Tipe Perokok Aspek-Aspek Perilaku Merokok Faktor Penyebab Perilaku Merokok

d. Tahap Maintenance of Smoking Pada tahap ini merokok sudah menjadi bagian dari cara pengaturan diri self regulating seseorang dalam berbagai situasi dan kesempatan. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan, orang yang merokok merasa rileks saat merokok karena mereka mengatribusikan semua gejala yang muncul saat merokok ke dalam rokoknya. Alasan merokok bagi perokok adalah untuk meringankan kecemasan, ketegangan dan rasa tertekan, sedangkan lainnya karena ingin memunculkan efek stimulan perangsang dan merasa santai.

2.5.3. Tipe Perokok

Menurut Mu’tadin 2002 tipe perokok dapat dibagi menjadi empat, yaitu : a. Perokok sangat berat, dia mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. b. Perokok berat, merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit c. Perokok sedang, menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31- 60 menit setelah bangun pagi. d. Perokok ringan, menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

2.5.4. Aspek-Aspek Perilaku Merokok

Menurut Martin dan Pear 2007 dalam Minarsih 2012 terdapat tiga dimensi perilaku yang dapat diukur, yaitu : a. Durasi, mengacu pada lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan perilaku. Dimensi ini dapat digunakan untuk mengetahui lamanya seseorang berperilaku merokok. b. Frekuensi, yakni seberapa sering individu melakukan perilaku dalam suatuwaktu. Dimensi ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauhmana perilaku merokok pada seseorang sering muncul atau tidak, dengan menghitung jumlah kegiatan merokok yang muncul setiap harinya. c. Intensitas, yakni seberapa dalam daya yang dikeluarkan individu untuk melakukan perilaku. Dimensi ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa banyak seseorang menghisap rokok yang dapat dilihat berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya.

2.5.5. Faktor Penyebab Perilaku Merokok

Menurut Lewin dalam Minarsih 2012 perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor- faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. Pada faktor lingkungan, perilaku merokok pada mahasiswi berkaitan erat dengan pergaulan dan harga diri. Pergaulan dan tekanan oleh teman dekat peer merupakan salah satu faktor terbesar untuk mahasiswi merokok, termasuk kebutuhan akan penerimaan dan kesenangan Minarsih, 2012 Kecenderungan untuk menampilkan perilaku yang sama conform dengan teman dekat yang merokok dimana teman dekat peer ini merupakan model bagi mahasiswi menjadi faktor terbesar seorang mahasiswi merokok. Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Oskamp dalam Smet 1994 merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial, yaitu: a. Keluarga Salah satu temuan tentang perokok adalah bahwa mereka yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding mereka yang berasal dari rumah tangga yang bahagia Mu`tadin, 2002. Karena merasa tidak berharga, diacuhkan dan tidak dihargai maka mereka akan mengalami perasaan negatif terhadap dirinya sendiri. Bagi mereka merokok merupakan salah satu cara yang dapat mengurangi perasaan negatif yang dirasakannya. b. Teman Sebaya peer Keinginan untuk sama conform dengan teman sebaya serta keinginan untuk mampu dan dianggap menjadi bagian dari anggota kelompok membuat seseorang akan mengikuti perilaku peer nya untuk merokok. c. Iklan Rasa ingin tahu seseorang seringkali membuatnya terjebak untuk mengikuti apa yang mereka rasakan secara visual. Hal ini yang membuat beberapa orang akan mencoba untuk merokok ketika melihat iklan-iklan rokok yang sangat banyak dijumpai. Sedangkan menurut Smet 1994 menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat pendidikan.

2.6. Kerangka Konsep