Proses Akuntansi di PD BPR Bank Sleman

Tabel 5.1 Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. 4 Ekuitas Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya. Paragraf 4.3 Pos – pos ekuitas yang disajikan oleh BPR: a. Modal b. Dana setoran modal- ekuitas c. LabaRugi yang belum direalisasi d. Surplus revaluasi aset tetap e. Saldo laba Ekuitas menyajikan pos-pos: a. Modal b. Dana setoran modal- ekuitas c. LabaRugi yang belum direalisasi d. Surplus revaluasi aset tetap e. Saldo laba f. Cadangan umum g. Cadangan tujuan h. Belum ditentukan cadangannya Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. 5 Klasifikasi Aset dan Kewajiban Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi terpisah dalam neraca, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan lebih relevan. Paragraf 4.5 SAK BPR menyajikan aset lancer dan aset tidak lancer, kewajiban jangka pendek dan jangka panjang sebagai suatu klasifikasi yang tidak terpisah dalam neraca, akan tetapi penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan relevan. Entitas menyajikan aset dan kewajiban sebagai suatu klasifikasi tidak terpisah dalam neraca, namun penyajian berdasarkan likuiditas dapat memberikan informasi yang andal dan relevan. Sesuai meskipun aset dan kewajiban tidak diklasifikas- ikan secara terpisah. Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. 6 Informasi yang disajikan di neraca atau catatan atas laporan keuangan Entitas menyajikan di neraca atau catatan atas laporan keuangan, subklasifikasi atas pos yang disajikan: a. Kelompok aset tetap b. Kewajiban imbalan kerja dan kewajiban diestimasi lainnya c. Kelompok ekuitas, seperti modal disetor, tambahan modal disetor, agio saham, dan saldo laba Paragraf 4.12 SAK BPR menyajikan di neraca subklasifikasi atas pos yang disajikan: d. Kelompok Aset tetap dan inventaris e. Kewajiban imbalan kerja, kewajiban segera, dan kewajiban lain-lain f. Kelompok ekuitas, seperti modal disetor, tambahan modal disetor, dan saldo laba . Entitas menyajikan subklasifikasi atas pos yang disajikan, yaitu a. Aset tetap b. Kewajiban imbalan kerja dan kewajiban diestimasi lainnya seperti kewajiban segera dan kewajiban lain. c. Kelompok ekuitas diantaranya modal disetor, tambahan modal disetor, saldo laba. Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. B. Laporan Laba Rugi 1 Informasi yang disajikan Laporan laba rugi minimal menyajikan pos-pos berikut: a. Pendapatan b. Beban keuangan c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas d. Beban pajak e. Laba atau rugi neto Paragraf 5.3 Pos – pos dalam laporan laba rugi BPR: f. Pendapatan operasional g. Beban operasional h. Pendapatan non- operasional i. Beban non-operasional j. Beban pajak penghasilan Laporan Laba Rugi menyajikan pos-pos: a. Pendapatan dan Beban Operasional b. Pendapatan dan Beban Non-Operasional c. Taksiran Pajak Penghasilan d. Laba Rugi Neto Sesuai meskipun terdapat perbedaan nama akun yaitu beban keuangan menjadi beban operasional dan beban non- operasional serta beban pajak menjadi taksiran pajak penghasilan. Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. Infromasi yang disajikan Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Paragraf 5.4 SAK BPR menyajikan pos, judul, dan sub judul lainnya pada laporan laba rugi seperti, pos pendapatan bunga dengan sub judul bunga kontraktual, provisi dan biaya transaksi. Entitas menyajikan pos, judul dan sub judul lainnya, seperti: a. Pos Pendapatan bunga, terdiri dari: 1 Bunga kontraktual 2 Provisi 3 Biaya transaksi b. Beban penyisihan kerugianpenyusutan, terdiri dari: 1 Beban penyisihan kerugian tabungandeposito 2 Beban penyisihan kerugian kredit 3 Beban kerugian restrukturisasi kredit 4 Beban penyusutan Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. Infromasi yang disajikan Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Paragraf 5.4 SAK BPR menyajikan pos, judul, dan sub judul lainnya pada laporan laba rugi seperti, pos pendapatan bunga dengan sub judul bunga kontraktual, provisi dan biaya transaksi. c. Pendapatan dan Beban Non-Operasional, terdiri dari: 1 Pendapatan non-operasional 2 Beban non-operasional Sesuai C. Laporan Perubahan Ekuitas 1 Informasi yang disajikan Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan: a. Laba atau rugi untuk periode b. Pendapatan dan beban yang disajikan langsung dalam ekuitas Paragraf 6.3 SAK BPR menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan: c. Laba atau rugi untuk periode pelaporan d. Pendapatan dan beban yang disajikan langsung dalam ekuitas Laporan ekuitas menyajikan laba atau rugi dan pendapatan dan beban disajikan langsung dalam ekuitas, seperti Penambahan Modal Saham, Pembagian laba Pemerintah Kabupaten, Dana Kesejahteraan, dan Pembagian Jasa Produksi. Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. D. Laporan Arus Kas 1 Penyajian laporan arus kas Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Paragraf 7.3 SAK BPR menyajikan laporan arus kas yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Entitas menyajikan laporan arus kas menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan dengan mengunakan metode tidak langsung. Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. 2 Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Paragraf 7.4 Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan BPR. Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari pemberian dan pelunasan kredit, penerimaan dan pembayaran simpanan, penempatan pada bank lain, menghimpun dana dari masyarakat, serta penerimaan dan pembayaran pinjaman dari bank umum maupun pihak lain. Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. 3 Aktivitas Investasi Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Paragraf 7.5 Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi mencerimnkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas dengan tujuan memperoleh pendapatan dan arus kas masa depan yaitu pembelianpenjualan aset tetap dan inventaris, pembelianpenjualan aset tidak berwujud, dan pembelianpenjualan Sertifikat Bank Indonesia. Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. 4 Aktivitas Pendanaan Arus kas dapat berasal dari penerimaan kas, pembayaran kas dan pelunasan pinjaman. Paragraf 7.6 Arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasik modal BPR. Contoh arus kas dari aktivitas pendanaan, seperti penerimaan dari emisi saham baru, pembayaran atas kewajiban sewa pembiayaan, dan penerimaan dan pembayaran modal pinjaman. Arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari penerimaanpembayaran pinjaman subordinasi, penerimaanpembayaran modal, dan pembagian laba Pemerintah Kabupaten. Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil Penelitian Ket. E. Catatan Atas Laporan Keuangan 1 Struktur Secara normal urutan penyajian catatan atas laporan keuangan: a. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan b. Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan c. Pengungkapan lain Paragraf 8.4 Unsur uang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan BPR: d. Gambaran umum BPR e. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi f. Penjelasan atas pos – pos laporan keuangan Urutan penyajian catatan atas laporan keuangan PD BPR Bank Sleman: a. Gambaran Umum b. Ikhtisar kebijakan akuntansi c. Penjelasan pos – pos neraca d. Penjelasan pos –pos laba rugi e. Lampiran Sesuai meskipun ringkasan kebijakan akuntansi diganti menjadi Ikhtisar kebijakan akuntansi, dan informasi yang mendukung pos – pos laporan keuangan dijelaskan dalam penejelasan pos neraca dan laba rugi serta pengkungkapan lain disajikan dalam lampiran. Sumber: Data Olahan 2016 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman. lanjutan No. Item yang Diperbandingkan SAK ETAP Paragraf SAK ETAP Hasil Penelitian Ket. 2 Pengungkapan kebijakan akuntansi Dalam ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan harus diungkapkan: a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan b. Kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk memahami laporan keuangan Paragraf 8.5 Dalam bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi disajikan dasar pengukuran laporan keuangan yaitu berdasarkan biaya historis dan dasar penyusunan menggunakan dasar akrual. Kebijakan akuntansi tidak terbatas seperti konsep dasar pengukuran, kredit yang diberikan, kas dan setara kas, dan lain sebagainya. PD BPR Bank Sleman mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis dan disusun dengan dasar akrual serta kebijakan akuntansi lainnya seperti transaksi laporan keuangan dalam mata uang asing dan pajak penghasilan. Sesuai Sumber: Data Olahan 2016 D. Analisis dari Perbandingan Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman dengan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP. 1. Neraca Secara umum penyajian laporan keuangan pada komponen neraca sudah sesuai dengan peraturan SAK ETAP. Neraca PD BPR Bank Sleman menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas. Hal ini sudah sesuai dengan aturan dalam SAK ETAP yang menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu tanggal tertentu yaitu bulan Desember yang diakui sebagai akhir periode pelaporan. Berikut merupakan penjelasan komponen dari neraca: a. Aset Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas SAK ETAP 2013: 5 paragraf 2.12. Aset diakui dalam neraca karena manfaat ekonominya di masa depan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat dikukur dengan andal. Entitas belum sesuai yaitu PD BPR Bank Sleman tidak mengklasifikasikan secara terpisah antara aset dan kewajiban menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, serta kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Namun penyajian berdasarkan likuiditas dapat memberikan informasi yang andal dan relevan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP paragraf 4.5 dalam klasifikasi aset dan kewajiban PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahwa penyajian berdasarkan likuiditas diperbolehkan jika memberikan infromasi yang andal dan relevan. 