Gangguan tidur dan circadian rhythm juga didapatkan pada orang-orang yang menderita bipolar disorder, walaupun tidak jelas apakah yang bertanggung jawab
untuk underlying sleep disturbances adalah circadian timer atau sleep homeostat. Telah diajukan bahwa perubahan circadian rhythm seseorang dapat menjadi trigger
untuk bipolar disorder, terutama mania Robotham, 2011.
2.3. Tahap-Tahap Tidur
Pada saat tidur, kita melewati empat tahap non-REM sleep 75-80 total tidur pada dewasa rata-rata sebelum memulai REM sleep. Proses ini bersifat siklus dan
selama tidur dalam satu hari, kita dapat mengalami 4-5 siklus non-REM dan REM sleep berulang dengan setiap siklus berdurasi 90-110 menit. Para peneliti hanya baru-
baru ini mulai mengerti prosesnya, terutama sejak penelitian mengenai tidur dibantu oleh tiga parameter, yaitu :
1. Aktivitas gelombang otak menggunakan electroencephalogram EEG, yang mengukur aktivitas listrik dalam otak,
2. Tonus otot melalui electromyogram EMG, dan 3. Pergerakan mata melalui electro-oculogram EOG [Robotham, 2011].
Dari ketiga parameter, EEG-lah yang paling penting dalam membantu membedakan tahap-tahap tidur yang berbeda. Ketika terjaga, otak kita
memperlihatkan sebuah pola gelombang otak yang dikenal dengan gelombang beta. Gelombang beta memiliki frekuensi tinggi, berarti mereka muncul cukup sering dan
bertubi-tubi, tapi rendah amplitudo, berarti mereka cukup kecil Robotham, 2011. Saat kita terjaga gelombang-gelombang ini tidak mengikuti pola yang tetap. Hal
ini masuk akal karena saat kita terjaga, otak kita sering melakukan beberapa tugas yang berbeda, menstimulasi otak dalam berbagai cara yang berbeda. Ketika kita
beristirahat dengan mata tertutup, aktivitas otak kita melambat dan menjadi lebih sinkron, gelombang otak ini dikenal dengan gelombang alpha Robotham, 2011.
Tahapan dalam siklus tidur yang normal dapat bagi menjadi lima tahapan, yaitu Robotham, 2011; Guyton, 2005; sherwood, 2001; National Sleep Foundation, 2006
:
Universitas Sumatera Utara
1. Tahap 1 non-REM
• Merupakan tahap pertama dari lima tahap tidur. • Merupakan bentuk tidur yang ringan.
• Secara esensial merupakan jembatan antara terjaga dan tidur. • Dapat dibangunkan dengan mudah.
• Pernapasan mulai melambat dan otak memproduksi gelombang theta,
gelombang yang lebih secil dan rendah dalam frekuensi dari gelombang alpha.
• Aktivitas otot, diukur dengan EMG, menunjukkan pelambatan pergerakan. • Terdapat hypnic jerks, gerakan yang tiba-tiba dan pendek, yang kadang-
kadang membangunkan individu yang tertidur, terutama bila disertai dengan perasaan jatuh, yang dialami orang banyak dari waktu ke waktu.
• Individu mungkin saja mengetahui keadaan sekitarnya, sehingga beberapa orang melaporkan pengalaman out-of body.
2. Tahap 2 non-REM
• Dialami beberapa menit setelah tahap pertama non-REM. • Pola pernapasan dan frekunsi denyut jantung melambat.
• Menjadi lebih tidak waspada dengan dunia luar. • Pergerakan mata berhenti.
• Gelombang theta menjadi lebih lambat dengan bursts of brain activity setiap
lebih kurang beberapa menit, bursts of activity ini kadang-kadang dikenal sebagai sleep spindles.
• Memiliki karakteristik aktivitas gelombang otak yang dikenal dengan K- complex, aktivitas EEG bervoltase tinggi dengan sharp downward spike
yang diikuti dengan slower upward component; kadang-kadang menyerupai sebuah gunung.
