Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Kepuasan Berwirausaha pada Wirausaha Wanita

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

IMAM DAMARA

091301032

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita. Jumlah sampel penelitian ini adalah 150 wirausaha wanita yang telah menikah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling secara purposive. Data dikumpulkan melalui dua buah skala, yakni skala kepuasan berwirausaha dan skala konflik peran ganda. Skala kepuasan berwirausaha memiliki nilai reliabilitas koefisien alpha (α) sebesar 0,847, dan skala konflik peran ganda memiliki nilai reliabilitas koefisien alpha (α) sebesar 0,875.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan pearson product moment diperoleh korelasi �y = -,656 dan P = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita.


(3)

ABSTRACT

The purpose of this study was to look the relationship of work-family conflict and satisfaction of entrepreneurship on women entrepreneur. The number samples of this study were 150 women entrepreneurship who have been married. Sampling was using non-probability purposive sampling. Data were collected with using scale; the scale of entrepreneurship satisfaction and the scale of work-family conflict. The coefficient alpha (α) for the scale of entrepreneurship satisfaction is 0,847 and the coefficient alpha (α) for the scale of work-family conflict is 0,875.

The result of statistic analysis were processed using pearson product moment that obtained �y = -,656 dan P = 0,000. It’s mean that there’s a negatif relation between work-family conflict and satisfaction of entrepreneurship on women entrepreneur.


(4)

Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Kepuasan Berwirausaha pada Wirausaha Wanita

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumber secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2014

Imam Damara NIM 091301032


(5)

yang telah diberikan selama ini beserta Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Kepuasan Berwirausaha Pada Wirausaha Wanita”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan khususnya buat kedua orang tua penulis yang telah banyak memberi dukungan baik moril maupun materil serta ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk Kak Siti Zahreni, M.psi, psikolog sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dalam hal penulisan, isi maupun metode penelitiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bermanfaat untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Juli 2014 Penulis


(6)

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Berwirausaha ... 9

1. Pengertian Kepuasan Berwirausaha... .. 9

2. Aspek-aspek Kepuasan Berwirausaha... 10

3. Faktor-faktor Kepuasan Berwirausaha... ... 12

B. Konflik Peran Ganda... 16

1. Pengertian Konflik Peran Ganda... 16

2. Dimensi-dimensi Konflik Peran Ganda... 17

C. Wirausaha Wanita... ... 19

D. Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Kepuasan Berwirausaha... 20


(7)

B. Definisi Operasional variabel ... .. 25

a. Kepuasan Berwirausaha... .. 25

b. Konflik Peran Ganda... 25

C. Subjek Penelitian dan Teknik Sampling ... 26

1. Subjek Penelitian ... 26

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

3. Jumlah Sampel Penelitian... 27

4. Lokasi Penelitian ... 27

D. Metode Pengumpulan Data ... 27

1. Metode Self Report ... . 28

2. Metode Skala ... 28

E. Uji Coba Alat Ukur ... ... 31

1. Validitas Alat Ukur ... 32

2. Daya Beda Aitem ... ... 33

3. Reliabilitas Alat Ukur ... ... 34

F. Hasil uji Coba Alat Ukur ... ... 35

1. Skala Kepuasan Berwirausaha... ... 35

2. Skala Konflik Peran Ganda... 37

G. Prosedur Penelitian ... 39

1. Tahap Persiapan Penelitian... . 39

2. Pelaksanaan Penelitian ... 41


(8)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 44 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 44 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah

Pendapatan ... 45 3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status

Pernikahan ... 46 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku .... 46 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi .. 47 B. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 48 2. Hasil Tambahan ... 52 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Tabel 2. Blue print Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji Coba... 31

Tabel 3. Distribusi Aitem Hasil Uji Coba Skala Kepuasan Berwirausaha... 36

Tabel 4. Penomoran Aitem-aitem Skala Kepuasan Berwirausaha... 37

Tabel 5. Distribusi Aitem Hasil Uji Coba Skala Konflik Peran Ganda... 38

Tabel 6. Penomoran Aitem-aitem Skala Konflik Peran Ganda... 39

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia... 44

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Pendapatan... 45

Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan... 46

Tabel 10. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi Berwirausaha... 47

Tabel 11. Gambaran Subjek Berdasarkan Lokasi Berwirausaha... 47

Tabel 12. Normalitas Sebaran Variabel Kepuasan Berwirausaha dan Konflik Peran Ganda... 48

Tabel 13. Hasil Pengujian Linieritas... 50

Tabel 14. Hasil Perhitungan Pearson Product Moment... 51

Tabel 15. Perbandingan Skor Empirik dan Skor Hipotetik Kepuasan Berwirausaha Dengan Konflik Peran Ganda... 52

Tabel 16. Norma Skor... 53

Tabel 17. Kategorisasi Jenjang Data Hipotetik Kepuasan Berwirausaha dan Konflik Peran Ganda... 53


(10)

(11)

- Data Uji Coba Skala Konflik Peran Ganda

LAMPIRAN B

- Lembar Validitas Isi Professional Judgement

- Reliabilitas dan Daya Beda Aitem Skala Kepuasa Berwirausaha - Reliabilitas dan Daya Beda Aitem Skala Konflik Peran Ganda LAMPIRAN C

- Uji Normalitas - Uji Linearitas

- Hasil Utama Penelitian LAMPIRAN D

- Skala Kepuasan Berwirausaha - Skor Konflik Peran Ganda


(12)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita. Jumlah sampel penelitian ini adalah 150 wirausaha wanita yang telah menikah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling secara purposive. Data dikumpulkan melalui dua buah skala, yakni skala kepuasan berwirausaha dan skala konflik peran ganda. Skala kepuasan berwirausaha memiliki nilai reliabilitas koefisien alpha (α) sebesar 0,847, dan skala konflik peran ganda memiliki nilai reliabilitas koefisien alpha (α) sebesar 0,875.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan pearson product moment diperoleh korelasi �y = -,656 dan P = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita.


(13)

ABSTRACT

The purpose of this study was to look the relationship of work-family conflict and satisfaction of entrepreneurship on women entrepreneur. The number samples of this study were 150 women entrepreneurship who have been married. Sampling was using non-probability purposive sampling. Data were collected with using scale; the scale of entrepreneurship satisfaction and the scale of work-family conflict. The coefficient alpha (α) for the scale of entrepreneurship satisfaction is 0,847 and the coefficient alpha (α) for the scale of work-family conflict is 0,875.

The result of statistic analysis were processed using pearson product moment that obtained �y = -,656 dan P = 0,000. It’s mean that there’s a negatif relation between work-family conflict and satisfaction of entrepreneurship on women entrepreneur.


(14)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wirausaha memiliki peranan penting dalam membangun ekonomi suatu bangsa. Drucker (dalam Riyanti, 2003) menegaskan bahwa penyumbang perekonomian terbesar dalam suatu negara adalah wirausahawan yang menciptakan ribuan lapangan kerja bagi orang lain. Hal ini dapat dikatakan entrepreneur atau wirausaha merupakan agen perubahan dari ekonomi yang progresif.

Pada hakikatnya, wirausaha memberikan nilai positif bagi masyarakat luas. Hal ini dikarenakan wirausahawan menciptakan kemakmuran bagi individu maupun kelompok dalam mendapatkan pekerjaan (Suryana, 2001). Orang-orang yang terlibat dalam wirausaha memiliki pemahaman sendiri akan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan tersebut sesuai selera masyarakat. Hal ini mendorong masyarakat membuka usaha baru yang pada akhirnya membangun kekuatan ekonomi yang besar bagi suatu bangsa (Baptise, dalam Riyanti, 2003).

Keberadaan wanita dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) turut membangun perekonomian bangsa, sehingga keterlibatan wirausaha wanita dalam membangun ekonomi bangsa memiliki peran yang sentral. Pemberdayaan wanita dalam pembangunan ekonomi sangat berimbas pada naiknya pendapatan


(15)

per kapita suatu daerah (Jati, 2009). Hal ini sesuai dengan pernyataan Nenny Soemawinata (2011) yang merupakan Ketua Pengurus Koperasi Sahabat Wanita,

“Peran wanita dalam dunia wirausaha sangatlah penting, tidak hanya untuk menurunkan tingkat kemiskinan di kalangan wanita, tetapi juga sebagai langkah penting menuju peningkatan pendapatan rumah tangga dan mendorong pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan.”

Peran dan partisipasi wanita dalam dunia wirausaha memang menjadi modal berharga dalam suatu negara. Minniti et al (dalam Jati, 2009) menemukan bahwa baik di negara maju maupun negara berkembang, keterlibatan wanita dalam berwirausaha meningkat cukup tajam selama satu dekade terakhir.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan laporan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil serta Menengah (Mei, 2013), menyatakan bahwa terdapat 39% atau 53,8 juta pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia. Sebanyak 21 juta UMKM yang dikelola kebanyakan berasal dari wanita. Peningkatan ini memiliki kontribusi yang baik dan signifikan dalam meningkatkan jumlah wirausaha (Rafinaldi, dalam Madina, 2013). Tentu hal ini menunjukkan bahwa wirausaha wanita mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional (Wartaekonomi, 7 Desember 2011).

