perceraian atau perpisahan dan adanya hubungan tanpa ada ikatan pernikahan yang berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas
finansial, emosional maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh wanita tersebut.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu, D 2012, single mother memiliki karakteristik setelah hidup tanpa pasangan. Single mother
terbiasa bekerja keras dan selalu mau berusaha, sanggup menghadapi tantangan, dan berani menghadapi resiko, dan terbiasa pula untuk memainkan peran ganda
yang membesarkan anak dan mencari nafkah.
2.4. Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single mother
Single mother yang harus melanjutkan kehidupan keluarga bersama anak- anaknya dapat memilih berwirausaha sebagai jalan keluar agar mendapatkan
penghasilan dan membantu perekonomian keluarga. Single mother seperti halnya wanita pada umumnya terutama di UKM, wanita mendapat kemudahan untuk
memulai usaha yang dapat didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar, tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik, bahkan dapat
dijalan dirumah dan tanpa harus memiliki kemampuan manajemen atau keahlian khusus dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan
tinggi dan tenaga fisik yang besar Tulus, 2012. Dalam berwirausaha, ketika wirausaha mampu menjalani usaha yang
diinginkannya dan berhasil sesuai harapannya, ia akan merasakan kepuasan berwirausaha Suyatini, 2004. Kepuasan berwirausaha yang dikemukakan Carree
dan Verheul 2011 dapat dilihat dari pendapatan penghasilan, kesejahteraan
psikologis, dan waktu luang. Kepuasan berwirausaha didorong banyak faktor, karakteristik usaha, motif memulai usaha, dan karakteristik peribadi. Faktor-faktor
tersebut yang juga mempengaruhi kepuasan single mother dalam berwirausaha. Karakteristik pribadi single mother yang pekerja keras dan selalu mau
berusaha, berani menghadapi resiko, dan sanggup menghadapi tantangan Ayu, D, 2012 mempengaruhi kepuasan mereka dalam berwirausaha.
Single mother memiliki karakteristik sebagai pekerja keras dan selalu mau berusaha, single mother berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan
berwirausaha. Single mother seperti kebanyakan dari wanita-wanita pengusaha lainnya memilih usaha pada industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian
jadi sesuai dengan hal yang disenanginya atau sesuai keahliannya Tulus, 2012. Ketika single mother merasakan kesenangan karena usaha yang dijalaninya, ia
akan merasakan kepuasan pada kesejahteraan psikologisnya karena memiliki kebebasan merefleksikan kesenangannya atau mengembangkan keahliannya pada
bisnis yang dijalankannya.. Sifat single mother yang pekerja keras dan selalu mau berusaha
mendorongnya untuk selalu bekerja keras agar dapat menghasilkan pendapatan, terlepas dari waktu yang harus dihabiskannya dalam menjalani usaha
dan tanggung jawabnya mengurus rumah tangga. Namun jika usahanya menghasilkan pendapatan sesuai dengan harapan, usahanya dalam mengatur
waktu dan
kerugian waktu
yang dirasakannya
dapat tergantikan.
Dengan demikian single mother akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya tersebut Longenecker et, al, 2001.
Single mother memiliki karakter yang berani menghadapi resiko, hal ini membuatnya lebih berani menggunakan modal yang cukup besar dan
berani membuka usaha yang cukup besar. Usaha baru yang ukurannya lebih besar biasanya mendatangkan tanggung jawab dan harapan yang lebih tinggi Cooper
Artz, 1995; Carree Verheul, 2011. Single mother yang menggunakan modal besar harus lebih bertanggung jawab atas usahanya untuk menghindari kegagalan
yang mungkin
terjadi, sehingga
pendapatan dari
usahanya tersebut
mengganti modal yang telah ia keluarkan. Dan ketika pendapatan dari usahanya tersebut dapat mengganti besarnya modal yang ia gunakan
untuk memulai usahanya, ia akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya Longenecker et, al, 2001.
Karakteristik single mother yang berani mengambil resiko membuatnya bisa menerima berbagai resiko yang mungkin terjadi ketika memilih
berwirausaha. Pada fase awal memulai wirausaha, single mother harus menghabiskan waktu dalam berwirausaha karena di awal mulainya usaha cukup
sulit Carree Verheul, 2011. Single mother harus bisa merelakan waktu bersama keluarga dan teman dan fokus menjalani usaha hingga modal awal
terganti dan mendapatkan laba yang menunjukkan keberhasilan. Namun, single mother akan merasakan fleksibilitas dalam mengatur waktu untuk menjalani
usahanya setelah usahanya berhasil. Dengan demikian, single mother merasakan kepuasan dapat meluangkan waktu bersama keluarga dan teman.