• Merupakan porsi terbesar dari siklus tidur manusia 45-50 tidur pada dewasa dan kadang-kadang disebut sebagai tidur yang sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
• Seperti tahap pertama, dianggap sebagai tidur yang cukup ringan dan bila dibangunkan mereka akan mengelak telah tertidur.
3. Tahap 3 dan 4 non-REM
• Merupakan tahap terakhir non-REM sleep. • Individu beralih dari gelombang theta pada tahap 1 dan 2 menjadi
gelombang delta, gelombang terbesar dan terlambat. • Tidak terdapat perbedaan yang pasti antara tahap 3 dan 4, kecuali pada
tahap 3, tidur terdiri dari kurang dari 50 gelombang delta dan pada tahap 4 terdiri dari lebih dari 50 gelombang delta. Sehingga sering juga disebut
dengan tidur gelombang lambat atau tidur dalam. • Pernapasan dan frekuensi denyut jantung berada pada level terendah.
• Bernapas secara ritmik dan aktivitas otot berkurang. • Merupakan tipe tidur yang menyegarkan, dan sangat penting dalam
membantu otak mengukuhkan apa yang sudah dipelajari pada siang hari. • Ketika dibangunkan, individu melaporkan merasa grogy dan disoriented
selama beberapa menit.
4. REM s
leep Paradoxial Sleep Desynchronized Sleep
• Dialami setelah melewati tahap 3 dan 4 non-REM sleep. • Pergerakan mata cepat, biasanya dengan mata tertutup seperti yang telah
ditemukan oleh Nathaniel Kleitman and Eugene Aserinsky pada tahun 1953. • Gelombang otak mirip dengan saat kita beristirahat walaupun berada dalam
keadaan tidur. • Aktivitas otak cukup tinggi dan dapat meningkatkan metabolisme otak
hingga 20. • Frekuensi pernapasan dan tekanan darah meningkat.
• Frekuensi pernapasan dan detak jantung menjadi tidak beraturan, hal ini
menunjukkan fase mimpi. • Seluruh otot sadar menjadi relaks sehingga kita tidak dapat menggerakkan
ektremitas kita, menunjukkan inhibisi kuat pada spinal muscle control areas.
Universitas Sumatera Utara
• Mata bergerak cepat walaupun terdapat inhibisi kuat pada peripheral musle. • Merupakan tahap tidur yang cukup dangkal.
• Rata-rata berlangsung selama 5-30 menit dan 3-5 episode setiap malam. • Sulit dibangunkan dengan stimulus sensorik daripada tidur dalam, namun
pada pagi hari bangun selama spontan selama masa REM sleep. • Dimulai 70-90 menit setelah tertidur.
• Mendominasi 25 waktu tidur individu. • Dapat mengalami mimpi karena bagian otak yang mengatur emosi, sensasi
dan ingatan menjadi lebih aktif.
Jumlah waktu tidur setiap tahap mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Individu yang mengalami depresi menunjukkan memiliki lebih banyak REM sleep,
memasuki tahap ini lebih dini, dan memiliki kepadatan REM yang bertambah. Untuk individu dengan skizophrenia, terdapat penundaan dalam mencapai tidur dalam dan
REM sleep. Individu dengan ansietas menghabiskan lebih sedikit waktu dalam tidur dalam. Namun, daerah ini perlu diteliti lebih lanjut untuk memberikan informasi
yang lebih akurat Robotham, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Gelombang otak pada tahap-tahap tidur Sumber : Robotham, 2011
Tidur yang buruk tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah total tidur, tetapi juga oleh kualitas tidur dan jumlah waktu yang dipergunakan untuk terjaga. Tidur yang
baik mencakup kelima tahap yang telah dibahas sebelumnya, dengan waktu yang cukup pada tahap tidur dalam Robotham, 2011.
2.4. Siklus Tidur-Terjaga