Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

enjokousai. Penelitian Soraya memberikan pemahaman mengenai faktor penyebab enjokousai khususnya dari segi interaksi sosial. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Rani 2014 berjudul “Prostitusi Remaja Wanita Jepang dalam Anime Initial D ” menganalisis tentang seorang gadis bernama Natsuki Mogi yang menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang lebih tua darinya demi bisa memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan ekonomi maupun hasrat seksual. Teori yang digunakan yaitu teori semiotik Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Hasil penelitian Rani adalah ditemukan unsur-unsur dan karakteristik dari tokoh Natsuki Mogi dan papa sebagai pelaku enjokousai. Selain itu, tokoh Natsuki Mogi merupakan refleksi pelaku enjokousai yang melakukan enjokousai hanya untuk menambah pengalaman seksual masa remaja. Pemahaman mengenai enjokousai dalam penelitian Rani hanya dijelaskan sebatas pemahaman akan hal-hal yang menjadi pendorong terjadinya enjokousai sedangkan dalam penelitian ini pemahaman mengenai enjokousai dilakukan secara lebih mendalam yaitu pemahaman mengenai jenis-jenis enjokousai, faktor penyebabnya, serta dampak yang ditimbulkan dari perilaku enjokousai. Penelitian Rani memberikan pemahaman mengenai konsep enjokousai khususnya mengenai hal-hal yang melatarbelakangi perilaku enjokousai. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Jiwaningrat 2008 yang berjudul “Analisis Konformitas Remaja dalam Kelompok yang Menjadi Salah Satu Penyebab Perilaku Enjokousai dalam Film Love and Pop ” menganalisis tentang remaja putri bernama Hiromi yang terjerumus ke dalam perilaku enjokousai karena konformitas dalam kelompok. Penelitian Jiwaningrat menggunakan teori konformitas. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Hasil penelitian Jiwaningrat adalah tokoh Hiromi menjadi seorang pelaku enjokousai karena konformitas yang dianalisis dari empat unsur pemicu yaitu kepercayaan diri yang lemah, rasa takut terhadap celaan sosial, kepercayaan terhadap kelompok, dan kurangnya informasi. Adapun alasan yang mendasarinya yaitu kepercayaan diri yang lemah tercermin dalam tindakan dan perkataan Hiromi yang tidak pernah dapat menolak akan apa yang dikatakan oleh teman-temannya. Persamaan dengan penelitian ini yaitu mengangkat fenomena enjokousai yang terjadi di Jepang yang direfleksikan melalui tokoh dalam sebuah karya sastra. Pada penelitian Jiwaningrat, hanya mengangkat secara khusus konformitas sebagai salah satu penyebab terbesar perilaku enjokousai sedangkan pada penelitian ini dibahas secara mendalam mengenai perilaku enjokousai yang meliputi jenis-jenis perilaku enjokousai, hal-hal yang melatarbelakangi perilaku enjokousai, serta dampak yang ditimbulkan dari perilaku enjokousai. Penelitian Jiwaningrat memberikan pemahaman secara jelas mengenai konsep enjokousai.

2.2 Konsep

Konsep merupakan semua istilah atau kata kunci yang digunakan dalam suatu karya ilmiah. Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.

2.2.1 Perilaku Menyimpang

Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan deviation adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri conformity terhadap kehendak masyarakat Arief Herdiyanto, 2004:5. Elisanti dan Rostini 2009:93 menyatakan bahwa penyimpangan merupakan ancaman, tetapi juga merupakan alat pemeliharaan stabilitas sosial. Perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Dewasa ini tidak ada satu pun masyarakat yang dapat bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu yang lama. Perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi penyimpangan individual dan penyimpangan kolektif. Penyimpangan individual terdiri dari penyalahgunaan narkoba, proses sosialisasi yang tidak sempurna, pelacuran, penyimpangan seksual, tindak kriminal, gaya hidup, dan tindak eksentrik. Perilaku kolektif terdiri atas kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penyimpangan kebudayaan.

2.2.2 Enjokousai

Istilah enjokousai berasal dari dua kata yaitu enjo 援助 yang berarti bantuan dan kousai 交際 berarti pergaulan Matsuura, 1994. Jadi, enjokousai secara harfiah mengandung arti pergaulan bantuan atau seringkali disebut pergaulan yang menguntungkan. Namun, ternyata lambat laun pengertian enjokousai mulai berubah