Evaluasi penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dalam penyajian laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Studi kasus di PD BPR Bank Sleman.

(1)

xiv

ABSTRAK

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

(Studi Kasus di PD BPR Bank Sleman) Brigitta Dyah Karisma

NIM : 122114054 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Laporan keuangan berisi informasi yang menyangkut posisi keuangan dan bertujuan untuk membantu entitas dalam pengambilan keputusan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah laporan keuangan PD BPR Bank Sleman sudah sesuai dengan SAK ETAP.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis deskriptif-komparatif yaitu dengan cara: 1) Memaparkan laporan keuangan PD BPR Bank Sleman tahun 2014, 2) Mengamati, membandingkan, dan menganalisis laporan keuangan PD BPR Bank Sleman dengan SAK ETAP, 3) Menarik kesimpulan tentang penerapan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan di PD BPR Bank Sleman.

Hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa PD BPR Bank Sleman sudah menerapkan SAK ETAP dan kendala dalam menerapkan SAK ETAP tidak signifikan. Hal ini dapat dibuktikan, yaitu: 1) Entitas sudah menyajikan laporan keuangan secara lengkap dan sesuai dengan SAK ETAP yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, 2) Terdapat kendala namun tidak signifikan, 3) Upaya untuk mengatasi kendala dengan memberikan pelatihan secara berkala bagi pegawai.


(2)

xv

ABSTRACT

THE EVALUATION OF SAK ETAP IMPLEMENTATION IN PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENTS IN RURAL BANKS

(BPR)

A Case Study of PD BPR Bank Sleman

Brigitta Dyah Karisma NIM: 122114054 Sanata Dharama University

Yogyakarta 2016

Financial report contains information concerning the financial position and aims to assist entities in decision making. This research aims to determine whether the financial statements of PD BPR Bank Sleman is in accordance with The Indonesian Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities (SAK ETAP).

The type of the research was case study. The steps of gathering were conducting the interview, observation, and documentation. The data analysis technique is descriptive-comparative analysis which are: 1) Explaining the financial statements PD BPR Bank Sleman in 2014, 2) Observing and analyzing the financial statements of PD BPR Bank Slemanwith SAK ETAP, 3) Drawing conclusions on the implementation of SAK ETAP in preparing the financial statements in PD BPR Bank Sleman.

The result of data analysis and discussion shows that PD BPR Bank Sleman had implemented SAK ETAP. It was proven the facts that 1) entities already presented complete financial statements in accordance with SAK ETAP that which werebalance sheet, income statement, statement of changes in equity, cash flow statement, and notes to the financial statements, 2) there wereinsignificant obstacles, 3) regular training for employees were provided to overcome obstacles.


(3)

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

(Studi Kasus di PD BPR Bank Sleman)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Brigitta Dyah Karisma NIM : 122114054

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

(Studi Kasus di PD BPR Bank Sleman)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Brigitta Dyah Karisma NIM : 122114054

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

Skripsi

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTAT{SI KEUANGAN ENTITAS TANIPA AKTJNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

DAI.AM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAIIK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

(Studi Kasus di PD BPR Bank Sleman)

Dosen Pembimbing

Tanggal,3lMei2016

Telah disetujui oleh:

Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA. f'llph'


(6)

Skripsi

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUAIIGAN

ENTITAS TAFIPA AKUI\TABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

(Studi Kasus di PD BPR Bank Sleman)

anda Tangan Ketua

Sekretaris

Anggota I

Anggota2

Anggota

3

Dr. Fr. Ninik

31 Agustus 2016

S.E., M.B.A.

il

Dipersiapkan dan ditulis oleh :


(7)

iv

Motto dan Persembahan

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah

bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan,

bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau

dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

(Yesaya 41:10)

Ku persembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus & Bunda Maria Ayah dan Mama tercinta

Kakakku Hera dan Adikku Argha yang kusayangi Teman-teman yang kukasihi

Terima kasih banyak atas doa, dukungan, motivasi, dan cinta yang sudah diberikan untuk menyelesaikan skripsiku… “Musuh yang paling berbahaya di atas dunia

adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang

teguh.” (Andrew Jackson)


(8)

T]NTVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AI(UNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda langan drbar.r,ah ini. sava menvatakan bahu a Skripsi dengan judul :

EVALUASI

PENERAPAN

STANDAR AKUNTANSI

KEUANGAN

ENTITAS TANIPA AKLINTABTLITAS PUBLIK (SAK ETAP) DALAM PENYAJLAI{ LAPORAN I(EUANGAN BAIYK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) (Studi Kasus di PD BPR Bank Slernan)

Dengan

ini

sava menralakan degan sesungguhnva bahrva skripsi ini

diajulcan untuk diu.ii pada tanggal 16 Juni 2016 adalah hasil kana sara. Sava juga menr,atakan bahrva dalam skripsi

ini

tidak lerdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain rang sa1,a ambil dengan cara menr-alin. atau meniru dalam

bentuk rangkaian kalimat atau simbol \ ang menunjukan gagasan alau pendapat atau pemikiran dari penulis lain I'ang sa1,'a akui seolah

-

olah sebagai tulisan sava sendiri. dan atau tidak lerclapat bagian atau keseluruhan tulisan 1'ang sava salin, sa1'a tiru. atau sal'a ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslin--va.

Bila kemudizur hari terbuLti bahna sala tem-vata melakukan ttndakan tersebut. malia sar"a bersedia menerima sanksi, -vartu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik vang sava peroleh (S.E.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundzuig

-

undangan 1'ang berlaku (UU No 20 Tahun 2(X)3, pasal 25 dan pasal 27).

Yogl'akafia. 31 Agustus 201(,


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETT-IJUAN

PUBLII(A.SI I(ARYA ILMIAH UNTUK KEPENTTNGAN AI(ADEMIS

Yang bertanda tangan di bau,ah ini. sar a mahasisu a Unir ersitas Sanata Dharma.

Nama

: Brigitta D1'ah Karisma

NomorMalrasisua'. 1221140-5.+

Demr pengembangan rlmu pengetahuan. sa1'a memberikan kepada Perpusatai'aan

Unir ersitas Sanata Dharma kan'a ilmiah sava vang beriudul.

ooEvaluasi Penerapan Stantlar Akuntansi Keuangan

Entitas

Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dalam Penyajian Laporan Keuangan Bank Pekreditan Rakyat (BPR): (Studi Kasus di PD BPR Bank Sleman)"

Sava rremberikan kepacla Perpustakaan Uniiersilas Sanata Dharrna hak unluli menr rmpan. dan mengalihkan dalam benluk media lain, iuga mengelolanva dalam bentuk pargkalan data- nTendistribusikannr,a secara terbatas. dan mempublikasikannva di intemet. Sal a lidak akan meminta ro1'alti dalam bentuk

apapun, karena

itu untuk

kepenlingan akademts. Sava hanva berharap dan berpesan agar narna sa)

a

tetap tercantum dalam skripsi

ini

ketika sudah disebarluaskan bagi pembaca.