Indari Mastuti, pengembang komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IDN) berhasil membuktikan bahwa keikutsertaan wanita dalam berwirausaha memiliki peran yang penting. Bermula dari hobinya sejak kecil yang doyan nulis, ia berbagi pengalaman dan ilmunya tentang dunia kepenulisan. Saat ini ada sekitar 10% dari anggotanya yang aktif menulis. Dari anggotanya yang aktif mampu menghasilkan Rp. 1 juta- Rp. 6 juta per bulannya. Saat ini komunitas IDN telah merentangkan sayap bisnisnya dengan menggarap agensi personal branding dan jasa


(16)

copywriting. Di masa mendatang, Indari memiliki impian agar usaha yang digelutinya dapat menjadi trendsetter di jasa copywriting dan personal branding (Fuad, 2013).

Berbagai catatan dan fakta di atas memberikan gambaran bahwa peranan wirausaha wanita memiliki kontribusi penting dalam membangun perekonomian, sehingga penelitian terhadap wanita yang bergelut di bidang wirausaha cukup menarik untuk ditelusuri (Jati, 2009).

Beberapa studi menunjukkan bahwa wirausaha lebih mengalami kepuasan dengan pekerjaan yang mereka lakoni dibandingkan dengan karyawan (Benz & Frey 2008; Blanchflower & Oswald 1998; Bradley & Roberts 2004; Hundley 2001; Katz 1993; Thompson et al. 1992 dalam Carree & Verheul, 2011). Menurut Suyatini (2004), kepuasan dalam melakukan wirausaha berarti menyukai segala hal yang berkaitan dengan aktivitas wirausaha yang digelutinya. Tingkat kepuasan kewirausahaan dipengaruhi oleh karakteristik usaha, motif untuk memulai wirausaha, dan karakteristik pribadi (Carree & Verheul, 2001).

Dalam penelitiannya Longenecker (2001), Greg Hundley, Stewart, Finnie dan La Fortie dalam Suyatini (2004), menemukan karakteristik pribadi yang pada umumnya dimiliki oleh wirausaha yaitu kemampuan berinovasi, rasa percaya diri, keberanian mengambil resiko, dan kebutuhan akan keberhasilan. Karakteristik pribadi wirausaha tersebut sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam menjalankan usahanya sendiri, dengan harapan dapat memperoleh kepuasan yang lebih besar dalam bekerja (Suyatini, 2004).


(17)

Dalam mencapai suatu kepuasan diperlukan reaksi emosional dan kemampuan dalam mengambil resiko untuk mengatasi setiap kesulitan atau hambatan yang terjadi selama individu menjalani wirausaha. Hambatan yang sering dialami bagi wanita yang berwirausaha adalah sulitnya membagi waktu antara membangun bisnis dengan mengurus keluarga. Di mana fungsi seorang wanita dalam budaya patriarkhi adalah sebagai ibu dan istri bagi anak-anak maupun suami (Hardanti, dalam Susanto, 2009). Tanggung jawab yang besar terhadap keluarga inilah yang sering menimbulkan terjadinya konflik peran ganda (Das, 2001).

Wirausaha wanita, khususnya yang sudah berkeluarga, secara otomatis memikul peran ganda, baik di lingkungan pekerjaan maupun di lingkungan keluarganya. Konflik peran sering timbul ketika salah satu dari peran tersebut menuntut lebih atau membutuhkan lebih banyak perhatian (Susanto, 2009). Kebanyakan tuntutan yang dialami wanita yang telah berkeluarga umumnya berhubungan dengan pengasuhan anak, mengurus suami dan melakukan pekerjaan rumah tangga (Riyanti, 2007). Terjadinya dua peran berbeda yang membutuhkan perhatian yang sama menimbulkan konflik peran ganda (Irawaty & Kusumaputri, 2008).

Menurut Greenhaus dan Beutell (1985), konflik peran ganda adalah bentuk konflik di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Hal senada juga disampaikan Myers (dalam Irawaty & Kusumaputri, 2008) yang mengartikan konflik peran ganda sebagai


(18)

seseorang yang menjalankan dua tuntutan berbeda dan dilakukan secara bersamaan.

Konflik peran ganda yang terjadi dapat mengurangi kesehatan fisik maupun mental seorang wanita dalam bekerja (Widyarini, dalam Soeharto, 2004). Ini ditandai dengan perilaku yang kurang positif terhadap pekerjaan serta gejala fisik seperti perasaan terancam pada diri (Grandey, dkk., dalam Laksmi, 2012). Juga menyebabkan gejala mental seperti seperti rasa bersalah, gelisah, cemas dan frustrasi (Burke & Greenglass, Greenhaus & Suraman dalam Soeharto, 2004). Hal ini diyakini dapat menurunkan kualitas performa seseorang dalam bekerja (Kossek & Ozeki dalam Soeharto, 2004) serta menganggu kesejahteraan psikologis wanita yang melakukan dua peran secara bersamaan (Cooper & Marshall dalam Indriyani, 2009).

NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) menyatakan bahwa konflik peran ganda merupakan salah satu sumber stres di tempat kerja (dalam Kafetsios, 2007). Dikhawatirkan hal ini dapat meningkatkan maupun mengurangi well being seseorang ketika bekerja (Anderss Boli

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana hubungan yang terjadi antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita.


(19)

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita khususnya di kota Medan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, mengenai hubungan konflik peran ganda terhadap kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita.

b. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi kepada wirausaha wanita, terkhusus kepada IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) tentang bagaimana hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada


(20)

wirausaha wanita, sehingga informasi yang diperoleh dapat membantu wanita dalam menjalani usahanya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Pada bab ini membahas mengenai definisi teori yang menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang kepuasan berwirausaha, konflik peran ganda, wirausaha pada wanita, dinamika hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha wanita, dan hipotesa penelitian.

Bab III: Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen


(21)

dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data.

Bab IV: Analisis Data dan Pembahasan

Berisikan mengenai uraian tentang gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian mengenai uji asumsi dan hasil utama penelitian, kategorisasi serta pembahasan.

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Berisikan pemaparan dari kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian ini. Sejumlah teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan kepuasan berwirausaha dan konflik peran ganda. Adapun penjabarannya berhubungan dengan aspek-aspek dan faktor-faktor dari kepuasan berwirausaha dan konflik peran ganda beserta penjelasan ringkas mengenai wirausaha pada wanita. Di ujung bab ini akan ditutup mengenai hubungan antara variabel kepuasan berwirausaha dengan konflik peran ganda sehingga menghasilkan sebuah hipotesis dari penelitian ini.


(23)

A. Kepuasan Berwirausaha

1. Pengertian Kepuasan Berwirausaha

Teori kepuasan berwirausaha bermula lahir dari teori kepuasan kerja. Di mana kepuasan kerja didefinisikan sebagai rasa emosional yang positif terhadap pekerjaan berdasarkan pengalaman-pengalaman menyenangkan yang dilalui (Hilton, dalam Leila, 2002). Meskipun kebanyakan penelitian lebih berfokus terhadap kepuasan kerja pada karyawan daripada wirausahawan, akan tetapi, menurut Blanchflower & Oswald (2007), seorang wirausaha lebih memperlihatkan kepuasan atas pekerjaan mereka dibanding karyawan. Sebab itu, kepuasan kerja tidak hanya berfokus pada karyawan, melainkan juga pada wirausaha.

Menurut Suyatini (2004), kepuasan berwirausaha adalah tingkat di mana seorang wirausaha menyukai segala hal yang berkaitan dengan aktivitas wirausaha yang digelutinya. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan berwirausaha adalah perasaan emosional positif seseorang pada segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan berwirausaha yang dilakoni.

2. Aspek-aspek Kepuasan berwirausaha

Kepuasan berwirausaha terdiri dari tiga aspek yang berdasarkan Carree dan Verheul (2011), yakni: income, psychological well being dan leisure time. Berikut mengenai penjelasannya:


(24)

Income juga dapat dijadikan sebagai patokan naik turunnya suatu usaha yang dijalankan. Bagi pengusaha, income yang diperoleh merujuk kepada imbalan berupa laba, sehingga Kepuasan terhadap income sangat relevan bagi pengusaha yang memulai usaha untuk mendapatkan kepuasan hidup atau untuk kesuksesan finansial (Andersson ; Feldman dan Bolino; Jamal dalam Carree dan Verheul, 2011).

Seorang wirausaha berharap hasil finansial dari bisnisnya harus dapat mengganti waktu yang terbuang selama membangun bisnis, sehingga income menjadi hal yang sangat pantas dalam mengganti kerugian waktu dan uang yang telah diinvestasikan dalam mengoperasikan bisnis.

b. Psychological Well Being

Psychological well being berasal dari kebebasan seorang wirausaha dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan yang diminatinya. Menurut Andersson , Feldman & Bolino, Jamal dalam Carree dan Verheul (2011), menyatakan bahwa psychological well being memiliki kontribusi penting dalam kepuasan berwirausaha khususnya selama periode membangun bisnis (fase start-up). Di mana pada awal membangun bisnis, seorang wirausaha rentan terhadap stres. Stres yang dirasakan oleh seorang wirausaha dapat menguatkan atau melemahkan mereka dalam mendapatkan psychological well being. Dapat dikatakan seseorang yang tidak mampu mengendalikan stres memiliki psychological well being yang rendah. Sebaliknya, seseorang yang mampu mengendalikan stres dengan baik, memiliki psychological well being yang tinggi.