1 Kas Kas adalah mata uang kertas dan logam rupiah yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Dalam pengertian kas termasuk kas besar dan kas kecil. Dalam perlakuan akuntansi oleh entitas dalam hal ini yaitu PD BPR Bank Sleman, pengakuan dan pengukuran transaksi kas diakui sebesar nilai nominal. Penyajian kas disajikan dalam pos tersendiri dan hal yang diungkapkan yaitu rincian jumlah kas. Dasar pengaturan entitas yaitu aset karena berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP 2013:5 paragraf 2.12a. 2 Kas dalam valuta asing Kas dalam valuta asing adalah mata uang kertas asing, uang logam asing dan travelers cheque yang masih berlaku yang dimiliki BPR dalam kegiatan penukaran sebagai pedagang valuta asing. BPR dapat memiliki kas dalam valuta asing hanya dalam rangka melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang valuta asing yang telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. Dalam perlakuan akuntansi entitas, pengakuan dan pengukuran mata uang asing diakui sebesar kurs transaksi yang berlaku pada tanggal perolehan. Penyajian kas dalam valuta asing disajikan dalam pos sendiri. Hal yang diungkapkan yaitu mata uang yang disajikan dalam laporan keuangan. Hal ini sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sesuai dengan SAK ETAP Bab 26 tentang transaksi dalam mata uang asing. 3 Sertifikat Bank Indonesia Sertifikat Bank Indonesia SBI adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBI diklasifikasikan menjadi dimiliki hingga jatuh tempo dan tersedia untuk dijual. Investasi pada SBI disajikan berdasarkan tingkat likuiditasnya. SBI yang dimiliki hingga jatuh tempo disajikan sebesar nilai nominal dikurangi diskonto dan ditambah biaya transaksi yang belum diamortisasi. Sedangkan SBI yang tersedia untuk dijual disajikan sebesar nilai wajarnya. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP Bab 10 tentang Investasi Pada Efek Tertentu. 4 Pendapatan bunga yang akan diterima Pendapatan bunga yang akan diterima entitas berasal dari pendapatan bunga dari kredit dengan kualitas lancar yang telah diakui sebagai pendapatan tetapi belum diterima pembayarannya accrual basis. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP 2013: 5 paragraf 2.12 dan 2013: 81 paragraf 20.27 a di mana bunga harus diakui secara akrual. 5 Penempatan pada bank lain Penempatan pada bank lain adalah penempatantagihan atau simpanan milik BPR pada bank lain dengan maksud untuk menunjang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelancaran aktivitas operasional, dalam rangka memperoleh penghasilan, dan sebagai secondary reserve. Penempatan pada bank lain terdiri dari giro pada bank umum, tabungan pada bank lain, deposito pada bank lain dan sertifikat deposito pada bank umum. Giro merupakan simpanan BPR pada bank umum yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM kartu debit, sarana perintah pembayaran lain atau dengan cara pemindahbukuan. Tabungan merupakan simpanan BPR pada bank umum dan BPR lain yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro. Deposito merupakan simpanan BPR pada bank umum dan BPR lain yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara BPR dan bank yang bersangkutan. Sertifikat deposito merupakan simpanan BPR pada bank umum dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan. Penyisihan kerugian sebagai pos pengurang dari tabungan dan deposito yang dibuat untuk menutupi kemungkinan kerugian atas tabungan dan kerugian atas deposito. Hal ini sudah sesuai dengn SAK ETAP 2013:5 paragraf 2.12 dimana penempatan pada bank lain dapat memberikan manfaat ekonomi masa depan yaitu kelancaran aktivitas operasional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Kredit yang diberikan Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara BPR dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit disajikan di neraca sebesar pokok kreditbaki debet dikurangi provisi serta ditambah biaya transaksi yang belum diamortisasi. Penyisihan kerugian berasal dari penyisihan yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit. Saldo penyisihan kerugian kredit disajikan sebagai pos pengurang dari kredit. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP 2013: 8 paragraf 2.34 karena memberikan manfaat ekonomi di masa depan dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. 7 Agunan yang diambil alih Agunan yang diambil alih adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui pelanggan maupun di luar pelanggan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan. Agunan yang diambil alih disajikan secara terpisah dari aset lainnya sebesar nilai tercatat atau nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, mana yang lebih rendah. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP paragraf 3.10. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Aset tetap dan inventaris Aset tetap dan inventaris adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan SAK ETAP bab 15. Biaya perolehan dinyatakan dalam aset tetap dan inventaris melalui pertukaran dan penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang bersangkutan. Aset tetap dan inventaris disajikan berdasarkan nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai. Aset tetap dan inventaris disusutkan secara sistematis selama umur manfaatnya. Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan dan penyusutan dihentikan ketika aset tetap dan inventaris dihentikan pengakuannya. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP bab 15 tentang Aset Tetap. 9 Aset tidak berwujud Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Aset tidak berwujud dapat diperoleh secara eksternal melalui perolehan secara terpisah dan pertukaran aset, atau dihasilkan secara internal. Aset tidak berwujud diakui sebesar biaya perolehan. Aset tidak berwujud diamortisasi secara sistematis selama umur manfaatya dan penurunan nilai aset tidak berwujud diakui sebagai kerugian periode terjadinya. Aset tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berwujud disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan rugi penurunan nilai. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP bab 16 karena entitas memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut. 10 Aset lain – lain Aset lain – lain adalah pos – pos aset yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam kelompok pos aset yang ada dan tidak secara material untuk disajikan tersendiri. Aset lain – lain diakui pada saat terjadinya sebesar biaya perolehan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP karena memiliki manfaat di masa mendatang dan biaya dapat dihitung secara andal. b. Kewajiban Kewajiban adalah utang masa kini BPR yang timbul dari peristiwa masa lalu dan penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya milik BPR dan mengandung manfaat ekonomi. Entitas sudah menerapkan pos – pos kewajiban yang umum yang harus dimiliki oleh BPR sesuai dengan ketentuan SAK ETAP. Akan tetapi entitas tidak mengklasifikasikan kewajiban menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang namun disajikan berdasarkan waktu jatuh tempo. Hal ini sudah sesuai dengan peraturan dalam SAK ETAP karena kewajiban dapat disajikan berdasarkan waktu jatuh tempo atau likuiditasnya. 1 Kewajiban segera Kewajiban segera adalah kewajiban yang telah jatuh tempo dan atau yang segera dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar. Kewajiban segera berasal dari aktivitas pendukung kegiatan operasional BPR baik terhadap masyarakat maupun terhadap bank lain. Kewajiban segera disajikan sebesar jumlah yang harus diselesaikan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP Paragraf 2.35. 2 Utang bunga Utang bunga merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung kewajiban BPR yang timbul dari pengakuan biaya bunga dari aktivitas yang terkait dengan fungsi BPR. Utang bunga timbul dari transaksi lainnya, seperti sewa pembiayaan, pinjaman yang diterima, pinjaman subordinasi, modal pinjaman dan lain – lain. Utang bunga diakui sebesar jumlah bunga kontraktual, baik untuk akrual bunga maupun yang telah jatuh tempo. Utang bunga disajikan sebesar jumlah yang harus diselesaikan. 3 Utang pajak Utang pajak adalah kewajiban pajak penghasilan badan yang terutang atas penghasilan BPR. Utang pajak merupakan selisih kurang atas kewajiban pajak penghasilan BPR setelah memperhitungkan angsuran pajak atau pajak dibayar dimuka. Utang pajak diakui sebesar jumlah yang harus disetorkan ke kas Negara dan disajikan sebesar jumlah yang harus diselesaikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Simpanan Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada BPR berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Bentuk simpanan berupa tabungan, deposito, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada BPR yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati, akan tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada BPR yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan BPR yang bersangkutan. Transaksi tabungan diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh penabung dan saldo tabungan disajikan sebesar jumlah kewajiban BPR kepada pemilik tabungan, sedangkan transaksi deposito diakui sebesar nilai nominal yang tercantum dalam bilyet deposito dan deposito disajikan sebesar jumlah nominal atau sebesar kewajiban BPR yang diperjanjikan. Dalam kegiatan pengumpulan dana masyarakat, BPR menjual produk simpanannya kepada nasabah berupa tabungan dan deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal sehingga simpanan mempunyai manfaat ekonomi. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP 2013: 8 paragraf 2.35 terkait dengan pengakuan kewajiban. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Simpanan dari Bank Lain Simpanan dari bank lain adalah kewajiban BPR kepada bank lain, dalam bentuk tabungan dan deposito. Transaksi tabungan diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh bank lain, sedangkan transaksi deposito diakui sebesar nilai nominal yang tercantum dalam bilyet deposito. Hal ini memiliki manfaat bagi entitas dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur secara andal, ini berarti sudah sesuai dengan SAK ETAP 2013: 8 paragraph 2.35 dalam hal pengakuan kewajiban. 6 Pinjaman diterima Pinjaman diterima adalah dana yang diterima dari bank umum dan BPR lain, Bank Indonesia atau pihak lain dengan kewajiban pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman. Pinjaman diterima diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman dikurangi diskonto dan disajikan sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan serta biaya transaksi dan diskonto yang belum diamortisasi. 7 Dana setoran modal – kewajiban Dana setoran modal – kewajiban adalah dana yang telah disetor secara riil ke rekening BPR di bank umum. Dana setoran modal yang diterima diakui sebagai dana setoran modal – kewajiban dan disajikan dalam pos tersendiri sebesar jumlah yang harus diselesaikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Kewajiban imbalan kerja Kewajiban imbalan kerja adalah kewajiban yang timbul dari imbalan kerja. Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan BPR atas jasa yang diberikan oleh pekerja. Kewajiban imbalan kerja terdiri dari jangka pendek dan jangka panjang lainnya. Kewajiban imbalan jangka pendek adalah kewajiban imbalan kerja yang jatuh tempo seluruhnya dalam waktu 12 dua belas bulan setelah akhir periode pekerja memberikan jasanya, sedangkan kewajiban jangka panjang lainnya adalah kewajiban imbalan kerja yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam waktu 12 dua belas bulan setelah pekerja memberikan jasanya. Kewajiban imbalan kerja diakui pada saat pegawai sudah memberikan jasanya kepada BPR dalam suatu periode tertentu. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek disajikan dalam pos kewajiban segera sebesar jumlah yang terutang dan tidak didiskontokan, sedangkan kewajiban imbalan kerja jangka panjang disajikan dalam pos tersendiri sebesar jumlah yang didiskontokan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP Bab 23 tentang Imbalan Kerja. 9 Pinjaman Subordinasi Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang memenuhi syarat adanya pinjaman tertulis antar BPR dan pemberi pinjaman, ada persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia, tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah disetor penuh, minimum berjangka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI waktu 5 lima tahun, dan lain sebagainya. Pinjaman subordinasi disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan dikurangi dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi. Bunga yang telah jatuh tempo namun belum dibayar atas pinjaman subordinasi disajikan dalam pos utang bunga. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP paragraf 2.35. 10 Modal Pinjaman Modal pinjaman adalah pinjaman yang didukung oleh instrument yang memiliki ciri – cirri, seperti tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah dibayar penuh, tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia. Modal pinjaman disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan. 11 Kewajiban lain – lain Kewajiban lain – lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung kewajiban BPR yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos kewajiban yang ada. Termasuk dalam kewajiban lain – lain antara lain dana yang diterima BPR dari pihak ketiga bukan bank dalam rangka penerusan kredit tetapi belum disalurkan kepada nasabah. Kewajiban lain – lain diakui sebesar jumlah yang harus diselesaikan dan disajikan secara gabungan, kecuali nilainya material maka wajib disajikan tersendiri dalam neraca. c. Ekuitas Ekuitas adalah hak residual atas aset BPR setelah dikurangi semua kewajiban. 1 Modal Modal terdiri dari modal disetor, tambahan modal disetor, dan modal sumbangan. Modal disetor adalah modal yang telah efektif diterima bank sebesar nilai nominal saham. Modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal baik berupa dana kas maupun aset non-kas. Tambahan modal disetor, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. Tambahan modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal dari pihak ketiga baik berupa dana kas maupun aset non-kas. Modal sumbangan, yaitu sumbangan yang berasal dari pemilik BPR dalam bentuk dana atau aset lainnya termasuk pengembalian saham pemilik. Modal sumbangan diakui pada saat diterimanya sumbangan berupa kas atau aset non-kas dari pemilik. Penyajian modal dalam neraca dilakukan sesuai dengan ketentuan pada anggaran dasar BPR dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Dana setoran modal – ekuitas Dana setoran modal – ekuitas adalah dana yang telah disetor secara riil ke rekening BPR di bank umum dan diblokir untuk tujuan penambahan modal dan dinyatakan telah memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku. Dana setoran modal – ekuitas merupakan dana setoran modal yang sebelumnya disajikan dalam komponen kewajiban dalam dana setoran modal – kewajiban dan disajikan dalam pos tersendiri setelah pos modal. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP 2013: 71 paragraph 19.2 bahwa entitas memberikan laporan mengenai ekuitas sedmikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas. 3 LabaRugi yang belum direalisasi LabaRugi yang belum direalisasi adalah selisih wajar surat berharga dalam kategori tersedia untuk dijual pada tanggal neraca dengan nilai tercatat. Dasar pengaturan labarugi yang belum direalisasi yaitu SAK ETAP Bab 10 tentang Investasi Pada Efek Tertentu. LabaRugi yang belum direalisasi dari surat berharga dalam kategori tersedia untuk dijual diakui pada tanggal pelaporan. Selisih nilai wajar dengan nilain tercatat labarugi yang belum direalisasi diakui langsung dalam ekuitas dan disajikan sebagai pos terpisah dalam ekuitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Surplus revaluasi aset tetap Surplus revaluasi aset tetap adalah selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dan inventaris sebelum dilakukan revaluasi. BPR dalam melakukan penilaian kembali aset tetap dan inventarisnya, maka selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat sebelum dilakukan revaluasi dicatat pada pos surplus revaluasi aset tetap. Surplus revaluasi aset tetap dicatat sebagai pos tersendiri dalam ekuitas. 