Demrkian pemr.ataan inr vang saya buat dengan sebenarnva.

Yogr akarla- 3l Agustus 2016

Brigilta D1'ah Karisma NIM: 122114(\51


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Univesritas Sanata Dharma.

Dalam menyelsaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri penulis.

2. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Pembimbing Skripsi uang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membimbing dan memberikan motivasi serta dukungan dalam menyelesaikan studi.

5. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M,Si., Akt., CA., selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan dalam menulis skripsi.


(11)

viii

6. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA., selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dalam menulis skripsi.

7. Muhammad Sigit, SE., M.Si., selaku Direktur Utama PD BPR Bank

Sleman yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama belajar di Universitas Sanata Dharma. 9. Kedua Orang tuaku Bapak Antonius Bambang Hermanto dan Ibu Theresia

Ari Purwangingsih, kakakku Rosalia Hera Purwarasari, adikku Eugenius Argha Wiratama, dan simbah putri Ignatia Sarini Hadi Sudaryo yang selalu memberikan dukungan, doa dan motivasi serta setia mendengar keluhanku selama menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk sahabatku Ade Yuniati, Margareta Desi, terima kasih atas doa, dukungan, semangat dan bantuan serta mau mendengarkan keluh kesahku selama ini.

11. Untuk kekasihku Martinus Arinnanto, terima kasih atas doa, dukungan, dan semnagatnya.

12. Untuk mbak Tya yang telah bersedia untuk membantu saat penulis melakukan penelitian di PD BPR Bank Sleman.

13. Untuk teman-teman seperjuangan MPAT kelas H dan teman-teman akuntansi angkatan 2012 terutama kelas B.

14. Teman-teman kos amelia, Vani, Dikta, Klara, Kristin, Milu. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(12)

Walaupun skripsi ini jauh dari sempurna dan terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis- penuiis berharap semoga sirripsi rni dapat bermanfaat bagr PD BPR Bank Sleman pada khususnya dan bagi pihak vang berkepentingan

dalam hal

ini

pada umunrnr a. Semoga Tuhan Yesus senantiasa melimpahkan

berkat, anugerah- dan cinta kasih karunia kepada semua pihak vang lelah ambil

bagian dan membantu penulis. Atmn.

Yogvakarta,

Brigitta

3l Agustus 2016

I"l

^JMI

L-,',1" " I

Dvah Karisma


(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Bank Perkreditan Rakyat ... 8

B. Standar Akuntansi Keuangan ... 8

C. Laporan Keuangan ... 10

D. Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) ... 11

E. Laporan Keuangan SAK ETAP ... 14

F. Proses (Siklus) Akuntansi ... 36

G. Penelitian Terdahulu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu ... 39

C. Subyek Penelitian ... 39


(14)

xi

E. Data yang Diperlukan ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 50

A. Sejarah PD BPR Bank Sleman ... 50

B. Visi dan Misi PD BPR Bank Sleman ... 51

C. Struktur Organisasi PD BPR Bank Sleman ... 53

D. Sumber Dana PD BPR Bank Sleman ... 64

E. Produk – produk PD BPR Bank Sleman ... 65

F. Prestasi PD BPR Bank Sleman ... 71

G. Fasilitas PD BPR Bank Sleman ... 72

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Gambaran Singkat Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman ... 74

B. Proses Pembukuan Akuntansi di PD BPR Bank Sleman ... 81

C. Perbandingan Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman dengan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP ... 82

D. Analisis Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman dengan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP ... 98

E. Kendala – kendala dalam Penerapan SAK ETAP PD BPR Bank Sleman ... 120

F. Upaya – upaya dalam Mengatasi Kendala yang Terjadi dalam Penerapan SAK ETAP di PD BPR Bank Sleman ... 122

BAB VI PENUTUP ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Keterbatasan Penelitian ... 125

C. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 126

LAMPIRAN ... 128

A. Panduan Wawancara ... 129

B. Neraca ... 130

C. Laporan Laba Rugi ... 132

D. Laporan Perubahan Ekuitas ... 133

E. Laporan Arus Kas ... 134

F. Komitmen dan Kontijensi ... 135


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Neraca Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013 ... 22 Tabel 2.2 Ruang Lingkup Laba Rugi Menurut Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013... 26 Tabel 2.3 Ruang Lingkup Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013 ... 29 Tabel 2.4 Ruang Lingkup Laporan Arus Kas Menurut Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013... 31 Tabel 2.5 Ruang Lingkup Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013 ... 35 Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu ... 37 Tabel 3.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR

dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman ... 42 Tabel 5.1 Perbandingan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses (Siklus) Akuntansi ... 36 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PD BPR Bank Sleman ... 54


(17)

xiv

ABSTRAK

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

(Studi Kasus di PD BPR Bank Sleman) Brigitta Dyah Karisma

NIM : 122114054 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Laporan keuangan berisi informasi yang menyangkut posisi keuangan dan bertujuan untuk membantu entitas dalam pengambilan keputusan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah laporan keuangan PD BPR Bank Sleman sudah sesuai dengan SAK ETAP.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis deskriptif-komparatif yaitu dengan cara: 1) Memaparkan laporan keuangan PD BPR Bank Sleman tahun 2014, 2) Mengamati, membandingkan, dan menganalisis laporan keuangan PD BPR Bank Sleman dengan SAK ETAP, 3) Menarik kesimpulan tentang penerapan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan di PD BPR Bank Sleman.

Hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa PD BPR Bank Sleman sudah menerapkan SAK ETAP dan kendala dalam menerapkan SAK ETAP tidak signifikan. Hal ini dapat dibuktikan, yaitu: 1) Entitas sudah menyajikan laporan keuangan secara lengkap dan sesuai dengan SAK ETAP yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, 2) Terdapat kendala namun tidak signifikan, 3) Upaya untuk mengatasi kendala dengan memberikan pelatihan secara berkala bagi pegawai.


(18)

xv

ABSTRACT

THE EVALUATION OF SAK ETAP IMPLEMENTATION IN PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENTS IN RURAL BANKS

(BPR)

A Case Study of PD BPR Bank Sleman

Brigitta Dyah Karisma NIM: 122114054 Sanata Dharama University

Yogyakarta 2016

Financial report contains information concerning the financial position and aims to assist entities in decision making. This research aims to determine whether the financial statements of PD BPR Bank Sleman is in accordance with The Indonesian Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities (SAK ETAP).