(25)

c. Leisure Time

Sebagian besar orang berwirausaha disebabkan memiliki jam kerja yang fleksibel. Hal ini dikarenakan mereka dapat menggabungkan waktu kerja dan tanggung jawab pada rumah tangga. Adapun memulai dan menjalankan bisnis dari rumah menjadi indikator dari kehati-hatian wirausahawan yang berpengaruh pada stres dan leisure time yang dimiliki. Hal inilah yang menjadi alasan seseorang berwirausaha. Bahkan, jika bisnis yang dijalaninya mengambil tempat di rumah, maka ia tak perlu meninggalkan rumah. Motif menggabungkan kedua hal tersebut adalah untuk mengarah pada leisure time dan fleksibilitas jam kerja (Carree & Verheul, 2011).

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti menggunakan aspek-aspek kepuasan berwirausaha dari Carree dan Verheul sebagai teori utama yang digunakan.

3. Faktor-faktor Kepuasan Berwirausaha

Cooper dan Artz (1995) menyatakan bahwa faktor yang menjadi tingkat kepuasan berwirausaha yaitu adanya pengaruh dari karakteristik usaha, motif dalam memulai wirausaha, dan karakteristik pribadi.

a. Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kewirausahaan. Carree dan Verheul (2011) membedakan tiga karakteristik utama pada usaha yaitu:


(26)

a) Ukuran

Usaha yang memiliki ukuran yang besar biasanya berkorelasi dengan tanggung jawab yang lebih tinggi dan mengakibatkan lebih banyak stres. Di sisi lain, besarnya motif membangun wirausaha biasanya membutuhkan lebih banyak persiapan dan harus berurusan dengan pengawasan luar, misalnya, oleh pemasok modal, sehingga mengurangi kemungkinan kerugian yang tak terduga. Hal yang mempengaruhi ukuran perusahaan adalah jumlah karyawan, jumlah modal awal, dan apakah bisnis beroperasi dari rumah atau tempat usaha yang terpisah. Memulai dan menjalankan bisnis di luar rumah mungkin menjadi indikator kehati-hatian dari pihak pengusaha dan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan leisure time.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan ukuran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah:

1) Usaha Mikro

Usaha mikro adalah peluang usaha produktif milik orang perorangan atau badan Usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro dengan aset maksimal adalah 50 juta per tahun, dan omzet maksimal 300 juta. Contoh usaha mikro adalah pedagang kaki lima.


(27)

Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Aset yang dimiliki berkisaran 50 juta- 500 juta per tahun, dan omset sekitar 300 juta-2,5 miliar Contoh usaha kecil adalah pedagang grosiran di pasar.

3) Usaha Menengah

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha besar dengan aset yang dimiliki berkisaran 500 juta-10 miliar per tahun, dan omset sekitar 2,5 miliar-50 miliar per tahun. Contoh usaha menengah adalah industri makanan dan minuman.

b) Kompleksitas

Kompleksitas lingkungan yang lebih besar dapat menuju pada ketidakpuasan sebagai wirausaha yang dihadapkan dengan beberapa sumber pemerosotan yang tak diharapkan. Ukuran yang digunakan dalam kompleksitas yaitu: apa motif dalam memulai wirausaha pada high-sektor teknologi, dan apakah pengusaha percaya bahwa ia mampu bersaing dengan semua perkembangan yang relevan.


(28)

c) Keterlibatan

Alokasi waktu untuk tugas kewirausahaan mungkin bervariasi di setiap proses memulai wirausaha. Pengusaha yang dihadapkan dengan tekanan waktu yang cukup besar mungkin berasal dari kurangnya kepuasan atas perusahaan mereka. Hal ini sejalan dengan efek negatif dari jam kerja terhadap kepuasan kerja (Clark et al

b. Motif Dalam Memulai Wirausaha

Dalam memulai wirausaha, seseorang akan melakukan suatu usaha dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Diawali dengan melihat peluang usaha baru yang memungkinkan, apakah membuka usaha baru atau melakukan franchising. Juga memilih usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri atau manufaktur, maupun produksi atau jasa. Motif dalam memulai wirausaha, pengusaha memiliki konsekuensi penting pada tingkat kepuasan sebagai harapan pengusaha untuk mengevaluasi kinerja dengan menghubungkan hasil perusahaan sebagai tujuan awal mereka dan yang diharapkan (Carree & Verheul, 2011).

c. Karakteristik Pribadi

Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik pribadi adalah ciri khas yang


(29)

menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan masalah atau bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu.

Dalam penelitiannya Longenecker (2001), Greg Hundley (2001), Stewart (2003), serta Finnie dan La Fortie (2003) dalam Suyatini (2004), menemukan karakteristik pribadi yang pada umumnya dimiliki oleh wirausaha yaitu kemampuan berinovasi, rasa percaya diri, keberanian mengambil resiko, dan kebutuhan akan keberhasilan. Karakteristik wirausaha tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap seseorang dalam menjalankan usahanya sendiri, dengan harapan dapat memperoleh kepuasan yang lebih besar dalam bekerja.

Sebagai seorang wirausaha yang telah berkeluarga, seorang wanita memiliki karakteristik feminim yang menyebabkannya mengalami hambatan dalam berwirausaha (Ardhanari, dalam Jati, 2009). Dalam budaya patriarkhi, fungsi seorang wanita adalah sebagai ibu dan istri bagi anak-anak dan suaminya (Hardanti, dalam Susanto, 2009). Tanggung jawabnya yang besar terhadap keluarbga inilah yang menyebabkan timbulnya konflik peran ganda (Das, 2001).

B. Konflik Peran Ganda

1. Pengertian Konflik Peran Ganda

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memiliki lebih dari satu peran yang harus dijalankan. Ada yang berperan sebagai ibu dari anak-anaknya, istri, maupun karyawan. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak peran yang


(30)

dijalankan, semakin siap ia menghadapi berbagai tuntutan dalam kehidupan sosialnya (Biddle & Thomas, dalam Irawaty & Kusumaputri, 2008). Apabila peran yang dijalankan tidak sejalan antara satu dengan yang lain, tentu akan berakibat pada munculnya konflik peran ganda.

Konflik ini pertama kali didefinisikan oleh Kahn, Wolfe, Quinn, Snoek, dan Rosenthal (1964, dalam Esson, 2004) yang mengatakan bahwa konflik peran ganda terjadi ketika permintaan pekerjaan dan keluarga bertentangan dalam beberapa hal. Kemudian Myers (1983, dalam Irawaty & Kusumaputri, 2008) mengatakan bahwa konflik peran ganda adalah konflik yang dialami seseorang dalam menjalankan perannya secara bersamaan.

Hal senada juga disampaikan Greenhaus dan Beutell (1985) yang berpendapat bahwa konflik peran ganda merupakan konflik peran yang muncul ketika tuntutan peran dalam pekerjaan bertolak belakang dengan tuntutan peran dalam keluarga. Jam kerja yang panjang dan beban kerja yang berat merupakan pertanda langsung akan terjadinya konflik peran ganda. Hal ini dikarenakan waktu dan upaya yang berlebihan dipakai untuk bekerja yang mengakibatkan kurangnya waktu dan energi yang bisa digunakan dalam melakukan aktivitas-aktivitas keluarga.

Sedangkan menurut Ginting (2007) konflik peran ganda adalah salah satu bentuk konflik antar peran yang berasal dari pekerjaan dan keluarga yang saling bertentangan satu sama lain. Hal yang sama juga disampaikan Lestari (2011) bahwa konflik terjadi ketika individu menyadari adanya dua atau lebih kebutuhan


(31)

yang memiliki porsi sama pentingnya dan juga mendesak, namun usaha untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dilakukan secara bersamaan sehingga hal ini menyebabkan individu merasakan ketegangan. Konflik ganda yang terjadi dapat merugikan kualitas sumber daya manusia bagi wanita yang bekerja yang berakibatkan pada menurunnya kesehatan fisik dan mental (Widyarini, dalam Soeharto, 2004).

Berdasarkan hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasanya konflik peran ganda merupakan ketidakseimbangan seseorang dalam memberi perhatian yang sama pada dua peran yang berbeda secara bersamaan.

2. Dimensi-dimensi Konflik Peran Ganda

Greenhaus dan Beutell (1985) dalam jurnal mereka yang berjudul Sources of Conflict Between Work and Family Roles mengemukakan tiga dimensi yang terdapat dalam konflik peran ganda, yakni:

a. Time Based Conflict

Time based conflict merupakan konflik peran yang disebabkan oleh keterbatasan waktu yang dimiliki seseorang. Waktu yang dipakai untuk pekerjaan sering kali memiliki dampak pada keterbatasan waktu untuk keluarga. Demikian juga sebaliknya, waktu yang dipakai untuk keluarga sering kali memiliki dampak pada keterbatasan waktu untuk pekerjaan. Misalnya, kerjaan yang lembur sering menyebabkan waktu bersama keluarga menjadi terbatas ataupun menjaga suami yang sakit menyebabkan pekerjaan yang harus diselesaikan menjadi tertunda.


(32)

b. Strain Based Conflict

Konflik ini sering disebabkan oleh tekanan dalam satu peran sehingga mempengaruhi kinerja pada peran yang lainnya. Seperti tekanan akibat urusan dalam pekerjaan mempengaruhi pada berkurangnya perhatian terhadap keluarga. Sedangkan tekanan pada keluarga menyebabkan semangat menurun ketika bekerja. Sehingga menyebabkan ketegangan atau keadaan emosional yang negatif (kelelahan, kecemasan, depresi, mudah marah).

c. Behavior Based Conflict

Behavior Based Conflict merupakan peran yang disebabkan karena kesulitan beradaptasi melakukan perubahan perilaku dari peran yang satu ke peran yang lain. Misalnya sebagai seorang manajer dituntut untuk bersikap agresif dan cenderung memerintah pada bawahannya, namun sebagai ibu di rumah harus mengubah perilakunya tersebut menjadi ramah, hangat dan penuh kasih sayang.