5 Saldo laba Saldo laba adalah akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen, koreksi laba rugi periode lalu, dan reklasifikasi surplus revaluasi aset tetap. Pos saldo laba sudah dinyatakan secara terpisah dari pos modal. Saldo laba dikelompokkan menjadi: a Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba neto setelah pajak yang dimaksudkan untuk memperkuat modal. b Cadangan tujuan, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba neto setelah pajak yang tujuan penggunaannya telah ditetapkan. c Saldo laba yang belum ditentukan tujuannya, terdiri dari laba rugi periode lalu yang belum ditetapkan penggunaannya dan laba rugi periode berjalan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan seluruh penghasilan dan beban BPR dalam suatu periode. Penghasilan terdiri dari pendapatan operasional dan pendapatan non-operasional, sedangkan beban terdiri dari beban operasional dan beban non-operasional. Laporan laba rugi entitas mencakup minimal pos – pos yaitu pendapatan, beban penyisihan kerugian, penyusutan, bagian keuangan, bagian labarugi operasional, dan beban pajak dan labarugi neto. Entitas sudah sesuai dengan SAK ETAP karena semua pos pendapatan dan beban sudah diakui dalam laporan laba rugi. a. Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari kegiatan utama BPR. Pendapatan Operasional pada laporan entitas terdiri dari Pendapatan bunga dan Pendapatan operasional lainnya. Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman dana BPR pada aset produktif, dimana pendapatan bunga termasuk provisi dikurangi biaya – biaya yang terkait langsung dalam penyaluran kredit yang ditanggung oleh BPR. PD BPR Bank Sleman dalam pencatatan pada laporan laba rugi, pendapatan bunga berasal dari penjumlahan bunga kontraktual, provisi, dan biaya transaksi. Dari hasil penjumlahan tersebut selanjutnya diselisihkan dengan beban bunga dan menghasilkan pendapatan bunga neto. Jumlah Pendapatan Operasional berasal dari hasil penjumlahan pendapatan bunga neto dengan pendapatan operasional lainnya. Pendapatan operasional lainnya. Pendapatan provisi adalah biaya yang harus dibayar debitur pada saat kredit disetujui dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Biaya Transaksi adalah semua biaya tambahan yang terkait secara langsung dengan pemberian kredit yang ditanggung oleh BPR. Pendapatan operasional lainnya adalah berbagai pendapatan yang timbul dari aktivitas yang mendukung kegiatan operasional BPR. Entitas mengakui pendapatan bunga secara akrual, hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP 2013: 81 paragraf 20.27 a bahwa bunga harus diakui secara akrual. Pendapatan bunga dari penenmpatan pada bank lain, Sertifikat Bank Indonesia, dan amortiasi pendapatan yang ditangguhkan disajikan sebagai bagian dari bunga kontraktual. Pendapatan operasional lainnya diakui pada saat memenuhi persyaratan sebesar jumlah yang menjadi hak BPR. Pendapatan operasional lainnya disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi. b. Beban Operasional Beban Operasional adalah semua beban yang dikeluarkan atas kegiatan yang lazim sebagai usaha BPR. Beban operasional disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi. Beban Operasional dirinci sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Beban bunga Beban bunga adalah beban yang dibayarkan kepada nasabah atau pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana dan penerimaan pinjaman. Beban bunga timbul dari kegiatan pendanaan berupa kegiatan penghimpunan dana dan penerimaan pinjaman dan disajikan ecara terpisah dari pendapatan bunga untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai komposisi dan alasan perubahan nilai neto bunga. 2 Beban penyisihan kerugian Beban penyisihan kerugian entitas terdiri dari beban penyisihan kerugian tabungandeposito, beban penyisihan kerugian kredit, beban kerugian restrukturisasi kredit, dan beban penyusutan. 3 Beban pemasaran Beban pemasaran, terdiri dari pemberian hadiah yang tidak dapat diatribusikan, promosi, dan biaya transaksi atas kredit yang tidak disetujui. 4 Beban administrasi dan umum Beban administrasi dan umum adalah berbagai beban yang timbul untuk mendukung kegiatan operasional BPR. Beban administrasi dan umum terdiri atas beban tenaga kerja gaji, upah, honorarium, dan imbalan kerja, beban pendidikan, beban sewa, penyusutanpenghapusan atas aset tetap dan inventaris serta amortisasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atas aset tidak berwujud, premi asuransi, biaya barangjasa, pajak – pajak tidak termasuk pajak penghasilan. Beban diakui karena adanya penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat dikuru secara andal, hal ini sudah sesuai dengan pengakuan beban dalam SAK ETAP 2013: 8 paragraf 2.37. c. Pendapatan Non-Operasional Pendapatan Non-Operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR. Termasuk dalam pos ini adalah keuntungan yang diperoleh dari penilaian kas dalam valuta asing, serta penjualan aset tetap dan inventaris, dan agunan yang diambil alih. Pendapatan Non-Operasional diakui sebesar jumlah yang menjadi hak BPR dan disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi. Pendapatan Non-Operasional memberikan manfaat ekonomi, hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP dalam hal pengakuan beban paragraf 2.37. d. Beban Non-Operasional Beban Non-Operasional adalah