The type of the research was case study. The steps of gathering were conducting the interview, observation, and documentation. The data analysis technique is descriptive-comparative analysis which are: 1) Explaining the financial statements PD BPR Bank Sleman in 2014, 2) Observing and analyzing the financial statements of PD BPR Bank Slemanwith SAK ETAP, 3) Drawing conclusions on the implementation of SAK ETAP in preparing the financial statements in PD BPR Bank Sleman.

The result of data analysis and discussion shows that PD BPR Bank Sleman had implemented SAK ETAP. It was proven the facts that 1) entities already presented complete financial statements in accordance with SAK ETAP that which werebalance sheet, income statement, statement of changes in equity, cash flow statement, and notes to the financial statements, 2) there wereinsignificant obstacles, 3) regular training for employees were provided to overcome obstacles.


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) merupakan standar akuntansi yang dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal contohnya pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditor dan lembaga pemeringkat kredit (IAI: 2013).

Entitas dikatakan memiliki akuntabilitas publik signifikan jika entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP (IAI: 2013).


(20)

SAK ETAP diterbitkan karena Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menilai bahwa penyusunan laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berbasis IFRS (International Financial Reporting Standards) dinilai terlalu rumit dan akan menyulitkan pengusaha berskala kecil dan menengah, mengingat jenis usaha di Indonesia sebagian besar berskala kecil dan menengah. SAK ETAP disusun dengan mengadopsi IFRS for SME (Small Medium Enterprises) dengan modifikasi sesuai kondisi di Indonesia dan dibuat lebih ringkas.

Entitas yang memiliki tanggung jawab publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP apabila diijinkan oleh regulator, contohnya Bank Perkreditan Rakyat yang telah mendapatkan ijin dari Bank Indonesia menggunakan SAK ETAP sejak 1 Januari 2010 sesuai dengan SE No. 11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009 (Bank Indonesia: 2010). Peraturan Bank Indonesia tersebut ditujukan dalam rangka peningkatan transparasi keuangan BPR dan penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang relevan bagi BPR.

Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR selama ini adalah PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan (PSAK 31) yang berlaku bagi seluruh perbankan. Dengan diberlakukannya PSAK 50 Instrumen Keuangan, Penyajian dan Pengungkapan (PSAK 50) dan PSAK 55 Instrumen Keuangan, Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 55), yang menggantikan PSAK 31, maka standar


(21)

akuntansi bagi perbankan mengacu pada PSAK yang berlaku. Penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 bagi BPR dipandang tidak sesuai dengan karakteristik operasional BPR dan memerlukan biaya yang besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh, maka BPR memerlukan standar akuntansi keuangan yang sesuai (Bank Indonesia: 2009).

Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) selain mengeluarkan PSAK 50 dan PSAK 55 juga menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). DSAK-IAI dalam SAK ETAP menyatakan bahwa SAK ETAP dapat diberlakukan bagi entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, sepanjang otoritas berwenang mengatur penggunaan SAK ETAP yang dimaksud. Berdasarkan hal tersebut, standar akuntansi keuangan bagi BPR menggunakan SAK ETAP.

Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dimana lokasinya berada dekat dengan masyarakat yang membutuhkan. Bank Perkreditan Rakyat merupakan lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

Sebagai badan usaha yang mengelola dana masyarakat, BPR memiliki tanggung jawab kepada publik dan dituntut untuk menyajikan laporan keuangan berkualitas, yang merupakan salah satu sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan serta sebagai bentuk


(22)

pertanggungjawaban manajemen atas aktivitas yang telah dilakukannya dalam kurun waktu tertentu. Laporan keuangan yang berkualitas dapat memberikan informasi yang akurat dan komprehensif bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan mencerminkan kinerja BPR secara utuh. Untuk mencapai tujuan tersebut standar dan pedoman akuntansi yang berlaku perlu terus disempurnakan sejalan dengan perkembangan transaksi dan produk keuangan dewasa ini serta harmonisasi dengan standar akuntansi internasional. Namun demikian, dengan kegiatan yang terbatas dan sederhana, dipandang tidak memadai dari sisi biaya dan manfaat bagi BPR jika menggunakan standar akuntansi keuangan umum yang digunakan bagi ban umum (Tim Pedoman Bank Perkreditan Rakyat: 2010).

Penggunaan SAK ETAP ini sifatnya wajib dalam rangka akuntabilitas laporan keuangan BPR. Diharapkan dengan menerapkan SAK ETAP, Bank Perkreditan Rakyat dapat menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit untuk mendapatkan opini audit. Informasi keuangan yang sederhana tetapi memberikan informasi yang andal. Standar akuntansi keuangan ini lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK-IFRS, sehingga lebih mudah dalam implementasinya. Dengan telah diberlakukannya SAK ETAP di BPR masih terdapat kekhawatiran terkait dengan penerapan dalam penyajian laporan keuangan karena adanya pengaruh dari regulator lain yang ikut berperan dalam penyajian laporan keuangan.


(23)

Dengan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dalam Penyajian Laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (Studi Kasus di PD BPR Bank Sleman).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penyajian laporan keuangan PD BPR Bank Sleman sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BPR?

2. Apakah terdapat kendala – kendala dalam penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) terkait dengan penyajian laporan keuangan di PD BPR Bank Sleman?

3. Adakah upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala – kendala yang terjadi dalam penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) terkait dengan penyajian laporan keuangan di PD BPR Bank Sleman?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan PD BPR Bank Sleman sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).

2. Untuk mengetahui apakah terdapat kendala – kendala yang dihadapi dalam penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) terkait dengan penyajian laporan keuangan di PD BPR Bank Sleman.


(24)

3. Untuk mengetahui apakah upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala – kendala yang terjadi dalam penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) terkait dengan penyajian laporan keuangan di PD BPR Bank Sleman.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Bank Perkreditan Rakyat

Untuk memberikan masukan dan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).

2. Bagi Universitas

Diharapkan dapat menambah koleksi perpustakaan dan dapat membantu pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Bagi Pembaca

Memberi manfaat sebagai tambahan materi dan pengetahuan khususnya dalam bidang akuntansi tentang penerapan standar akuntansi yang dalam penelitian ini adalah SAK ETAP ke dalam laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat.

4. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang Bank Perkreditan Rakyat khususnya penerapan SAK ETAP.


(25)

E. Sistematika Penulisan BAB I. Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori - teori dari pustaka yang dapat dijadikan dasar pengolahan data.

BAB III. Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV. Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi tentang sejarah PD BPR Bank Sleman, visi dan misi PD BPR Bank Sleman, struktur organisasi PD BPR Bank Sleman, sumber dana, produk, prestasi, dan fasilitas PD BPR Bank Sleman. BAB V. Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi deskripsi dan analisis data, serta perbandingan laporan keuangan PD BPR Bank Sleman.