C. Wirausaha Wanita

Wirausaha wanita dikarakteristikan sebagai seseorang yang memiliki karakter feminitas, antara lain, emosional, sensitif, peka, penuh kasih, kooperatif, cermat, hangat, simpati, dan intuitif (Noer & Suef, dalam Riyanti, 2007). Selain itu, wirausaha wanita juga memiliki karakteristik telaten, jujur, ulet, sabar, teliti, cermat, serius, tekun, berani mengambil risiko, tangguh, tidak mudah menyerah, memiliki keinginan yang keras, semangat yang tinggi, berdedikasi dan loyalitas tinggi, terbuka, bekerja tanpa pamrih, ikhlas, menjaga nama baik, tidak egois,


(33)

serta teratur dalam hal administrasi dan pengelolaan uang (Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, 2006).

Selain hal di atas, wanita juga memiliki kelemahan yang dapat dijadikan penyebab kegagalannya dalam menjalani wirausaha, antara lain: memanfaatkan peluang yang ada untuk ambisi pribadi, kurang berani mengambil resiko, kurang percaya diri atau terlalu percaya diri, memiliki tingkat ambisiusitas yang tinggi dalam menangani usaha yang di luar dari kemampuannya, memiliki wasasan yang kurang, kurang dapat membagi waktu antara keluarga dengan pekerjaan, memiliki emosi yang tinggi sehingga cenderung tidak sabar, mengambil keputusan dengan terburu-buru, bergantung pada suami, berperilaku konsumtif, menutup diri, dan tidak gigih dalam menjalankan usahanya.

D. Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Kepuasan Berwirausaha Wanita

Dalam penelitiannya Longenecker (2001), Greg Hundley; Stewart; Finnie dan La Fortie dalam Suyatini (2004), menemukan karakteristik pribadi yang pada umumnya dimiliki oleh wirausaha yaitu kemampuan berinovasi, rasa percaya diri, keberanian mengambil resiko, dan kebutuhan akan keberhasilan. Karakteristik pribadi wirausaha tersebut sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam menjalankan usahanya sendiri, dengan harapan dapat memperoleh kepuasan yang lebih besar dalam bekerja (Suyatini, 2004).

Dalam mencapai suatu kepuasan diperlukan reaksi emosional dan kemampuan dalam mengambil resiko untuk mengatasi setiap kesulitan atau


(34)

hambatan yang terjadi selama individu menjalani wirausaha. Ardhanari (dalam Jati, 2009) mengungkapkan bahwa salah satu hambatan yang dialami seorang wanita dalam berwirausaha adalah karakteristik feminim yang melekat pada diri seorang wanita. Serta kodrat alam yang menuntut wanita untuk menjalani peran sebagai ibu dan istri yang baik (Seniati, dalam Maherani, 2008).

Faktor budaya patriarkhi sendiri diduga menjadi penyebab kurangnya kepercayaan diri seorang wanita yang telah berkeluarga untuk memberdayakan diri dengan wirausaha (Pristiana, 2003). Tanggung jawab yang besar terhadap keluarga inilah yang sering menimbulkan terjadinya konflik peran ganda (Das, 2001). Ditambah dengan pandangan masyarakat bahwa seharusnya seorang wanita yang berhasil adalah seorang wanita yang mampu mengurus rumah tangganya dengan baik. (Widianingtyas, dalam Riyanti, 2007).

Wirausaha wanita, khususnya yang sudah berkeluarga, secara otomatis memikul peran ganda, baik di lingkungan pekerjaan maupun di lingkungan keluarganya. Konflik peran sering timbul ketika salah satu dari peran tersebut menuntut lebih atau membutuhkan lebih banyak perhatian (Susanto, 2009). Kebanyakan tuntutan yang dialami wanita yang telah berkeluarga umumnya berhubungan dengan pengasuhan anak, mengurus suami dan melakukan pekerjaan rumah tangga (Riyanti, 2007). Terjadinya dua peran berbeda yang membutuhkan perhatian yang sama menimbulkan konflik peran ganda (Irawaty dan Kusumaputri, 2008).


(35)

Konflik peran ganda yang terjadi dapat mengurangi kesehatan fisik maupun mental seorang wanita dalam bekerja (Widyarini, dalam Soeharto, 2004). Ini ditandai dengan perilaku yang kurang positif terhadap pekerjaan serta gejala fisik seperti perasaan terancam pada diri (Grandey, dkk., dalam Laksmi, 2012), juga menyebabkan gejala mental seperti seperti rasa bersalah, gelisah, cemas, dan frustasi (Burke & Greenglass, Greenhaus & Suraman dalam Soeharto, 2004). Hal ini diyakini dapat menurunkan kualitas performa seseorang dalam berwirausaha (Kossek & Ozeki dalam Soeharto, 2004) serta menganggu kesejahteraan psikologis wanita yang melakukan dua peran secara bersamaan (Cooper & Marshall dalam Indriyani, 2009).

Dalam jurnal Carree dan Verheul (2011) yang berjudul What Makes Entrepreneurs Happy? Determinants of Satisfaction Among Founders dengan mengutip pendapat Parasuraman dan Simmers (2001) menyatakan bahwasanya wirausaha yang mengalami konflik peran ganda sering kali disebabkan oleh tingginya waktu yang dihabiskan untuk kegiatan wirausahanya, ataupun konflik peran ganda yang dialami sering kali disebabkan oleh tingginya waktu yang dihabiskan dalam mengurus keluarga, sehingga dikhawatirkan hal ini berpengaruh pada kepuasan seseorang dalam berwirausaha.

Hal ini sejalan dengan Greenhaus dan Beutell (1985) yang mengemukakan tiga dimensi dari konflik peran ganda, yakni: time based conflict, strain based conflict, dan behavior based conflict. Di mana pada time based conflict, seseorang yang mengalami konflik peran disebabkan oleh terbatasnya waktu yang dimiliki,


(36)

sehingga waktu yang dipakai untuk wirausaha sering kali memiliki dampak pada terbatasnya waktu yang dimiliki untuk keluarga. Sebaliknya,

Demikian pula dengan konflik yang disebabkan oleh tekanan dalam satu peran sehingga mempengaruhi kinerja pada peran lainnya (strain based conflict). Seperti tekanan akibat urusan dalam pekerjaan mempengaruhi pada berkurangnya perhatian terhadap keluarga. Hal ini dapat menimbulkan rasa stres pada penderitanya. Stres yang dirasakan oleh seorang wirausaha tersebut dapat menguatkan ataupun melemahkan mereka dalam mendapatkan kepuasan berwirausaha berupa psychological well being. Tentu hal ini berpengaruh pada menurunnya performa wirausahawan dalam bekerja.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita. Artinya semakin tinggi konflik peran ganda yang terjadi, maka semakin rendah kepuasan seorang wanita dalam berwirausaha. Sebaliknya, semakin rendah konflik peran ganda, maka semakin tinggi kepuasan seorang wanita dalam berwirausaha.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Di mana penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang mempelajari sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi variabel lainnya (Noor, dalam Laksmi, 2012). Dalam hal ini,


(38)

peneliti hendak melihat hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita.

A. Identifikasi Variabel

Dalam menguji hipotesa penelitian, terlebih dahulu diidentifikasikan variabel-variabel penelitiannya. Dari pengertiannya, variabel adalah ciri-ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah. Ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan untuk dilakukan pengukuran, baik secara kuantitatif ataupun secara kualitatif (Sudjana, dalam Sihombing 2011).

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel tergantung (VT) : Kepuasan Berwirausaha 2. Variabel bebas (VB) : Konflik Peran Ganda B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan pengukuran untuk mengukur variabel tersebut (Wirakristama, 2011). Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(39)

Kepuasan berwirausaha adalah perasaan emosional positif seseorang pada segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan berwirausaha yang dilakoni. Di mana indikator kepuasan berwirausaha terdiri dari tiga aspek Carree dan Verheul (2011), yaitu: income, psychological well being, dan leisure time.

Kepuasan berwirausaha dapat dilihat dari skor yang diperoleh pada skala kepuasan berwirausaha. Semakin tinggi skor yang dicapai, maka semakin tinggi pula kepuasan dalam berwirausaha pada wanita. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai, maka semakin rendah pula kepuasan dalam berwirausaha pada wanita.

2. Konflik Peran Ganda

Konflik peran ganda merupakan ketidakseimbangan seseorang dalam memberi perhatian yang sama pada dua peran yang berbeda secara bersamaan. Dalam penelitian ini, akan diukur dengan menggunakan alat ukur berupa skala konflik peran ganda yang berdasarkan pada tiga dimensi konflik peran ganda Greenhaus dan Beutell (1985). Ketiga dimensi tersebut meliputi: time based conflict, strain based conflict, dan behavior based conflict.

Konflik peran ganda dapat dilihat dari skor yang diperoleh pada skala konflik peran ganda. Semakin tinggi skor yang dicapai, maka semakin tinggi pula konflik peran ganda wirausaha wanita dalam menjalankan perannya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai, maka semakin rendah pula konflik peran ganda wirausaha wanita dalam menjalankan perannya.


