BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Review Penelitian Terdahulu
Menurut artikel yang dikutip dari perkuliahan Department of Architecture
UNTAG Semarang pada 19 Desember 2009 yang berjudul “Menggunakan Facebook dalam dunia Pendidikan,” menjelaskan bahwa
sejak 2 tahun yang lalu telah dicoba berbagai cara untuk membangun komunikasi di dunia maya sebagai bagian dari proses pembelajaran yang
dilakukan sebagai dosen mata kuliah Aplikasi Komputer Dalam Arsitektur. Sebelumnya, telah dicoba mengirimkan bahan kuliah dan
mendiskusikannya dalam bentuk milis yahoo group, namun tidak berhasil, karena mereka malas membuka emailnya. Setelah itu, dicoba membuat
komunitas dengan fasilitas gadget yang lebih menarik, yaitu multiply. Awalnya mereka menikmati untuk saling berkomentar pada tugas-tugas
perkuliahan yang kami pasang pada multiply kami. Namun sesaat kemudian, semuanya menjadi kembali bosan. Tugas selesai dipublish di
multiply , nilai telah dikeluarkan, dan komunikasi kembali menjadi
terhenti. Saat Facebook menjadi bagian dari kehidupan para mahasiswa, kembali digunakan media Facebook ini dalam proses transfer ilmu di
dunia maya. Awalnya, membagi setiap link menarik tentang arsitektur yang ditemukan setiap saat. Kian hari semakin banyak pula yang dicoba
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
lakukan dalam proses keseharian bersama para mahasiswa dengan menggunakan Facebook. www.archuntagsmg.co.cc.
Artikel lain yang ditulis oleh Elfa Silfiana pada 25 Desember 2009 yang berjudul “Memanfaatkan Facebook dalam Dunia Pendidikan”,
mengatakan bahwa Facebook selain untuk sekedar mencari teman dan sahabat, sekarang bisa dimanfaatkan untuk mencari relasi bisnis,
pelanggan, bahkan diskusi pelajaran. Tidak dipungkiri, Facebook bisa dimanfaatkan untuk perkembangan dunia pendidikan. Contoh, sebagai
sarana komunikasi siswa dan murid, baik itu diskusi pelajaran, maupun memberikan pengumuman mengenai tugas dan informasi lainnya. Selain
itu, guru bisa membuat group kelas, dan mengundang semua murid – muridnya untuk bergabung di group tersebut. Fitur ini berfungsi sebagai
forum diskusi, sehingga guru bisa mengontrol dan ikut dalam diskusi dengan para siswa. Jika ada foto yang menarik, tidak menutup
kemungkinan untuk menguploadnya. Maka Facebook bisa berubah fungsi menjadi E-learning, dan forum diskusi www.sitinjaunews.com.
Penelitian selanjutnya mengenai “Fenomena Facebook di Dunia Pendidikan Kita” yang dimuat dalam Harian Umum Priangan, 10 Februari
2010. Pada dasarnya bukan hal yang perlu ditakutkan jika siswa sudah mulai terfokus dengan sebuah teknologi misalnya Facebook, karena ini
merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima dari perkembangan teknologi. Seperti yang diungkapkan Dr. Wawan Setiawan, M.Kom
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pembantu Dekan II FPMIPA UPI “Teknologi adalah konsekuensi yang harus diterima oleh semua orang, teknologi bukan lagi sebagai pilihan”
. Kehadiran teknologi tidak bisa ditolak oleh siapapun, karena
perkembangannya sangat kuat dan cepat mempengaruhi segala aspek kehidupan. Maka, jika ditempatkan sebagai sebuah pilihan menggunakan
atau tidak menggunakan, justru akan tergerus oleh pilihan kita sendiri. Dalam dunia pendidikan, fenomena “Facebook booming” bisa menjadi
suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para penggerak roda pendidikan terutama Guru. Guru bisa memanfaatkan media ini, selain
dapat digunakan untuk pelengkap pembelajaran di kelas juga dapat pula digunakan untuk hal-hal lain seperti pengawasan pergaulan siswa di luar
lingkungan sekolah dan kelas. Fitur-fitur Facebook banyak yang dapat dioptimalkan oleh para pendidik, seperti fitur foto tagging. Guru juga bisa
melakukan penjelasan materi pelajaran dengan sebuah foto. Siswa-siswa di tag
oleh gurunya dan kemudian diminta untuk berkomentar terhadap foto tersebut, dan guru bisa mengambil peranan sebagai fasilitator yang baik.