BAB VI. Penutup


(26)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu pendukung perkembangan perekonomian Indonesia, terutama untuk kegiatan usaha mikro, kecil, menengah serta sektor informal. Peran BPR dalam pemberian kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatan, dan pemerataan kesempatan berusaha di Indonesia (Tim Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat; 2010).

Menurut Purnamawati (2010; 15), Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama diantara ketiganya.

B. Standar Akuntansi Keuangan

Menurut Martani (2012: 15), standar akuntansi keuangan berfungsi memberikan acuan dan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan antar entitas menjadi lebih seragam. Manajemen lebih mudah menyusun laporan keuangan karena pedoman memberikan ketentuan cara penyusunan tersebut. Standar akuntansi keuangan berisikan penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi terdiri atas kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan dan peenyataan standar akuntansi. Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen laporan, karakteristik


(27)

kualitatif, dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan. Sedangkan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan berisikan pedoman untuk penyusunan laporan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen tertentu dalam laporan keuangan. Standar akuntansi keuangan digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas yang terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan dana masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pensiun.

Menurut Hery (2014: 1), standar akuntansi keuangan mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang telah disusun dan disahkan oleh sebuah lembaga resmi (badan pembentuk standar) pada saat tertentu. Standar ini merupakan konsensus pada saat itu tentang cara pencatatan sumber – sumber ekonomi, kewajiban, modal, pendapatan, biaya, dan pelapoannya dalam bentuk laporan keuangan. Dalam standar ini dijelaskan transaksi apa yang harus dicatat, bagaimana mencatatnya, dan bagaimana mengungkapkannya dalam laporan keuangan yang akan disajikan.

Standar akuntansi keuangan menjadi masalah penting dalam dunia profesi akuntansi, termasuk bagi para pemakai laporan keuangan. Mekanisme pembentukan standar akuntansi haruslah diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Stanar akuntansi akan secara terus menerus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman, dunia usaha, dan kemajuan teknologi.


(28)

C. Laporan Keuangan

Menurut IAI (2013: 120), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas. Menurut Harahap (2007: 1), laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika informasi disajikan dengan benar, informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan.

Menurut IAI (2013: 12) paragraf 3.12, laporan keuangan entitas meliputi: 1. Neraca;

2. Laporan laba rugi;

3. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan: a. Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau

b. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;

4. Laporan arus kas;

5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.

Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan merupakan komponen dari laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan dari informasi lain dalam laporan tersebut.


(29)

Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang terdapat dalam suatu laporan keuangan. Menurut Wild (2005: 3), analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data - data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Untuk menganalisis laporan keuangan diperlukan penguasaan terhadap cara penyusunan laporan keuangan, konsep, sifat, karakteristik laporan keuangan, teknik analisisnya, segmen, dan sifat bisnis itu sendiri, serta situasi lingkungan ekonomi baik internasional maupun nasional.

D. Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) 1. Latar Belakang terbentuknya SAK ETAP

Adanya perubahan lingkungan global seperti perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menuntut adanya transparansi di berbagai bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan hal penting dalam mewujudkan transparansi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat dikatakan sebagai cerminan yang baik, di mana mampu memberikan gambaran mengenai kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan.


(30)

Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Menurut SAK IAI (2013: 115) paragraf 30.1, SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2010.

Dalam beberapa hal SAK ETAP memberi banyak kemudahan bagi perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik siginfikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah kreditur dan lembaga pemeringkat kredit.

Menurut IAI (2013: 113) paragraf 29.6, entitas yang sebelumnya menggunakan SAK non-ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas dapat menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun laporan keuangan.

2. Ruang Lingkup SAK ETAP

Menurut IAI (2013: 1) paragraf 1.1, ruang lingkup dalam SAK ETAP menyatakan bahwa: Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa


(31)

Akuntabilitas Publik dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah yang:

a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose)

bagi pengguna eksternal.

Ruang lingkup SAK ETAP mengatur bahwa entitas yang dapat menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan jika bukan entitas yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.

Menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 9 (2013; 29) paragraf 9.4 tentang kebijakan dan estimasi akuntansi dan kesalahan dinyatakan bahwa jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi, kejadian atau keadaan lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP. Namun, entitas tidak perlu mengikuti persyaratan dalam SAK ETAP jika dampaknya tidak material. Berdasarkan SAK ETAP Bab 9 (2013: 29) paragraf 9.6 menyatakan bahwa dalam membuat pertimbangan seperti dijelaskan di paragraf 9.4, manajemen juga mempertimbangkan persyaratan dan panduan dalam PSAK non-ETAP yang berhubungan dengan isu serupa dan terkait di paragraf 9.4, maka manjemen dapat mempertimbangkan pengaturan terkini dari badan


(32)

penyusun standar lain yang menggunakan kerangka dasar yang serupa untuk mengembangkan standar akuntansi.

E. Laporan Keuangan SAK ETAP 1. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut IAI (2013: 3) paragraf 2.1, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

a. Asset b. Liabilitas c. Ekuitas

2. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.


(33)

3. Karakteristik Kualitatif Informasi dalam Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi penggunanya. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan diantaranya, yaitu

a. Dapat Dipahami

Menurut IAI (2013: 3) paragraf 2.2, kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan informasi yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

b. Relevan

Menurut IAI (2013: 3) paragraf 2.3, agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.


(34)

c. Materialitas

Menurut IAI (2013: 3) paragraf 2.4, informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK ETAP agar tercapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas suatu entitas.

d. Keandalan

Menurut IAI (2013: 3) paragraf 2.5, agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu.

e. Substansi Mengungguli Bentuk

Menurut IAI (2013: 4) paragraf 2.6, transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi


(35)

dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.

f. Pertimbangan Sehat

Menurut IAI (2013: 4) paragraf 2.7, ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan sehat tidak mengizinkan bias.

g. Kelengkapan

Menurut IAI (2013: 4) paragraf 2.8, agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan, mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.


(36)

h. Dapat Dibandingkan

Menurut IAI (2013: 4) paragraf 2.9, pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk suatu entitas, antarperiode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut.

i. Tepat Waktu

Menurut IAI (2013: 4) paragraf 2.10, agar relevan, dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan secara relatif antara pelaporan tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, maka pertimbangan utama adalah bagaimana


(37)

yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi.

j. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Menurut IAI (2013: 5) paragraf 2.11, manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat. Dalam evalusi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.

4. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam SAK ETAP tidak memadai bagi pemakai untuk memahami pengaruh dari transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain atas posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement)

atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha. Dalam membuat penilaian kelangsungan usaha, jika manajemen menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan


(38)

peristiwa atau kondisi yang mengakibatkan keraguan signifikan terhadap kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha, maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut.