(40)

C. Subjek Penelitian Dan Teknik Sampling 1. Subjek Penelitian

Dalam suatu penelitian, Hadi (2000) mengutarakan bahwa populasi dan sampel yang digunakan merupakan atribut penting yang harus ditinjau. Populasi adalah keseluruhan penduduk yang hendak dijadikan bahan penelitian untuk digeneralisasikan.

Adapun yang menjadi karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah:

a. Wirausaha wanita yang telah menikah

b. Telah menjalani wirausaha selama minimal tiga tahun.

Mengingat keterbatasan peneliti dalam menjangkau seluruh jumlah populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang dikenal dengan sampel. Di mana sampel adalah perwakilan populasi yang dianggap mampu mewakili populasi tersebut (Hadi, 2000). Sehingga sampel adalah cerminan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Mas’ud, dalam Wirakristama, 2011).

2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan teknik non-probabilty sampling (jumlah populasi yang digunakan sebagai sampel tidak diketahui) dengan memakai teknik purposive sampling—teknik yang menentukan sampel berdasarkan kriteria atau karakter yang telah ditetapkan oleh peneliti yang


(41)

bersangkut paut dengan kriteria atau karakter populasi yang telah diketahui terlebih dahulu (Hadi, 2000).

3. Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah sampel yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 150 wirausaha wanita yang telah menikah.

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan sepanjang pinggir jalan kota Medan.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ilmiah, metode pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang relevan, akurat, terpercaya (Supranto, dalam Wirakristama, 2011). Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

a. Metode Self Report

Metode self report dipakai untuk memperoleh informasi diri mengenai nama, usia, jumlah pendapatan per bulan, status pernikahan, suku, jenis usaha, lokasi berwirausaha dan lama berwirausaha. Dalam hal ini subjek diminta untuk mengisi daftar pertanyaan yang telah tersedia pada skala.

b. Metode Skala

Metode skala adalah suatu metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek penelitian (Irawaty & Kusumaputri,


(42)

2008). Metode skala diisi berdasarkan pengetahuan dan keyakinan subjek yang bersangkutan (Hadi, dalam Irawaty & Kusumaputri, 2008). Biasanya skala mengukur atribut non-kognitif, yang berisi gambaran aspek kepribadian pada individu (Azwar, 2012).

Dalam penelitian ini, skala yang diberikan mengacu pada skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, dalam Wirakristama, 2011). Terdapat dua buah skala yang digunakan yakni skala kepuasan wirausaha dan skala konflik peran ganda.

a. Skala Kepuasan berwirausaha

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, skala disusun berdasarkan aspek kepuasan wirausaha, yakni: income, psychological well being, dan leisure time (Carree & Verheul, 2011). Di mana aspek yang digunakan dalam penelitian ini menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mengetahui sejauh mana skor total seseorang mengalami kepuasan dalam berwirausaha.

Skala kepuasan wirausaha yang digunakan terdiri atas 30 aitem, yakni: 18 aitem favourable dan 12 aitem unfavourable. Masing-masing aitem memiliki lima alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Dengan nilai masing-masing aitem favourable, SS= 5, S= 4, N= 3, TS= 2, dan STS= 1. Sebaliknya, nilai masing-masing aitem unfavourable, SS= 1, S= 2, N= 3, TS=4, dan STS= 5.


(43)

Tabel 1. Blue Print Skala Kepuasan Berwirausaha Sebelum Uji Coba No Aspek-aspek

Kepuasan Berwirausaha

Indikator Jenis aitem Total %

Favorable Unfavorable

1 Income - Senang dengan

pendapatan yang diperoleh - Pemasukan memberikan

hasil yang sesuai terhadap pengeluaran

- Menjadikan keuntungan sebagai faktor

penyemangat dalam bekerja

1, 7, 10, 16, 22, 28

4, 13, 19, 25 10 33,3%

2 Psychological well being

- Mengalami kepuasan dalam menggeluti wirausaha

- Mendapat dukungan sosial

2, 5, 8, 11, 17, 29

14, 20, 23, 26 10 33,3%

3 Leisure time - Tidak terikat oleh waktu - Mampu menyesuaikan

waktu pribadi dengan waktu berwirausaha

3, 6, 9, 24, 27, 30

12, 15, 18, 21 10 33,3%

Total 18 12 30 100%

b. Skala Konflik Peran Ganda

Skala konflik peran ganda yang digunakan dalam penelitian ini ialah untuk mengukur taraf konflik peran ganda yang dialami oleh partisipan. Dengan menggunakan tiga dimensi konflik peran ganda dari Carree dan Verheul yang dianggap mempengaruhi konflik peran ganda pada seseorang. Ketiga dimensi tersebut meliputi: time based conflict, strain based conflict, dan behavior based conflict.

Skala konflik peran ganda yang digunakan terdiri atas 29 aitem, yakni: 18 aitem favourable dan 11 aitem unfavourable. Masing-masing aitem memiliki lima


(44)

alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Dengan nilai masing-masing aitem favourable, SS= 5, S= 4, N= 3, TS= 2, dan STS= 1. Sebaliknya, nilai masing-masing aitem unfavourable, SS= 1, S= 2, N= 3, TS=4, dan STS= 5.

Tabel. 2 Blue print Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji coba No Aspek-aspek

Konflik Peran Ganda

Indikator Jenis aitem Total %

Favorable Unfavorable

1 Time based

conflict

- Memiliki keterbatasan waktu

- Sulit membagi waktu

1, 4, 7, 10, 13, 28

16, 19, 22, 25 10 35%

2 Behavior based conflict

- Sulit melakukan

perubahan perilaku dari peran satu ke peran yang lain

- Mencampuradukkan tanggung jawab

11, 14, 23, 26 2, 5, 8, 17, 20 9 30%


(45)

conflict berkurang akibat tekanan dalam pekerjaan

- Turunnya performa dalam berwirausaha akibat masalah keluarga

- Mengalami hal-hal yang bersifat negatif (depresi, cemas, lelah, mudah marah, sensiitif)

24, 27, 29

Total 18 11 29 100%

E. Uji Coba Alat Ukur

Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian sosial khususnya Psikologi adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat penting, artinya kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila didasarkan pada info yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2003). Dengan memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat pengumpulan data memiliki peranan penting. Baik atau tidaknya suatu alat pengumpulan data dalam mengungkap kondisi yang ingin diukur tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan.

1. Validitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2010) validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dengan tujuan ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau data yang dihasilkan relevan dengan tujuan pengukurannya. Suatu alat ukur yang tinggi validitasnya akan menghasilkan eror pengukuran yang kecil, artinya skor setiap subjek yang diperoleh oleh alat ukur tersebut tidak jauh berbeda dari skor yang sesungguhnya. Adapun dalam


(46)

penelitian ini, konsep validitas yang hendak dicapai oleh alat ukur adalah validitas tampang dan validitas isi.

Dalam upaya memperkuat validitas tampang (face validity) alat ukur seperti format tampilan (appearance) tes, apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa validitas tampang telah terpenuhi (Azwar, 2009).

Dalam menegakkan validitas isi, peneliti berkonsultasi dengan pembimbing yang ahli (professional judgement) di bidang kepuasan berwirausaha dan konflik peran ganda dalam proses telaah aitem sehingga aitem–aitem yang telah dikembangkan memang mengukur apa yang hendak diukur (Suryabrata, 2000). Setelah itu diuji validitas isi dengan menggunakan koefisien validitas isi Aiken’s V. Formula Aiken’s V didasarkan pada penilaian panel ahli sebanyak 3 orang pada aitem-aitem kepuasan berwirausaha, dan aitem-aitem konflik peran ganda mengenai sejauh mana aitem tersebut memiliki konstrak yang diukur (Azwar, 2012).

Penilaian aitem pada formula Aiken’s V dilakukan dengan cara memberikan angka 1 (yaitu sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat mewakili atau sangat relevan) oleh professional judgement. Berikut penggunaan rumus Aiken’s V:

Keterangan: 1= Angka penilaian terendah V= ∑ s/ [n(c-1)]


(47)

c= Angka penilaian validitas tertinggi (dalam hal ini 5) n= Jumlah professional judgement

s= Jumlah angka yang diberikan professional judgement Selain itu peneliti juga berupaya untuk memperkuat validitas tampang (face validity) alat ukur seperti format tampilan (appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa validitas tampang telah terpenuhi (Azwar, 2009).

2. Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes (Azwar, 2012).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2012). Menurut Azwar (2012), prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan


(48)

fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik. Uji daya beda aitem dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala kepuasan berwirausaha dan konflik peran ganda.

3. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas mengacu pada keterpercayaan atau konsistensi alat ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran (Azwar, 2012). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2012).

Menurut Triton (2006) kategori reliabilitas pengukuran terbagi atas 5 (lima) bagian, yaitu:

1. 0,00 s/d 0,20 (kurang reliabel) 2. 0,20 s/d 0,40 (agak reliabel) 3. 0,40 s/d 0,60 (cukup reliabel) 4. 0,60 s/d 0,80 (reliabel)

5. 0,80 s/d 1,00 (sangat reliabel)

Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan untuk skala kepuasan berwirausaha dan konflik peran ganda adalah koefisien alpha cronbach dengan bantuan SPSS versi 20 for windows.