semua beban yang berasal dari kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR. Beban Non- Operasional adalah kerugian yang timbul sebagai akibat penilaian kembali kas dalam valuta asing, dijualhilangnya aset tetap dan inventaris milik BPR, dan dendasanksi karena suatu pelanggaran. Beban Non- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Operasional diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah yang harus diselesaikan dan disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi. Beban Non-Operasional disajikan sebagai pengurang dari Pendapatan Non-Operasional. Beban Non-Operasional mengurangi manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan, hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP 2013: 6 paragraf 2.20 b. e. Beban Pajak Penghasilan Beban Pajak Penghasilan adalah jumlah agregat beban pajak kini yang diperhitungkan dalam perhitungan laba atau rugi pada satu periode. Dalam laporan PD BPR Bank Sleman, pos diberi nama taksiran pajak penghasilan dan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba rugi. Taksiran pajak penghasilan diakui pada saat terjaidnya sebesar jumlah yang harus diselesaikan. Taksiran pajak penghasilan disajikan sebagai pos pengurang laba rugi sebelum pajak penghasilan yang mengasilkan laba rugi neto. Entitas sudah mengakui kewajiban atas pajak penghasilan periode berjalan, hal ini sesuai dengan SAK ETAP 2013: 99 paragraf 24.3. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan nekuitas BPR yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan BPR selama periode pelaporan. Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan laba atau rugi untuk periode pelaporan serta pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Komponen ekuitas pada laporan entitas terdapat perbedaan kebijakan akuntansinya, namun tidak menjadi suatu permasalahan karena dalam SAK ETAP Bab 9 tentang kebijakan dan estimasi akuntansi dan kesalahan memberikan panduan kepada entitas untuk memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan yang menghasilan informasi relevan bagi pemakai dan andal dengan menyajikan laporan keuangan secara jujur. Kebijakan akuntansi adalah prinsip dasar, konvensi, aturan, dan praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya. Laporan perubahan ekuitas BPR antara lain meliputi: penambahan modal saham, pembagian laba pemerintah kabupaten, dana kesejahteraan, pembagian jasa produksi, Coorporate Social Responsibility CSR, dan saldo laba laba ditahan. Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan SAK ETAP Bab 6 dalam hal laporan perubahan ekuitas. Dalam penyajian laporan keuangan PD BPR Bank Sleman tidak disajikan Surplus Revaluasi Aset Tetap, karena disajikan dalam laporan laba rugi. Seharusnya Surplus Revaluasi Aset Tetap menurut SAK ETAP dan SAK BPR disajikan dalam laporan perubahan ekuitas. 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas BPR selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Entitas sudah mengelompokkannya menjadi tiga arus kas yaitu arus kas dari aktivitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI operasi, arus kas dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan. Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung. Dalam metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak dari transaksi non kas, dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Hal ini sesuai dengan SAK ETAP 2013: 24 paragraf 7.7. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan BPR dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi adalah pemberian dan pelunasan kredit, penerimaan dan pembayaran simpanan, penempatan dan penarikan deposito pada bank lain, dan penerimaan dan pembayaran pinjaman yang diterima dari bank umum, BPR dan pihak lain. Aktivitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas Investasi terdiri dari pembelian aset tetap dan inventaris, penjualanpengurangan aset tetap dan inventaris, pembelianpenjualan aset tidak berwujud, dan pembelianpenjualan Sertifikat Bank Indonesia. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman BPR. Arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan diantaranya penerimaanpembayaran pinjaman subordinasi, penerimaan.pembayaran modal, pembagian laba pemerintah kabupaten, pembayaran dan kesejahteraan, pembayaran jasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI produksi, dan Coorporate Social Responsibility CSR. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP Bab 7 dalam hal laporan arus kas. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan BPR. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai gambaran umum BPR, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos – pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya. Urutan penyajian catatan atas laporan keuangan PD BPR Bank Sleman yaitu gambaran umum, kebijakan akuntansi, penjelasan pos – pos neraca, penjelasan pos – pos laba rugi, dan lampiran. Dalam catatan atas laporan keuangan terdapat pernyataan bahwa laporan keuangan disusun secara penuh sesuai dengan SAK ETAP, yang dimaksudkan agar laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja dan arus kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa BPR telah menyusun laporan keuangan dengan menerapkan aturan sesuai dengan SAK ETAP.