Menurut IAI (2013: 12) paragraf 3.6, penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan harus konsisten, kecuali:

a. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian yang bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi.

b. SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian

Perihal informasi komparatif, menurut IAI (2013: 12) paragraf 3.9 menyatakan bahwa informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan). Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis. Menurut IAI (2013: 12) paragraf 3.12, laporan keuangan entitas meliputi:

1) Neraca;

2) Laporan laba rugi;

3) Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan: a) Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau


(39)

b) Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;

4) Laporan arus kas; dan

5) Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.

Menurut IAI (2013: 13) paragraf 3.16 mengenai identifikasi laporan keuangan, menyatakan bahwa entitas harus mengidentifikasi secara jelas setiap komponen laporan keuangan termasuk catatan atas laporan arus kas. Jika laporan keuangan termasuk komponen dari laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan dari informasi lain dalam laporan tersebut. Disamping itu, informasi berikut ini disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap halaman laporan keuangan:

1) Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan periode terakhir;

2) Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap komponen laporan keuangan;

3) Mata uang pelaporan;

4) Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.


(40)

5. Neraca

Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada tanggal tertentu pada akhir periode pelaporan. SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan. Berikut adalah ruang lingkup neraca menurut IAI dalam SAK ETAP (2013):

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Neraca Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013.

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

1. Neraca Paragraf 4.2 Neraca neraca minimal mencakup

pos-pos sebagai berikut: a. Kas dan setara kas;

b. Piutang usaha dan piutang lainnya;

c. Persediaan; d. Properti investasi; e. Aset tetap;

f. Aset tidak berwujud;

g. Utang usaha dan utang lainnya; h. Aset dan kewajiban pajak; i. Kewajiban diestimasi; j. Ekuitas.

2. Klasifikasi aset dan kewajiban

Paragraf 4.5 Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan lebih relevan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka semua aset dan kewajiban harus disajikan berdasarkan likuiditasnya.


(41)

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Neraca Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013.

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

3. Aset Paragraf 2.12 Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.

Paragraf 2.34 Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.

Paragraf 4.6 Klasifikasi aset sebagai aset lancar jika:

a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas; b. Dimiliki untuk diperdagangkan; c. Diharapkan akan direalisasi

dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau

d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

Sumber: Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik , 2013. .


(42)

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Neraca Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013. (Lanjutan)

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

Aset Paragraf 4.7 Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai tidak lancar. Jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan 12 bulan.

4. Kewajban Paragraf 2.12 (b)

Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Paragraf 2.17 Karakteristik esensial dari kewajiban

(liability) adalah bahwa entitas mempunyai kewajiban (obligation)

masa kini untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan entitas ketika:

a. Oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau pernyataan kini yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu; dan

b. Akibatnya, entitas telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak lain bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.


(43)

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Neraca Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013. (Lanjutan)

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

Kewajiban Paragraf 4.8 Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek jika:

a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas;

b. Dimiliki untuk diperdagangkan c. Kewajiban akan diselesaikan

dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau

d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

5. Ekuitas Paragraf 19.2

Ekuitas sebagai badan hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. Paragraf

19.7

Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan keuangan yang relevan.

Paragraf 19.35

Pengungkapan bagian lain Ekuitas (seperti saldo laba, agio, dan cadangan) harus dilakukan secara terpisah, meliputi:

a. Perubahan selama periode pelaporan;

b. Batasan distribusi.


(44)

6. Laporan Laba Rugi

Penyajian laporan laba rugi untuk suatu periode yang merupakan kinerja keuangan selama periode tersebut menjadi persyaratan bagi sebuah entitas. Laporan laba rugi menyajikan penghasilan dan beban entitas untuk suatu periode. Berikut adalah ruang lingkup laporan laba rugi menurut IAI dalam SAK ETAP (2013):

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Laba Rugi Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013.

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

1. Laporan Laba Rugi

Paragraf 5.2 Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK ETAP mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan.

Paragraf 5.3 Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:

a. Pendapatan; b. Beban keuangan;

c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;

d. Beban pajak; e. Laba atau rugi neto.

Paragraf 5.4 Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas.


(45)

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Laba Rugi Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013. (Lanjutan)

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

Laporan Laba Rugi

Paragraf 5.5 Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai pos luar biasa, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsi beban dalam entitas, mana yang memberikan informasi yang lebih andal dan relevan.

Paragraf 2.20 (a)

Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Paragraf 2.36 Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.

Paragraf 2.37 Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Sumber: Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik , 2013.


(46)

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Laba Rugi Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013. (Lanjutan)

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

Laporan Laba Rugi

Paragraf 20.3 Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume.

Paragraf 20.26 Entitas harus mengakui pendapatan yang muncul dari penggunaan aset oleh entitas yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen atas dasar yang ditetapkan dalam paragraf 20.27 ketika:

a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas; dan

b. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal.

Paragraf 20.27 Entitas harus mengakui pendapatan atas dasar berikut:

a. Bunga harus diakui secara akrual; b. Royalti harus diakui dengan

menggunakan dasar akrual sesuai dengan substansi dari perjanjian yang relevan; dan

c. Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran telah terjadi.


(47)

7. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas mengatur persyaratan untuk penyajian dalam ekuitas entitas selama suatu periode, baik dalam laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba (jika memenuhi kondisi tertentu). Berikut adalah ruang lingkup laporan perubahan ekuitas menurut IAI dalam SAK ETAP (2013):

Tabel 2.3 Ruang Lingkup Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013.

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

1. Laporan Perubahan Ekuitas

Paragraf 6.2 Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan jumlah investasi oleh, dan deviden dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama periode tersebut.

Paragraf 6.3 Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

a. Laba atau rugi untuk periode; b. Pendapatan dan beban yang

diakui langsung dalam ekuitas; c. Untuk setiap komponen ekuitas,

pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui;


(48)

Tabel 2.3 Ruang Lingkup Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013. (Lanjutan)

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

Laporan Perubahan Ekuitas

Paragraf 6.3 d. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari: 1) Laba atau rugi;

2) Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; 3) Jumlah investasi, dividen dan

distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.

Paragraf 6.4 Laporan laba rugi dan saldo laba menyajikan laba atau rugi entitas dan perubahan saldo laba suatu periode pelaporan.

Paragraf 6.5 Entitas menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba pos-pos berikut sebagai tambahan atas informasi laporan laba rugi diatas:

a. Saldo laba pada awal periode pelaporan;

b. Dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutang selama periode;

c. Penyajian kembali saldo laba setelah koreksi kesalahan periode lalu;

d. Penyajian kembali saldo laba setelah perubahan kebijakan akuntansi; dan

e. Saldo laba pada akhir periode pelaporan


(49)

8. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. Berikut adalah ruang lingkup laporan arus kas menurut IAI dalam SAK ETAP (2013):

Tabel 2.4 Ruang Lingkup Laporan Arus Kas Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013.