Karena single mother terbiasa menghadapi tantangan, membuat mereka memiliki karakter sanggup menghadapi tantangan. Single mother harus bisa
menghadapi tantangan dalam berwirausaha dengan meluangkan banyak waktu dalam berwirausaha agar menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginan,
namun single mother harus mengorbankan urusan rumah tangganya. Oleh karena itu single mother harus dapat mengatur waktu, agar waktu yang diluangkannya
dalam berwirausaha cukup untuk menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginannya dan waktunya mengurus rumah tangga juga cukup. Sehingga ketika
single mother telah menemukan cara yang tepat untuk mengatur waktu berwirausaha dan mengurus rumah tangga, ia akan merasakan kepuasan karena
dapat mengatur waktunya sendiri untuk membuka usahanya dan menggunakan kebebasan untuk mengurus kehidupannya secara fleksibel Longenecker et al,
2001. Ketika ada masalah dalam berwirausaha, single mother lebih suka
menganggapnya sebagai tantangan. Single mother juga telah terbiasa menjalani berbagai tugas di dalam keluarga sendirian. Tetapi, jika ada
dukungan dari orang di sekitarnya akan sangat berarti. Single mother akan merasakan kepuasan karena dengan adanya dukungan dari orang
di sekitarnya seperti keluarga dan teman, single mother semakin semangat menjalani usaha walaupun dengan adanya masalah. Dan ketika masalah
dapat diselesaikan single mother akan merasakan kepuasan terutama pada kesejahteraan psikologisnya Longenecker et, al, 2001.
Keberadaan pasangan yang juga mempengaruhi kepuasan seseorang dalam berwirausaha Cooper dan Artz dalam Carree dan Verheul, 2011 tidak menjadi
penghalang single mother dalam mencapai kepuasannya dalam berwirausaha
karena single mother juga dapat mencapai kepuasan dalam menjalankan usahanya tanpa suami disisinya. Masih ada dukungan dari orang di sekitarnya seperti anak,
saudara, dan teman yang bisa mendukunganya walaupun single mother menghadapi tantangan-tantangan dalam berwirausaha.
Walaupun penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul 2011 menunjukkan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka
daripada pria, tidak dapat diambil kesimpulan secara langsung bahwa kepuasan berwirausaha yang dirasakan single mother hanya dari pendapatan penghasilan
yang didapatnya. Perlu diperhatikan aspek lain dari kepuasan berwirausaha yang lain seperti waktu luang dan psychological well-being. Dan seperti yang
diungkapkan oleh Carree dan Verheul, 2011 bahwa kepuasan berwirausaha dapat dijelaskan atau dapat diukur dengan melihat berbagai aspek yaitu
pendapatan, psychological well-being, dan waktu luang sehingga harus dijelaskan atau diukur dengan keseluruhan aspek tersebut.
KERANGKA TEORITIS
Faktor yang mempengaruhi
kepuasan berwirausaha
Karakteristik usaha
Motif memulai usaha
Karakteristik pribadi
Single mother
Aspek-aspek kepuasan berwirausaha Carree dan
Verheul, 2011
Penghasilan Psychological
well-being Waktu
luang Kepuasan
berwirausaha Karakteristik single
mother Ayu, D, 2012:
Pekerja keras dan selalu mau
berusaha Berani
menghadapi resiko
Sanggup menghadapi
tantangan
BAB III METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi
penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata Patton dalam Poerwandari, 2007. Dalam hal ini, peneliti akan
menggunakan berbagai metode dalam penelitian agar dapat tercapai gambaran kepuasan berwirausaha pada single mother.
3.1. Metode Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat studi kasus kolektif. Tujuannya adalah untuk mempelajari fenomena populasi kondisi umum
dengan lebih mendalam Poerwandari, 2007. Diharapkan dengan menggunakan metode ini dapat mempelajari dengan lebih mendalam mengenai kepuasan
berwirausaha pada single mother. Penelitian kualitatif dianggap lebih sesuai untuk mengetahui gambaran
kepuasan berwirausaha pada single mother. Sebab setiap wirausaha yang dapat dikatakan berhasil ketika ia merasakan kepuasan berwirausaha dan latar belakang
seseorang memutuskan berwirausaha mempengaruhi kepuasan berwirausaha. Begitu pula dengan latar belakang single mother, berwirausaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan anak tanpa dukungan pasangan hidup sangat berpengaruh terhadap pencapaian kepuasan berwirausahanya. Hal ini sesuai yang diungkapkan
oleh Poerwandari 2007 bahwa pendekatan yang sesuai untuk penelitian yang
29