Di Facebook terdapat aplikasi buatan orang Indonesia bernama “Teman Belajar” http:apps.facebook.comtemanbelajar yang bisa dimanfaatkan
oleh guru-guru dan siswa-siswa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh yang bersifat kolaboratif tsauri28.myhaley.com.
Menurut IPMI SIDRAP lewat HMINEWS.COM 1 November 2010 yang berjudul “Membangun Kekritisan Mahasiswa Lewat Facebook”,
mengatakan bahwa Facebook dijadikan sebagai media untuk membahas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
masalah-masalah sosial yang berkembang. Mahasiswa yang telah tergabung dalam IPMI Sidrap mampu menggunakan fitur grup yang
tersedia di Facebook untuk berdiskusi membahas fenomena sosial politik yang berkembang di daerah mereka. Mereka mempunyai target untuk
mengadakan diskusi, untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan mahasiswa dan pemuda Sidrap tentang daerah mereka. Soal menemukan
solusi bukan prioritas utama, yang paling penting mereka mau berpartisipasi untuk menuangkan ide-ide. Dengan begitu, maka Facebook
mampu menjadi sebuah media yang bisa digunakan dalam pendidikan dan sarana yang bisa membangun kekritisan mahasiswa
www.HMINEWS.com.
Pembahasan selanjutnya dibahas oleh Prof. Dr. Patrisius Istiarto Djiwandono pada 13 Januari 2011yang berjudul “Karakteristik Generasi Z
dan Bagaimana Dunia Pendidikan Menyikapinya,” mengatakan bahwa kiprah pendidikan senantiasa hidup dalam suatu dunia yang terus berubah
seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan perubahan demografi. Jika dunia pendidikan tidak menyelaraskan diri dengan perkembangan
zaman tersebut, pendidikan akan menjadi usang dan tidak selaras dengan kemajuan di milenium kedua ini. Generasi muda saat ini, yang disebut
juga Generasi Z atau net generation, mempunyai karakteristik yang membuat mereka berbeda dengan generasi terdahulu. Jika dunia
pendidikan tidak membuat upaya untuk memetakan profil khas para pelajar dan merancang pola pembelajaran yang sesuai, akan terbentuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kesenjangan antara keduanya. Pelajar di zaman informasi ini mempunyai kecenderungan gaya belajar aktif, sequential, sensing, dan visual Felder
dan Soloman, 1993. Pelajar aktif mudah belajar dengan melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari. Maka, mata kuliah yang terlalu banyak
bersifat ceramah dan komunikasi satu arah serta terpusat kepada dosen teacher-centered tidak akan cocok dengan mereka. Sebaliknya,
pembelajaran yang membuat mereka menerapkan teori dan melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari akan dengan mudah menarik minat dan
kemampuan belajar mereka. Mereka yang bergaya belajar sequential mudah menyerap materi yang diberikan secara runtut, berurutan secara
logis, dan dengan jelas terkait antara satu dengan lainnya. Mereka dengan gaya belajar sensing cenderung menyukai fakta, menyukai hal-hal yang
penerapan praktisnya jelas, mengharapkan relevansi dengan dunia sehari- hari, dan kurang suka teori abstrak dan tes yang materinya belum dibahas
tuntas di kelas. Akhirnya, mereka dengan gaya belajar visual akan terbantu dengan bagan, skema, dan diagram alir dari rangkaian teori yang sedang
mereka kupas. Keempat gaya belajar ini selaras dengan kecenderungan generasi Z yang kehidupannya sarat dengan interaksi lewat berbagai media
virtual seperti ponsel, Blackberry, dan Internet. Kesimpulannya, sudah saatnya praktek pendidikan mengakomodasi kecenderungan ini melalui
kombinasi yang efektif antara pembelajaran teori dengan eksplorasi dunia maya melalui berbagai piranti teknologi informasi tersebut
dikti.kemdiknas.go.id.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2. Landasan Teori