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

1. Laporan Arus Kas

Paragraf 7.3 Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.

Paragraf 7.4 Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Arus kas pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi pendapatan laba atau rugi. Berikut contoh arus kas dari aktivitas operasi:

a. Penerimaan kas dari penualan barang dan jasa;

b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain; c. Pembayaran kas kepada pemasok

barang dan jasa;


(50)

Tabel 2.4 Ruang Lingkup Laporan Arus Kas Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013. (Lanjutan)

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

Laporan Arus Kas

Paragraf 7.4 d. Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan;

e. Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; f. Penerimaan dan pembayaran kas

dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimkasudkan untuk dijual kembali.

Paragraf 7.5 Arus kas dari aktivitas investasi mencerimnkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Berikut contoh arus kas dari aktivitas investasi, yaitu:

a. Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya;

b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya; c. Pembayaran kas untuk perolehan

efek ekuitas atau efek utang entitas lain dan bunga dalam joint venture.

d. Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari entitas lain dan bunga dari joint venture;


(51)

Tabel 2.4 Ruang Lingkup Laporan Arus Kas Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013. (Lanjutan)

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

Laporan Arus Kas

Paragraf 7.5 e. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.

f. Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain. Paragraf 7.6 Berikut contoh arus kas yang berasal

dari aktivitas pendanaan, yaitu: a. Penerimaan kas dari penerbitan

saham atau efek ekuitas lain; b. Pembayaran kas kepada para

pemegang saham untuk menarik atau menebus saham entitas; c. Penerimaan kas dari penerbitan

pinjaman, wesel, dan pinjaman jangka pendek atau jangka panjang lainnya;

d. Pelunasan pinjaman;

e. Pembayaran kas oleh lessee

untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.

Paragraf 7.7 Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung. Dalam metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak dari transaksi non kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Sumber: Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik , 2013.


(52)

Tabel 2.4 Ruang Lingkup Laporan Arus Kas Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013. (Lanjutan)

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

Laporan Arus Kas

Paragraf 7.8 Dalam metode tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi dari dampak:

a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan;

b. Pos non kas seperti penyusutan, penyisihan, dan keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi; dan

c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas invesatsi atau pendanaan.

Paragraf 7.9 Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan. Jumlah agregat arus kas yang berasal dari akuisisi dan pelepasan entitas anak atau unit usaha lain disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi.

Sumber: Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik , 2013. 9. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos – pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Berikut adalah ruang lingkup catatan atas laporan keuangan menurut IAI dalam SAK ETAP (2013):


(53)

Tabel 2.5 Ruang Lingkup Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Tahun 2013.

No. Kriteria Paragraf SAK ETAP

1. Catatan Atas Laporan Keuangan

Paragraf 8.1 Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Paragraf 8.2 Catatan atas laporan keuangan harus:

a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu.

b. Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan.

c. Membertikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.


(54)

F. Proses (Siklus) Akuntansi

Menurut Harahap (2007: 64-65), proses akuntansi adalah proses pengolahan data. Dalam proses pengolahan data menggunakan arus, siklus atau proses akuntansi yang dimulai dari transaksi, pencatatan, pengklasifikasian, pengikhitasaran, sampai pada tahap pelaporan. Siklus akuntansi atau disebut juga proses akuntansi digambarkan sebagai berikut:

Reversing entries

Penutupan Pencatatan Penyesuaian

Pengikhtisaran

Gambar 2.1 Proses (Siklus) Akuntansi

Sumber: Sofyan Syafri Harahap Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan,

(2007: 65) Lap. Keuangan

Bukti Transaksi

Neraca Lajur

Neraca Percobaan Saldo

Jurnal Buku Besar


(55)

G. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk memperoleh gambaran dalam menyusunkerangka berpikir penelitian. Selain itu, penelitian terdahulu ini digunakan untuk mengetahui persamaan serta perbedaan dari penelitian yang ada serta kajian yang dapat mengembangkan penelitian yang akan dilakukan.

Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu: Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/Tahun Judul Metode Hasil

1. Arma Yuliza dan Sri Yunawati/2015 Analisis Pemahaman Terhadap Penerapan SAK-ETAP pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Pasir Pengaraian.

Deskriptif Kuantitatif

Sudah menerapkan SAK ETAP sejak tahun 2010 dan telah memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap penerapan SAK ETAP.

2. Dayana Angriani Sitindaon/2012

Evaluasi Penerapan SAK ETAP Dalam Penyajian Laporan Keuangan BPR, studi kasus di PT. BPR Wijaya Mulya Santosa Yogyakarta.

Deskriptif PT. BPR Wijaya Mulya Santosa sudah

menerapkan SAK ETAP dimana entitas sudah membuat laporan keuangan secara lengkap dan entitas mengungkapkan bahwa laporan keuangan berpedoman pada SAK ETAP.

3. Priscilia Christina Sumendap, David P. E. Saerang, dan Novi S. Budiarso/2015

Evaluasi Penerapan ‘SAK ETAP’ Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia. Deksriptif Komparatif Perusahaan telah menerapkan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku, namun masih terjadi inkonsistensi dan belum mematuhi SAK

ETAP secara penuh dalam penyajian laporan keuangan.


(56)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No. Peneliti/Tahun Judul Metode Hasil

4. Dinna Yolanda/2015

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada PT. BPR Indra Candra.

Deskriptif Komparatif

Selama ini perusahaan menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar dari PSAK Umum dan belum menerapkan SAK ETAP yang menjadi standar penyusunan laporan keuangan bagi BPR.

5. Siti Anisah/ 2012

Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan ENtitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BPR di PD BPR BKK Mojolaban.

Deksriptif Kualitatif

PD BPR BKK

Mojolaban sudah menerapkan SAK ETAP pada pelaporan keuangannya , tetapi masih belum lengkap. Masih ada pos yang penyajiannya belum sesuai dengan ketentuan yaitu pos modal yang terdapat di neraca.


(57)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah studi kasus, di mana penelitian hanya dilakukan pada objek tertentu yaitu terhadap data perusahaan. Selanjutnya dari data yang dianalisis ditarik kesimpulan dan kesimpulan yang diambil sebatas pada objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PD BPR Bank Sleman yang beralamatkan di Jalan Magelang Km 10 Tridadi, Sleman.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2016. C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah bagian yang berhubungan dengan laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat. Peneliti melakukan wawancara dengan bagian akuntansi.


(58)

D. Obyek Penelitian

Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun obyek penelitian yang penulis teliti adalah Laporan Keuangan Tahunan PD BPR Bank Sleman tahun 2014.

