59
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
Muhammadiyah menjalani kehidupan di era reformasi dengan tetap pada identitasnya sebagai gerakan kultural kemasyarakatan. Muhammadiyah mengambil peran dalam lapangan
kemasyarakatan yang diarahkan untuk terbentuknya civil society sebagai pilar utama terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat. Melalui Tanwir Denpasar Muhammdiyah
berperan lebih aktif dalam politik kebangsaan sebagai peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Muhammadiyah senantiasa bersikap aktif dan konstriktif alam usaha pembangunan
reformasi sesuai khittah perjuangannya dalam menghadapi kondisi-konsisi kritis yang bangsa dan negara.
Muhammadiyah tetap pada identitasnya sebagai organisasi keagamaan yang netral dan tidak terjun dalam politik praktis secara kelembagaan. Namun, Muhammadiyah yang tidak
terlibat dalam politik praktis tidaklah menjadikan Muhammadiyah buta terhadap politik. Muhammadiyah memerankan dirinya sebagai kekuatan politik yang menyalurkan aspirasi umat
Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Muhammadiyah menjalankan aktivitas politiknya melalui jalur kelompok kepentingan dalam memperjuangkan kepentingan
politik organisasi. Kepentingan yang diperjuangkan Muhammadiyah dalam perannya sebagai kelompok kepentingan tetap dalam rangka melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar
guna melihat agama Islam dapat dilaksanakan oleh umatnya secara baik untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Universitas Sumatera Utara
60
Era reformasi dengan sistem politik yang lebih terbuka dan sistem kepartaian yang majemuk tidak dapat dipungkiri dapat membawa Muhammadiyah untuk terseret gejolak politik
praktis. Sebagai sebuah gerakan sosial yang besar dan terorganisasi dengan baik, tentu Muhammadiyah memiliki political magnitude yang sangat besar. Muhammadiyah selalu
menjadi sasaran dari lobi-lobi politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik baik secara organisasional maupun secara individual melalui elite-elitenya. Muhammadiyah memandang
prilaku politik praktis yang dilakukan oleh elite-elitenya merupakan prilaku yang bersifat individual yang terlepas secara kelembagaan. Hal tersebut karena kepentingan politik
Muhammadiyah tidak berorientasi kekuasaan sebagaimana yang dilakukan oleh partai politik dalam ranah politik praktis. Namun, Muhamamdiyah tetap membebaskan kadernya untuk terjun
dalam politik praktis tersebut sepanjang tidak melanggar aturan dalam Persyarikatan dan sejalan dengan upaya perjuangan misi Persyarikatan dalam melaksanakan dakwah amar ma’ruf mahi
munkar.
Universitas Sumatera Utara
61
2. Saran