lebih cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur BBU
digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini
current nutritional status.
2.8.1.2.Indeks Tinggi Badan Menurut Umur TBU
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan
dangan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi jangka pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.
Indeks TBU lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga digunakan sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan
tinggi badan anak pada usia sekolah tujuh tahun, menggambarkan status gizi masa balitanya. Masalah penggunaan indeks TBU pada masa balita, baik yang berkaitan
dengan kesahihan pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data umur Jahari, 1998.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.8.1.3.Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan BBTB
Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertambahan tinggi badan
dengan percepatan tertentu. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi masa kini dan masa lalu, terlebih bila data umur yang akurat
sulit diperoleh. Oleh karena itu indeks berat badan menurut tinggi badan disebut pula sebagai indikator yang independen terhadap umur. Karena BBTB memiliki
keuntungan dan kelemahan, terutama bila digunakan terhadap anak balita B. Abas, 1998.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep Penelitian