E. Data yang Diperlukan

1. Gambaran Umum PD BPR Bank Sleman.

2. Struktur Organisasi PD BPR Bank Sleman dan Job Description masing-masing divisi.

3. Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman tahun 2014. F. Teknik Pengumpulan Data

Riset Lapangan (Field Research)

1. Wawancara langsung dengan para karyawan perusahaan yang berhubungan langsung dengan pencatatan keuangan perusahaan.

2. Observasi

Mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti.

3. Dokumentasi


(59)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode: 1. Deskriptif - Komparatif

Metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan teori-teori dengan praktik yang terjadi di dalam perusahaan, kemudian mengambil kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis, yaitu:

a. Memaparkan penyajian laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat tahun 2014 yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

b. Mengamati, membandingkan, dan menganalisis penyajian laporan keuangan PD BPR Bank Sleman menurut SAK ETAP untuk melihat kesesuaian. Penyajian laporan keuangan perusahaan dianalisis dan dideskripsikan, kemudian dibandingkan dengan SAK ETAP. Dalam menganalisis laporan keuangan penulis membuat tabel perbandingan yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan mengacu pada Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat yang disusun oleh Tim Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat Bank Indonesia tahun 2010 di mana dasar pengaturannya sesuai dengan SAK ETAP. Pedoman ini diterbitkan atas kerjasama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).


(60)

keuangan PD BPR Bank Sleman:

Tabel 3.1 Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan menurut SAK ETAP dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PD BPR Bank Sleman.

No. Item yang

Diperbandingkan

SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil

Penelitian Ket

A. Neraca

1 Dasar Pencatatan Dasar pencatatan neraca menggunakan dasar

akrual.

Paragraf 2.33 Dasar pencatatan neraca menggunakan

dasar akrual.

2 Aset Aset minimal menyajikan pos-pos berikut:

a. Kas dan setara kas

b. Piutang usaha dan piutang lainnya c. Persediaan

d. Properti investasi e. Aset tetap

f. Aset tidak berwujud

Paragraf 4.2 Pos – pos aset yang disajikan oleh BPR:

a. Kas

b. Kas dalam valuta asing c. Sertifikat Bank Indonesia

d. Pendapatan bunga yang akan diterima e. Penempatan pada bank lain

f. Kredit

g. Agunan yang diambil alih h. Aset tetap dan inventaris i. Aset tidak berwujud j. Aset lain – lain


(61)

No. Item yang Diperbandingkan

SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil

Penelitian Ket

3 Kewajiban Kewajiban minimal menyajikan pos-pos

meliputi:

a. Utang Usaha dan Utang Lainnya b. Aset dan Kewajiban Paja c. Kewajiban Diestimasi.

Paragraf 4.2 Pos – pos kewajiban yang disajikan oleh

BPR:

a. Kewajiban segera b. Utang bunga c. Utang pajak d. Simpanan

e. Simpanan dari bank lain f. Pinjaman diterima

g. Dana setoran modal-kewajiban h. Kewajiban imbalan kerja i. Pinjaman subordinasi j. Modal pinjaman k. Kewajiban lain-lain

4 Ekuitas Entitas menyajikan pos, judul dan sub

jumlah lainnya.

Paragraf 4.3 Pos – pos ekuitas yang disajikan oleh

BPR: a. Modal

b. Dana setoran modal-ekuitas c. Laba/Rugi yang belum direalisasi d. Surplus revaluasi aset tetap e. Saldo laba


(62)

No. Item yang Diperbandingkan

SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil

Penelitian Ket

5 Klasifikasi Aset

dan Kewajiban

Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi terpisah dalam neraca, kecuali

jika penyajian berdasarkan likuiditas

memberikan informasi yang andal dan lebih relevan.

Paragraf 4.5 SAK BPR menyajikan aset lancer dan aset

tidak lancer, kewajiban jangka pendek dan jangka panjang sebagai suatu klasifikasi yang tidak terpisah dalam neraca, akan tetapi penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan relevan.

6 Informasi yang

disajikan di neraca atau catatan atas laporan keuangan

Entitas menyajikan di neraca atau catatan atas laporan keuangan, subklasifikasi atas pos yang disajikan:

a. Kelompok aset tetap

b. Kewajiban imbalan kerja dan kewajiban diestimasi lainnya

c. Kelompok ekuitas, seperti modal disetor, tambahan modal disetor, dan saldo laba

Paragraf 4.12 SAK BPR menyajikan di neraca

subklasifikasi atas pos yang disajikan: a. Kelompok Aset tetap dan inventaris b. Kewajiban imbalan kerja, kewajiban

segera, dan kewajiban lain-lain

c. Kelompok ekuitas, seperti modal disetor, tambahan modal disetor, dan saldo laba.


(63)

No. Item yang Diperbandingkan

SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil

Penelitian Ket

B. Laporan Laba Rugi

1 Informasi yang

disajikan

Laporan laba rugi minimal menyajikan pos-pos berikut:

a. Pendapatan b. Beban keuangan

c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas

d. Beban pajak e. Laba atau rugi neto

Paragraf 5.3 Pos – pos dalam laporan laba rugi BPR:

a. Pendapatan operasional b. Beban operasional

c. Pendapatan non-operasional d. Beban non-operasional e. Beban pajak penghasilan

Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas.

Paragraf 5.4 SAK BPR menyajikan pos, judul, dan sub

judul lainnya pada laporan laba rugi seperti, pos pendapatan bunga dengan sub judul bunga kontraktual, provisi dan biaya transaksi.


(64)

No. Item yang Diperbandingkan

SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil

Penelitian Ket

C. Laporan Perubahan Ekuitas

1 Informasi yang

disajikan

Entitas menyajikan laporan perubahan

ekuitas yang menunjukkan: a. Laba atau rugi untuk periode

b. Pendapatan dan beban yang disajikan langsung dalam ekuitas.

Paragraf 6.3 SAK BPR menyajikan laporan perubahan

ekuitas yang menunjukkan:

a. Laba atau rugi untuk periode pelaporan b. Pendapatan dan beban yang diakui

langsung dalam ekuitas D. Laporan Arus Kas

1 Informasi yang

disajikan

Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan

mengklasifikasikan menurut aktivitas

operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.

Paragraf 7.3 SAK BPR menyajikan laporan arus kas

yang menunjukkan penerimaan dan

pengeluaran kas selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.


(65)

No. Item yang Diperbandingkan

SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil

Penelitian Ket

2 Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi terutama

diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas.

Paragraf 7.4 Arus kas dari aktivitas operasi terutama

diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan BPR.

3 Aktivitas Investasi Arus kas dari aktivitas investasi

mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

Paragraf 7.5 Arus kas yang berasal dari aktivitas

investasi mencerimnkan penerimaan dan

pengeluaran kas sehubungan dengan

sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

4 Aktivitas

Pendanaan

Arus kas dapat berasal dari penerimaan kas, pembayaran kas dan pelunasan pinjaman.