(49)

Uji coba alat ukur ini disebar kepada 96 wirausaha wanita yang telah menikah dan berdomisili di Medan. Namun, skala yang dijadikan uji coba berjumlah 61 buah. Peneliti memilih dan memilah mana skala yang memiliki daya beda aitem yang baik. Hal ini dikarenakan banyaknya aitem yang terbuang apabila 96 buah skala diuji secara bersamaan.

Pengolahan data diproses melalui uji reliabilitas dan uji daya beda aitem dengan menggunakan program SPSS versi 20 for windows.

1. Skala Kepuasan Berwirausaha

Hasil analisis skala kepuasan berwirausaha menunjukkan bahwa dari 30 aitem terdapat 18 aitem yang memiliki daya beda tinggi. Adapun 12 aitem yang gugur dikarenakan daya beda aitem yang tidak baik yaitu aitem nomor 6, 8, 10, 12, 13, 16, 20, 21, 25, 26, dan 29. Hasil uji daya beda aitem ini menggunakan batasan rix

≥ 0,30. Sehingga aitem yang memiliki daya beda dibawah 0,30 dianggap gugur

(Azwar, 2012). Pada skala kepuasan berwirausaha menunjukkan hasil reliabilitas dengan menggunakan teknik reliabilitas Alpha Cronbach, maka diperoleh hasil rxx’ = 0,847. Dapat dikatakan skala kepuasan berwirausaha memiliki reliabilitas

yang tinggi.

Tabel 3. Distribusi Aitem Hasil Uji Coba Skala Kepuasan Berwirausaha No Aspek-aspek

Kepuasan Berwirausaha

Indikator Jenis aitem Total %

Favorable Unfavorable

1 Income - Senang dengan

pendapatan yang diperoleh - Pemasukan memberikan

hasil yang sesuai terhadap pengeluaran

- Menjadikan keuntungan

1, 7, 10*, 16*, 22, 28


(50)

sebagai faktor penyemangat dalam bekerja

2 Psychological well being

- Mengalami kepuasan dalam menggeluti wirausaha

- Mendapat dukungan sosial

2, 5, 8*, 11, 17, 29*

14, 20*, 23, 26*

10 33,3%

3 Leisure time - Tidak terikat oleh waktu - Mampu menyesuaikan

waktu pribadi dengan waktu berwirausaha

3, 6*, 9*, 24, 27, 30

12*, 15, 18, 21*

10 33,3%

Total 18 12 30 100%

NB: * Aitem yang memiliki daya beda yang rendah

Setelah diketahui mana aitem-aitem yang memiliki daya beda di atas ≥ 0,30, selanjutnya, peneliti kembali menyusun skala kepuasan berwirausaha dengan melakukan penyesuaian nomor pada aitem-aitem tersebut—yang selanjutnya digunakan untuk mengambil data penelitian. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat tabel di bawah berikut ini.

Tabel 4. Penomoran Aitem-Aitem Skala Kepuasan Berwirausaha yang Digunakan

Variabel Dimensi Aitem Jumlah %

Favorable Unfavorable

Kepuasan Bewirausaha

Income 1, 7, 8, 10 16, 17 6 33,33%

Psychological well being

2, 4, 5, 6 13, 14 6 33,33% Leisure time 3, 9, 11, 12 15, 18 6 33,33%


(51)

Selanjutnya, peneliti memakai penomoran skala ini untuk digunakan pada data penelitian. Hasil uji reliabilitas dan daya beda aitem dapat dilihat pada lampiran.

2. Skala Konflik Peran Ganda

Hasil analisis skala konflik peran ganda menunjukkan bahwa dari 29 aitem terdapat 19 aitem yang memiliki daya beda tinggi. Adapun 10 aitem yang gugur dikarenakan daya beda aitem yang tidak baik yaitu aitem nomor 2, 3, 5, 6, 7, 12, 14, 18, 23, dan 28. Hasil uji daya beda aitem ini menggunakan batasan rix ≥ 0,30.

Sehingga aitem yang memiliki daya beda dibawah 0,30 dianggap gugur (Azwar, 2012). Pada skala konflik peran ganda menunjukkan hasil reliabilitas dengan menggunakan teknik reliabilitas Alpha Cronbach, maka diperoleh hasil rxx’ =

0,875. Dapat dikatakan skala konflik peran ganda memiliki reliabilitas yang tinggi.


(52)

No Aspek-aspek Konflik Peran Ganda

Indikator Jenis aitem Total %

Favorable Unfavorable

1 Time based

conflict

- Memiliki keterbatasan waktu

- Sulit membagi waktu

1, 4, 7*, 10, 13, 28*

16, 19, 22, 25 10 35%

2 Behavior based conflict

- Sulit melakukan

perubahan perilaku dari peran satu ke peran yang lain

- Mencampuradukkan tanggung jawab

11, 14*, 23*, 26

2*, 5*, 8, 17, 20

9 30%

3 Strain based conflict

- Perhatian pada keluarga berkurang akibat tekanan dalam pekerjaan

- Turunnya performa dalam berwirausaha akibat masalah keluarga

- Mengalami hal-hal yang bersifat negatif (depresi, cemas, lelah, mudah marah, sensiitif)

3*, 9, 12*, 18*, 21, 24, 27, 29

6*, 15 10 35%

Total 18 11 29 100%

NB: * Aitem yang memiliki daya beda yang rendah

Setelah diketahui mana aitem-aitem yang memiliki daya beda di atas ≥ 0,30, selanjutnya, peneliti kembali menyusun skala konflik peran ganda dengan melakukan penyesuaian nomor pada aitem-aitem tersebut—yang selanjutnya digunakan untuk mengambil data penelitian. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat tabel di bawah berikut ini.


(53)

Tabel 6. Penomoran Aitem-Aitem Skala Konflik Peran Ganda yang Digunakan

Variabel Dimensi Aitem Jumlah %

Favorable Unfavorable

Konflik Peran Ganda

Time based conflict

1, 4, 6, 9 13, 17, 18, 19 8 33,33%

Behavior based conflict

2, 7 14, 15, 16 5 33,33% Strain based

conflict

3, 5, 8, 10, 11

12, 6 31,03%

Total 19 100%

Selanjutnya, peneliti memakai penomoran skala ini untuk digunakan pada data penelitian. Hasil uji reliabilitas dan daya beda aitem dapat dilihat pada lampiran.

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam rangka melaksanakan penelitian ini, ada beberapa hal perlu yang dilakukan oleh peneliti:

a. Rancangan Alat dan Instrumen Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan alat ukur berupa skala kepuasan berwirausaha dan skala konflik peran ganda. Skala dibuat dalam bentuk booklet dengan ukuran kertas A4. Di mana skala tersebut terdiri atas lembar identitas, petunjuk pengisian, 30 pernyataan tentang kepuasan berwirausaha dan 29


(54)

pernyataan tentang konflik peran ganda. Masing-masing pernyataan terdapat lima kolom pilihan jawaban yang memudahkan sampel dalam menjawab.

Selanjutnya, skala tersebut ditelaah oleh profesional judgement dengan menggunakan metode Aiken’s V.

b. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan dengan memberikan alat ukur kepada 96 orang wirausaha wanita yang disesuaikan dengan karakteristik populasi. Penyebaran dilakukan ke beberapa tempat yang banyak terdapat wanita yang berwirausaha.

Dalam upaya menemukan responden yang tepat, peneliti terlebih dahulu menanyakan kepemilikan usaha serta lamanya waktu berwirausaha kepada calon responden. Hal ini dilakukan agar calon responden memang sesuai dengan subjek penelitian. Bila dirasa sesuai, peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi skala.

Banyak tantangan yang dirasa peneliti dalam melakukan penyebaran skala. Hal ini dikarenakan kesibukan responden dalam menjajakan usahanya serta tidak mengertinya responden dalam pengerjaan skala yang telah dijelaskan, sehingga cukup banyak calon responden yang menolak ketika diberikan skala. Penyebaran skala terhitung dari tanggal 15 November 2013 sampai 25 Januari 2014.


(55)

c. Revisi Alat Ukur

Setelah dilakukan uji coba, terlebih dahulu peneliti menguji daya beda aitem serta melakukan reliabilitas skala kepuasan berwirausaha dan konflik peran ganda dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20 for windows. Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi, maka peneliti melakukan revisi alat ukur. Peneliti mengambil aitem-aitem yang sudah lolos uji untuk dijadikan skala kepuasan berwirausaha dan skala konflik peran ganda yang siap pakai. Skala inilah yang kemudian digunakan dalam mengambil data penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diuji cobakan dan direvisi, kemudian peneliti mulai melakukan pengambilan data kepada 150 sampel penelitian yaitu wirausaha wanita yang telah menikah dan menjalani wirausaha minimal tiga tahun. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 28 Januari 2014 sampai 14 Februari 2014.

Sama halnya dengan uji coba alat ukur sebelumnya, pada pelaksanaan penelitian ini peneliti mendatangi satu per satu wirausaha wanita yang berada di pinggir jalan. Sebelum memberikan skala penelitian, terlebih dahulu peneliti menanyakan kepemilikan usaha serta lamanya waktu berwirausaha. Selain itu, peneliti juga memanfaatkan jaringan teman-teman yang memiliki orang tua, saudara, ataupun tetangga yang berwirausaha wanita—untuk dimintai tolong


(56)

dalam menyebarkan skala. Tentu saja dijelaskan terlebih dahulu karakteristik subjek penelitian yang dimaksud sebelum meminta tolong kepada teman.