E. Kendala – kendala dalam Penerapan SAK ETAP PD BPR Bank Sleman.

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik merupakan suatu peraturan yang digunakan oleh BPR. SAK ETAP BPR disusun dalam rangka mengatur penyusunan laporan keuangan suatu entitas yang disajikan secara sederhana dan mudah dipahami oleh pemakai laporan keuangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, tidak terdapat kendala yang dialami oleh PD BPR Bank Sleman dalam menerapkan SAK ETAP. Hal ini ditunjukan dengan hasil wawancara dengan informan bagian akuntansi: “pada dasarnya tidak ada kendala, karena memang kami menyesuaikan yang berlaku. Kami sudah by sistem, jadi saat ada perubahan aturan, kami komunikasikan ke penyedia sistem kami. Saat ada masalah berarti harus ditelusur pihak bank dengan penyedia sistem. Saat input jurnal, secara otomatis data akan lari ke laporan keuangan, seumpama terjadi masalah ditelusur ke pihak penyedia sistem dahulu.” Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kendala atau hambatan yang signifikan dalam proses penerapan SAK ETAP BPR pada pelaporan keuangan di PD BPR Bank Sleman. Akan tetapi, PD BPR Bank Sleman terkadang mengalami sedikit masalah namun tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap perusahaan, misalnya sistem tidak terkoneksi antar perhitungan, sehingga dalam proses pencatatan laporan keuangan harus dijurnal secara manual untuk balancing. Dari hasil wawancara dan observasi, penulis juga tidak menemukan adanya keterbatasan dari SDM yang menghambat dalam proses penerapan SAK ETAP BPR pada pelaporan keuangan di PD BPR Bank Sleman. SDM harus paham mengenai aturan dalam SAK ETAP, apabila terjadi kesalahan saat menjurnal maka akan dikenakan punishment. Pengendalian yang dilakukan saat SDM salah input data yaitu melakukan analisis terlebih dahulu kesalahan berasal dari mana dan lolos dari pihak mana saja. Pihak tersebut adalah maker, korektor, dan pengawas. Apabila lolos dari pihak – pihak tersebut maka dikenakan punishment dan SDM terkait harus membuat jurnal koreksi dengan mengajukan surat permohonan terlebih dahulu ke direksi untuk kemudian di data daftar kesalahannya per personal yang selanjutnya digunakan sebagai bahan perhitungan HC Human Capital terkait dengan gaji dan bonus. Terlebih penggajian sudah terkoneksi dengan sistem, jadi saat terdapat kesalahan akan muncul di data personal pegawai yang akan mempengaruhi gaji dan bonus yang diterima. Ada punishment ada juga reward. Reward diberikan apabila kinerja karyawan tersebut baik, kesalahan yang dilakukan kecil, tidak pernah terlambat, kemampuan untuk berkomunikasi baik, dan penilaian lain – lainnya. Dari hal tersebut karyawan akan mendapatkan bonus. Bonusnya otomatis persenannya besar. F. Upaya – upaya dalam Mengatasi Kendala yang Terjadi dalam Penerapan SAK ETAP di PD BPR Bank Sleman. Upaya yang dilakukan oleh entitas yaitu secara berkala memberikan pendidikan atau pelatihan atas aturan baru maupun aturan lama terkait dengan pembukuan. Setiap ada peraturan yang diberlakukan oleh PD BPR Bank Sleman akan disosialisasikan ke bagian terkait. Upaya yang dilakukan oleh PD BPR Bank Sleman terkait dengan laporan keuangan yaitu laporan keuangan akan diaudit oleh beberapa entitas, seperti Audit Internal dari SKAI Satuan Kerja Audit Intern, Audit oleh OJK Otoritas Jasa Keuangan, dan Audit oleh KAP Kantor Akuntan Publik. Selain itu, pengendalian yang dilakukan oleh PD BPR Bank Sleman adalah pengendalian melekat, maksud dari pengendalian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melekat adalah pihak maker, korektor, sampai dengan pengawas melakukan prisnip kehati-hatian dari awal membuat jurnal atau sejak keputusan dibuat. Siapa yang tanda tangan dalam laporan tersebut, bertanggung jawab atas apa yang ditanda tanganinnya. Apabila dari pihak maker sudah ketahuan ada kesalahan pencatatan transaksi lebih baik langsung diselesikan. Maka dari itu sebisa mungkin jangan sampai lolos ke pihak korektor dan pengawas. 124

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan dalam pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan secara garis besar bahwa PD BPR Bank Sleman sudah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP. Hal ini dapat dibuktikan: 1. Entitas sudah menyajikan laporan keuangan secara lengkap dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. 2. Terdapat kendala namun tidak signifikan sehingga tidak terlalu berpengaruh dalam penerapan SAK ETAP di PD BPR Bank Sleman dalam proses penyajian laporan keuangannya. 3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang terjadi yaitu dengan memberikan pendidikan atau pelatihan secara berkala atas aturan baru maupun aturan lama terkait dengan penyajian laopran keuangan, dalam hal ini yaitu tentang SAK ETAP BPR bagi pegawai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam melakukan penelitian yaitu: 1. Penulis tidak dapat memperoleh data secara keseluruhan karena ada data yang bersifat rahasia yaitu data terkait Catatan Atas Laporan Keuangan, sehingga penulis sedikit kesulitan untuk mengembangkan analisisnya. 2. Referensi teoritis dan hasil penelitian berkaitan dengan topik yang penulis teliti masih sedikit karena keterbatasan waktu untuk wawancara.

C. Saran

Peneliti memberikan saran: 1. Bagi PD BPR Bank Sleman diharapkan dapat terus mematuhi pearturan dari Bank Indonesia dalam menerapkan SAK ETAP sebagai pedoman laporan keuangan dalam menyajikan laporan keuangan yang transparan. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan SAK ETAP bagi BPR dalam penyajian laporan keuangan untuk meningkatkan keakuratan dan transparasi dalam penyusunan laporan keuangan.

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA ALMAHA GARMENT & EMBROIDERY GRESIK

1 29 14

Rancangan penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) pada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM): studi kasus pada konveksi As- Shaqi Pamulang

1 71 107

PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN : Studi Kasus Pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandung.

0 2 38

Evaluasi penyajian laporan keuangan Credit Union berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) revisi tahun 2013. Studi kasus di Credit Union Barerod Gratia.

0 0 143

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) (STUDI KASUS PADA KOPERASI BATARI SOLO).

0 0 15

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) : IMPLIKASI PENERAPAN PADA PD BPR BANK KLATEN | Purwanti | HASIL PENELITIAN 636 1060 1 SM

0 1 37

PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

0 0 15

PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) CV. ISTANA KOMPUTER PALEMBANG -

1 2 92

Evaluasi penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dalam penyajian laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) : studi kasus pada PT. BPR Wijaya Mulya Santosa Yogyakarta - USD Repository

0 0 120