Paragraf 7.6 Arus kas yang timbul dari aktivitas

pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasik modal BPR. Contoh arus kas

dari aktivitas pendanaan, seperti

penerimaan dari emisi saham baru,

pembayaran atas kewajiban sewa

pembiayaan, dan penerimaan dan

pembayaran modal pinjaman.


(66)

No. Item yang Diperbandingkan

SAK ETAP Paragraf SAK BPR Hasil

Penelitian Ket

E. Catatan Atas Laporan Keuangan

1 Struktur Secara normal urutan penyajian catatan atas

laporan keuangan:

a. Ringkasan kebijakan akuntansi

signifikan yang diterapkan

b. Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan

c. Pengungkapan lain

Paragraf 8.4 Unsur uang disajikan dalam catatan atas

laporan keuangan BPR: a. Gambaran umum BPR b. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

c. Penjelasan atas pos – pos laporan keuangan

2 Pengungkapan

kebijakan akuntansi

Dalam ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan harus diungkapkan:

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan

b. Kebijakan akuntansi lain yang

digunakan yang relevan untuk

memahami laporan keuangan

Paragraf 8.5 Dalam bagian Ikhtisar Kebijakan

Akuntansi disajikan dasar pengukuran laporan keuangan yaitu berdasarkan biaya

historis dan dasar penyusunan

menggunakan dasar akrual. Kebijakan akuntansi tidak terbatas seperti konsep dasar pengukuran, kredit yang diberikan, kas dan setara kas, dan lain sebagainya.


(67)

c. Menarik kesimpulan tentang penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabulitas Publik (SAK ETAP) dalam penyajian laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di PD BPR Bank Sleman yang diteliti berdasarkan SAK ETAP.


(68)

50

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah PD BPR Bank Sleman

PD BPR Bank Sleman dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 3 Tahun 1962 pada tanggal 19 Mei 1962 tentang Mengadakan Bank Pasar. Keberadaannya kemudian dikukuhkan dengan Keputusan Bupati Nomor 6/K/1969 tanggal 21 Januari 1969 tentang Penetapan Bank – bank Pasar dan Keputusan Bupati Sleman Nomor 3/K/1970 tanggal 24 Maret 1970 tentang Pedoman Pelaksanaan Bank Pasar Daerah Kabupaten Sleman. Sejak tahun 1970, PD BPR Bank Sleman yang pada saat pendiriannya bernama “Bank Pasar” memulai aktivitas di bidang perbankan.

Seiring dengan perkembangan usaha di bidang perbankan tersebut, selanjutnya diterbitkan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sleman Nomor 076/Kep. KDH/1981, pada tanggal 21 Juli 1981, tentang Anggaran Dasar Sementara Perusahaan Daerah “Bank Pasar” Kabupaten Dati II Sleman. Anggaran Dasar Sementara tersebut kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Sleman Nomor 15 Tahun 1983 pada tanggal 21 Juni 1983, yang disahkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 209/KPTS/1983 pada tanggal 21 November 1983 dan telah mendapat Surat Keterangan Ijin Usaha Bank Pasar dari Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor S-387/MK.11/1981 pada tanggal 28 November 1981.


(69)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Sleman, Nomor 30 Tahun 1996 pada tanggal 6 September 1995 yang disahkan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Surat Keputusan Nomor 95/KPTS/1996 tertanggal 15 April 1996 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sleman Nomor 3, Seri D tanggal 30 Juni 1996, bentuk hukum perusahaan ini dirubah menjadi PD Bank Perkreditan Rakyat “Bank Pasar” Kabupaten Dati II Sleman.

Perubahan terakhir pada tahun 2008 yaitu penyempurnaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat BANK SLEMAN tertanggal 16 Januari 2008 dan telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2008 Nomor 1 Seri D tanggal 18 Januari 2008. Perusahaan tersebut telah mendapat persetujuan Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Pemimpin Bank Indonesia Yogyakarta No.10/2/KEP.PBI/Yk/2008 tanggal 18 Februari 2008. B. Visi dan Misi PD BPR Bank Sleman

VISI:

Mewujudkan bank yang sehat, profesional dan berdaya saing.’

Ungkapan pernyataan visi tersebut mengandung harapan supaya pada lima tahun ke depan PD BPR Bank Sleman sehat, dikelola secara professional, mempunyai daya saing yang baik, sebagai mitra kerja yang dapat dipercaya oleh segenap nasabah, pemilik dan stakeholders lainnya serta mempunyai Sumber Daya Manusia yang handal.


(70)

Visi tersebut akan dicapai melalui misi sebagai berikut: 1. Sehat

Peningkatan kinerja keuangan PD BPR Bank Sleman berdasarkan rasio keuangan sesuai dengan aturan industri perbankan.

2. Profesional

a. PD BPR Bank Sleman dikelola secara akuntabel, transparanm efisien, produktif (Good Corporate Governance) dengan prinsip kehati – hatian. b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, yaitu sehat, jujur, disiplin,

semangat, tanggung jawab, terdidik dan berpengalaman. 3. Berdaya saing

Selalu meningkatkan pelayanan, produk, sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan perbakan dan tuntutan pasar dalam rangka memberikan pelayanan prima.

MISI:

Misi PD BPR Bank Sleman dirumuskan dengan memperhatikan Perda Perusda, produk, wilayah pemasaran, segmentasi pasar, siapa saja stakeholderserta nilai dan harapan mereka kepada PD BPR Bank Sleman. Berdasarkan hal tersebut PD BPR Bank Sleman menyatakan misinya sebagai berikut:

1. Mempertahankan tingkat kesehatan bank a. Meningkatkan tingkat kesehatan


(1)

131 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

132 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

133 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

134 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

135 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

136 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA ALMAHA GARMENT & EMBROIDERY GRESIK

1 29 14

Rancangan penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) pada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM): studi kasus pada konveksi As- Shaqi Pamulang

1 71 107

PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN : Studi Kasus Pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandung.

0 2 38

Evaluasi penyajian laporan keuangan Credit Union berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) revisi tahun 2013. Studi kasus di Credit Union Barerod Gratia.

0 0 143

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) (STUDI KASUS PADA KOPERASI BATARI SOLO).

0 0 15

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) : IMPLIKASI PENERAPAN PADA PD BPR BANK KLATEN | Purwanti | HASIL PENELITIAN 636 1060 1 SM

0 1 37

PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

0 0 15

PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) CV. ISTANA KOMPUTER PALEMBANG -

1 2 92

Evaluasi penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dalam penyajian laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) : studi kasus pada PT. BPR Wijaya Mulya Santosa Yogyakarta - USD Repository

0 0 120