3. Pengolahan Data Penelitian

Setelah data semua subjek terkumpul, maka data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS versi 20 for windows.

H. Metode Analisa Data

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita, maka data dianalisa dengan menggunakan analisa pearson product moment. Hal ini dikarenakan peneliti ingin menganalisa kedua hubungan antar variabel.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan analisa statistika. Keseluruhan analisa data dilakukan dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS for windows 20 version. Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan pearson product moment, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas (Hadi, 2000).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variabel bebas (konflik peran ganda) dan variabel tergantung (kepuasan berwirausaha) dalam penelitian ini sebenarnya telah normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji


(57)

Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS versi 20 for windows. Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu (Hadi, 2000).

Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0 ,05 maka sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).

2. Uji Linieritas

Uji linieritas merupakan hubungan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut tidak signifikan maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan program komputer SPSS versi 20 for windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000).

BAB IV


(58)

Pada bab ini akan dipaparkan terkait analisis data dan pembahasan sesuai dengan hasil dari data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah wirausaha wanita yang telah menikah dan menjalani usahanya selama minimal tiga tahun. Dari 150 wirausaha wanita yang dijadikan subjek, diperoleh gambaran berdasarkan usia, jumlah pendapatan rata-rata per bulan, status pernikahan, suku, dan lokasi berwirausaha.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan penggolongan usia Papalia (2008), maka rentang usia yang di bawah 20 tahun disebut periode remaja, rentang usia 21-40 tahun disebut periode dewasa awal, rentang usia 41-65 tahun disebut periode dewasa paruh baya, dan rentang usia 65 tahun ke atas disebut periode dewasa akhir. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Kategori Usia Jumlah (N) Persentase (%)

Remaja ≤ 20 tahun 3 orang 2%

Dewasa awal 21-40 tahun 107 orang 71,3%

Dewasa paruh baya 41-65 tahun 39 orang 26% Dewasa akhir 65 tahun ke atas 1 orang 0,66%

Total 150 100%

Dari data yang diambil, dapat dikatakan bahwa subjek yang berusia ≤ 20 tahun sebanyak 3 orang (2%), subjek yang berusia dewasa awal sebanyak 107 orang (71,3%), subjek berusia dewasa paruh baya sebanyak 39 orang (26%), dan subjek


(59)

yang berusia dewasa akhir sebanyak 1 orang (0,66%). Sehingga dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa subjek yang berusia dewasa awal memiliki jumlah proporsi terbanyak, dan subjek yang berusia dewasa akhir memiliki jumlah proporsi tersedikit.

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan status pernikahan, subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yakni menikah dan bercerai. Deskripsi lanjut tentang subjek berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Jumlah (N) Persentase (%)

Menikah 144 96%

Bercerai 6 4%

Total 150 orang 100 %

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang telah menikah sebanyak 96%, sedangkan subjek yang telah bercerai sebanyak 4%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini subjek yang berstatus menikah lebih banyak dibanding yang berstatus janda.

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Asumsi Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita. Oleh karena


(60)

itu, sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Berikut hasil uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebar secara normal atau tidak:

Tabel 9. Normalitas Sebaran Variabel Kepuasan Berwirausaha dan Konflik Peran Ganda

Variabel Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk Keterangan

Kepuasan Berwirausaha 0,200 0,802 Normal

Konflik Peran Ganda 0,200 0,133 Normal

Kaidah normal yang digunakan adalah jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Field, 2009).

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan kolmogorov smirnov dan shapiro wilk dengan metode statistik liliefors. Hasil uji normalitas data menunjukkan nilai P = 0,200 (kolmogorov smirnov) pada variabel kepuasan berwirausaha dan konflik peran ganda. Sedangkan analisis data shapiro wilk juga menunjukkan nilai P = 0,802 pada kepuasan berwirausaha dan nilai P = 0,133 pada konflik peran ganda.


(61)

Berdasarkan analisis tersebut, maka variabel kepuasan berwirausaha dan konflik peran ganda mengikuti sebaran normal. Hal ini diperoleh karena nilai P > 0,05. Selain uji statistik, uji normalitas ini dapat juga diketahui dengan analisis grafik yaitu Q-Q plot.

Gambar 1. Grafik Normalitas Kepuasan Berwirausaha


(62)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa data terdistribusi secara normal, karena kebanyakkan titik-titik tersebut berada sangat dekat dengan garis bahkan ada yang menempel pada garis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini mengikuti distribusi normal.

b. Uji Linieritas

Berikut hasil uji linieritas untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antar kedua variabel:

Tabel 10. Hasil Pengujian Linieritas

Variabel F P Keterangan

Kepuasan Berwirausaha* Konflik Peran Ganda


(63)

Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan analisis statistik test for linearity. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah jika nilai P < 0,05 maka hubungan antara kedua variabel dinyatakan linier. Sebaliknya, jika nilai P > 0,05 berarti hubungan antara kedua variabel dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000).

Berdasarkan hasil uji linieritas di atas, diperoleh nilai F = 121, 712 dan nilai P = 0,000. Dengan nilai P < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tergantung dan variabel bebas dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linier.

c. Hasil Utama

Berikut adalah hasil utama mengenai hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha yang dijabarkan dengan menggunakan teknik pearson product moment dengan bantuan SPSS versi 20 for windows.

Tabel 11. Hasil Perhitungan Pearson Product Moment Correlations

TOTAL KEP TOTAL KPG TOTAL

KEP

Pearson Correlation 1 -,656**

Sig. (1-tailed) ,000

N 150 150

TOTAL KPG

Pearson Correlation -,656** 1

Sig. (1-tailed) ,000

N 150 150

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi hubungan yang signifikan, sebaliknya jika nilai > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan (Field, 2009).


(64)

Berdasarkan hasil analisa data dan perhitungan korelasi dengan menggunakan pearson product moment diperoleh korelasi y = -,656 dan P = 0,000 pada level 0,01 dengan hipotesa 1 arah. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha.

2. Hasil Tambahan

a. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik

Deskripsi tingkat konflik peran ganda dan kepuasan berwirausaha dari penelitian ini dapat dilihat dari mean empirik dan mean hipotetik pada tabel 12 berikut:

Tabel 12. Perbandingan Skor Empirik dan Skor Hipotetik Kepuasan Berwirausaha Dengan Konflik Peran Ganda

Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD Kepuasan

Berwirausaha

18 90 54 12 40 83 61,5 7,16

Konflik Peran Ganda

19 95 57 12,6 21 68 44,5 7,83

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh mean hipotetik (µ) skala kepuasan berwirausaha adalah 54 dengan standar deviasi 12 dan mean empirik (X) sebesar 61,5 dengan standar deviasi 7,16. Hasil perbandingan mean hipotetik (µ) dan mean empirik (X) dari variabel kepuasan berwirausaha menunjukkan bahwa µ (54) < X (61,5).

Demikian pula dengan variabel konflik peran ganda, di mana mean hipotetik (µ) konflik peran ganda adalah 57 dengan standar deviasi 12,6 dan mean empirik


(65)

sebesar 44,5 dengan standar deviasi 7,83. Hasil perbandingan mean hipotetik (µ) dan mean empirik (X) dari variabel konflik peran ganda menunjukkan bahwa µ (57) > X (44,5).

b. Kategorisasi Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilakukan pengkategorisasian yang didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian telah terdistribusi secara normal (Azwar, 2012). Adapun kriteria kategori terbagi atas tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 13. Norma Skor Kategorisasi Rentang Nilai

Rendah X < (µ - 1.0 SD) Sedang (µ - 1.0 SD) ≤ X < (µ + 1.0 SD)

Tinggi X ≥ (µ + 1.0 SD)

Dari tabel norma skor di atas, didapat kategorisasi jenjang variabel kepuasan wirausaha dan konflik peran ganda sebagai berikut.

Tabel 14. Kategorisasi Jenjang Data Hipotetik Kepuasan Berwirausaha dan Konflik Peran Ganda

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase (%) Kepuasan

Berwirausaha

X< 42 Rendah 1 0,6

42 ≤ X < 66 Sedang 94 62,6

66 ≤ X Tinggi 55 36,6

Konflik Peran Ganda

X< 45 Rendah 55 36,6

45 ≤ X < 69 Sedang 94 62,6


(66)

Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui subjek penelitian yang memiliki skor kepuasan berwirausaha yang tinggi sekitar 36,6%, sedangkan yang berada dalam kategori sedang sebanyak 62,6% dan subjek yang berada di tingkat kepuasan berwirausaha dalam kategori rendah adalah 0,6%. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa subjek penelitian yang terbanyak berada pada kategori sedang.

Pada variabel konflik peran ganda, terdapat skor konflik peran ganda yang tinggi berada di kisaran 0,6%, sedangkan yang berada dalam kategori sedang sebanyak 62,6% dan subjek yang berada di kategori rendah berkisar 36,6%. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa subjek penelitian yang terbanyak berada pada kategori sedang.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini membahas tentang hubungan konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita. Di mana hipotesis dalam penelitian ini adalah, “konflik peran ganda berhubungan negatif dengan kepuasan berwirausaha”.

Dari hasil pengujian statistik yang dilakukan, didapat korelasi sebesar -0,656 dan P = 0,000 dengan hipotesa 1 arah (lihat tabel 11.). Hal ini menunjukkan bahwa antara konflik peran ganda dan kepuasan berwirausaha memiliki hubungan negatif yang amat signifikan. Hasil analisis data yang telah dilakukan tersebut mendukung hipotesis penelitian tersebut di mana konflik peran ganda berhubungan negatif dengan kepuasan berwirausaha. Artinya, semakin tinggi


(67)

konflik peran ganda yang terjadi, semakin rendah kepuasan berwirausaha seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan terdapatnya hubungan negatif antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha, yaitu:

Pertama. Dalam proses memperoleh kepuasan, seorang wirausaha tentu saja akan mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Salah satunya adalah konflik peran ganda. Dalam berwirausaha, khususnya wirausaha wanita, hambatan yang paling sering dialami adalah sulitnya membagi waktu antara membangun bisnis dengan mengurus rumah tangga—yang dalam budaya patriarkhi wanita merupakan ibu dan istri bagi anak-anak maupun suami (Hardanti, dalam Susanto, 2009). Tanggung jawab yang besar inilah yang sering menimbulkan terjadinya konflik peran ganda (Das, 2001).

Kedua. Konflik peran ganda yang dialami wanita dapat mengurangi kesehatan fisik maupun mental dalam bekerja (Widyarini, dalam Soeharto, 2004). Hal ini diyakini dapat menurunkan kualitas performa wirausaha wanita (Kossek & Ozeki, dalam Soeharto, 2004) serta mengurangi well being ketika berwirausaha (Andersson 2008; Feldman & Bolino 2011). Menurut Kim & Ling (dalam Laksmi, 2012), menyatakan bahwa konflik peran ganda yang terjadi dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang, dan tentu hal ini berpengaruh pada wirausahawan yang ingin mencapai kepuasan dalam berwirausaha.


(68)

Berdasarkan hasil kategorisasi konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita yang berjumlah 150 orang, diperoleh bahwa wirausaha wanita berada pada tingkat sedang dalam hal konflik peran ganda dan kepuasan berwirausaha. Di mana perbandingan antara kepuasan berwirausaha yang tinggi, sedang, dan rendah adalah 1:95:55 (tabel 14.). Pada konflik peran ganda, nilai yang tinggi, sedang, rendah adalah 55:95:1 (lihat tabel 14.). Ini menunjukkan bahwa kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita sudah terbentuk, namun masih tersandung oleh berbagai macam faktor. Di mana salah satu faktor yang dapat menurunkan kepuasan berwirausaha seseorang itu adalah konflik peran ganda.

Menurut Pristiana (2003), seorang wanita yang telah berkeluarga memiliki kepercayaan diri yang kurang untuk berwirausaha, sehingga menimbulkan terjadinya keraguan di dalam diri. Ditambah lagi dengan adanya pandangan masyarakat yang menyatakan bahwa seharusnya wanita yang berhasil itu adalah wanita yang mampu mengurus rumah tangga dengan baik (Widianingtyas, dalam Riyanti, 2007).


(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan terhadap seluruh uraian permasalahan yang terdapat dalam penelitian dan gambaran mengenai hasil-hasil penelitian yang diperoleh, serta akan dikemukakan saran praktis dan metodologis untuk penelitian selanjutnya yang mengambil tema sama.


(1)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ada sejumlah pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap

pernyataan. Bapak/Ibu diminta untuk memilih salah satu pilihan yang tersedia di

sebelah kanan pernyataan berdasarkan keadaan diri Bapak/Ibu yang sesungguhnya.

Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan Bapak/Ibu. Alternative jawaban

yang tersedia terdiri dari 5 pilihan, yaitu:

STS

: bila Bapak/Ibu merasa

Sangat Tidak Sesuai

dengan pernyataan

tersebut.

TS

: bila Bapak/Ibu merasa

Tidak Sesuai

dengan pernyataan tersebut.

N

: bila Bapak/Ibu merasa

Ragu-ragu

dengan pernyataan tersebut.

S

: bila Bapak/Ibu merasa

Sesuai

dengan pernyataan tersebut.

SS

: bila Bapak/Ibu merasa

Sangat Sesuai

dengan pernyataan tersebut.

Berikan tanda X (silang) pada kolom jawaban yang Bapak/Ibu anggap

paling sesuai.

Contoh Pengisian Skala:

NO PERNYATAAN

Sangat

Sesuai

Sesuai Netral Tidak

Sesuai

Sangat

Tidak

Sesuai

1

Saya bahagia menjalankan

usaha ini.

SS

S

N

TS

STS

Jika Bapak/Ibu ingin mengganti jawaban, berikan tanda = pada jawaban

yang salah dan berikan tanda silang pada kolom jawaban yang Bapak/Ibu anggap

paling sesuai.

Contoh Koreksi Jawaban:

NO PERNYATAAN

Sangat

Sesuai

Sesuai Netral Tidak

Sesuai

Sangat

Tidak

Sesuai


(2)

1

Saya bahagia menjalankan

usaha ini.

SS

S

N

TS

STS


(3)

BAGIAN I

NO PERNYATAAN Sangat

Sesuai

Sesuai Netral Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai 1. Saya merasa puas dengan kondisi keuangan

saya

SS S N TS STS

2. Usaha yang dijalankan mendatangkan kebahagiaan buat saya

SS S N TS STS

3. Saya memiliki banyak waktu luang dalam menjalankan usaha

SS S N TS STS

4. Saya menjalankan usaha dengan hati yang mantap

SS S N TS STS

5. Usaha yang dijalankan menjadi hobi baru bagi saya

SS S N TS STS

6. Menurut saya, berwirausaha sesuai dengan minat saya

SS S N TS STS

7. Dengan berwirausaha, saya mampu memenuhi kebutuhan keluarga

SS S N TS STS

8. Keuntungan yang diperoleh membuat saya bertahan dalam usaha ini

SS S N TS STS

9. Mudah bagi saya mengikuti suatu kegiatan di saat berwirausaha

SS S N TS STS

10. Keuntungan yang diperoleh memacu saya untuk terus berwirausaha

SS S N TS STS

11. Saya dapat menggabungkan waktu kerja dan tanggung jawab rumah tangga

SS S N TS STS

12. Saya bisa mengendalikan jalannya usaha, meskipun tidak berada di tempat

SS S N TS STS

13. Perasaan saya khawatir dalam menjalankan usaha

SS S N TS STS


(4)

14. Usaha yang dijalani seperti beban bagi saya SS S N TS STS 15. Saya kesulitan membagi waktu antara usaha

dengan kegiatan lain

SS S N TS STS

16. Keuntungan yang diperoleh belum memenuhi harapan saya

SS S N TS STS

17. Penghasilan yang saya peroleh belum cukup menggantikan waktu, tenaga, dan pikiran yang saya keluarkan

SS S N TS STS

18. Kegiatan berwirausaha sangat menyita waktu saya


(5)

BAGIAN II

NO PERNYATAAN Sangat

Sesuai

Sesuai Netral Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai 1. Saya merasa waktu bersama keluarga menjadi

berkurang setelah berwirausaha

SS S N TS STS

2. Keluarga saya mengeluh, ketika membawa pekerjaan ke dalam rumah tangga

SS S N TS STS

3. Saya kurang semangat mengurus keluarga akibat kelelahan dalam bekerja

SS S N TS STS

4. Tak ada waktu bagi saya untuk mengurus hal lain di luar usaha

SS S N TS STS

5. Saya tidak fokus dalam bekerja bila ada masalah di luar usaha saya

SS S N TS STS

6. Kesibukan saya sebagai seorang wirausaha membuat waktu bersama keluarga menjadi sedikit

SS S N TS STS

7. Saya kesulitan mengubah perilaku saya antara di rumah dan di tempat saya berwirausaha

SS S N TS STS

8. Ada rasa khawatir menjalankan peran sebagai wirausaha dan ibu rumah tangga sekaligus

SS S N TS STS

9. Kesibukan dalam mengurus usaha membuat saya jarang menghadiri acara keluarga

SS S N TS STS

10. Saya ragu dapat menjalankan peran sebagai wirausaha dan ibu rumah tangga dengan baik

SS S N TS STS

11. Perasaan saya gelisah bila keluarga menanyakan perkembangan usaha yang sedang menurun

SS S N TS STS

12. Tuntutan sebagai ibu rumah tangga tidak menghalangi saya untuk bekerja dengan baik

SS S N TS STS

13. Sebisa mungkin saya mencoba menghadiri SS S N TS STS


(6)

acara keluarga di sela-sela kesibukan saya 14. Saya mampu membedakan perilaku saya antara

di rumah dengan di tempat saya berwirausaha

SS S N TS STS

15. Saya bersifat lembut pada keluarga, namun disiplin ketika berada di tempat kerja

SS S N TS STS

16. Saya mampu menempatkan posisi sebagai ibu rumah tangga ketika berada di rumah dan sebagai seorang wirausaha ketika di tempat kerja

SS S N TS STS

17. Saya memberikan porsi waktu yang seimbang antara keluarga dengan usaha saya

SS S N TS STS

18. Saya mampu mengatur waktu antara berwirausaha dengan keluarga

SS S N TS STS

19. Saya berusaha menghadiri acara keluarga di tengah-tengah kesibukan saya

SS S N TS STS

MOHON PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA, PASTIKAN

TIDAK ADA JAWABAN YANG KOSONG

TERIMA KASIH