Dua alergen yang memberikan hasil positif adalah zat cobalt chloride 1 pada 5 orang, zat nickel suphate 5 pada 2 orang, dan kedua zat cobalt chloride 1 dan zat
nickel sulphate 5 pada 2 orang.
4.4. Pembahasan
Pemulung sampah merupakan tenaga lapangan yang berada di lokasi pembuangan akhir. Mereka turut memainkan peran penting di dalam pengolahan
sampah. Setiap hari mereka mengerumuni setiap truk sampah yang baru menurunkan muatan, mereka tidak peduli dengan alat berat yang harus mengangkut tumpukan
sampah guna ditimbun begitu truk sampah tiba. Sampah golongan plastik disisihkan, demikian juga dengan sampah dari kertas, kaleng, botol dan lainnya harus dipilah-
pilah. Berbagai barang bekas seperti plastik kotor, setelah disobek dengan gergaji besi, kemudian dipisahkan dengan barang bekas lainnya.
Pekerjaan ini dilakukan sepanjang hari dan sudah bertahun-tahun, tetapi jarang dari mereka yang memperhatikan bahaya paparan keselamatan dan kesehatan
yang ada di lingkungan kerja. Pemulung menggunakan peralatan keranjang di punggung, gancu di tangan, dan bersepatu atau sandal seadanya, ada pula yang
melindungi kepala dengan topi, tanpa menghiraukan bau busuk, panas dan hujan. Para pemulung terdiri dari orang tua atau muda, bahkan ada yang masih anak-anak.
Ketika truk sampah tidak datang, para pemulung berteduh dengan atap yang terbuat dari plastik atau kardus. Hal serupa juga dilakukan ketika panas terik atau hujan yang
tiba-tiba turun. Pemulung merupakan orang yang mau dan terpaksa mengerjakan
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang dibayar rendah, berbahaya bagi keselamatan dan kesehatannya, serta berstatus rendah, tetapi pemulung juga berperan besar dalam mengurangi volume
sampah yang merupakan salah satu bentuk daur ulang yang dapat melestarikan sumber daya alam yang ada Suryani, 2007.
Penyakit Kulit Akibat Kerja PKAK yang banyak diderita oleh responden adalah dermatitis kontak alergi yaitu 26,2, lain-lain 24,6, tinea pedis 19,7,
tinea kruris 14,8, skabies 9,8, tinea korporis 3,3 dan dermatitis kontak iritan 1,6. Dermatitis kontak memiliki jumlah penderita terbanyak dari
keseluruhan penyakit kulit akibat kerja yang dialami oleh responden. Biro statistik tenaga kerja Amerika Serikat tahun 2003 mencatat angka 1,5 dari seluruh tenaga
kerja menderita penyakit kulit akibat kerja, penyakit yang sering terjadi berupa dermatitis kontak sebesar 21,3 sebagai terbanyak kedua Taylor 2008. Hal ini
menunjukkan bahwa pemulung juga banyak mengalami penyakit kulit akibat kerja khususnya dermatitis kontak.
Berdasarkan identitas responden, dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui ada tidak hubungan antara variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh. Data
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi dengan menggunakan analisis statistik bivariat serta menghitung nilai p yang mendukung terjadinya PKAK
pada pemulung di TPA Terjun. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan terjadi PKAK dengan nilai p= 0.170. untuk lama bekerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan terjadinya PKAKdengan
Universitas Sumatera Utara
nilai p= 0,759. Untuk kelompok umur tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan PKAK dengan nilai p= 0,681. Ketiga identitas diri tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan PKAK, artinya tidak ada perbedaan jenis kelamin untuk menimbulkan PKAK, lama bekerja juga tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan terjadinya PKAK, begitu pula dengan umur yang tidak ada hubungan bermakna dengan PKAK. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, identitas
diri dari pemulung atau faktor internal dari diri pemulung tidak mempengaruhi mereka dalam menimbulkan PKAK.
Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun setelah bekerja memiliki hubungan yang bermakna dengan penyakit kulit akibat kerja
dengan nilai p= 0,000. Mencuci tangan merupakan hal yang penting dalam menjaga kebersihan diri dan menjaga diri dari kesehatan yang disebabkan oleh virus, bakteri,
zat-zat kimia dan lain-lain yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan mempengaruhi perkembangan kesehatan diri manusia. Pemulung yang sehari-harinya
dalam pekerjaannya banyak akan terpaparnya tangannya oleh sampah akan sangat mempengaruhi status atau keadaan kesehatannya. Kebiasaan mencuci tangan dapat
menyebabkan potensi penyebab dermatitis akibat kerja yang menempel setelah bekerja. Mencuci tangan juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya
dermatitis kontak Setyowati, 2007. Memakai pelindung tangan saat bekerja memiliki hubungan yang bermakna
dengan penyakit kulit akibat kerja dengan nilai p= 0,003. Pelindung tangan yang seharusnya dipakai oleh pemulung adalah sarung tangan yang sesuai dengan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
dan aktivitas kerjanya. Sarung tangan merupakan salah satu alat pelindung diri APD yang wajib digunakan oleh pemulung untuk melindungi dirinya dari masalah
kesehatan khususnya penyakit kulit. Tangan yang tidak terlindung dari sarung tangan akan membuat mudahnya kuman-kuman, bakteri dan zat-zat berbahaya lainnya
masuk ke dalam jaringan kulit dan dapat berdampak pada penyakit kulit akibat kerja bagi pemulung.
Berdasarkan hasil dari penelitian dijumpai hanya 45,9 pemulung yang memakai sarung tangan untuk bekerja. Rendahnya kesadaraan pemulung
menggunakan pelindung untuk tangan sehingga tidak terproteksinya diri pemulung dari bahan-bahan berbahaya yang terkandung di dalam sampah menyebabkan
munculnya PKAK yang banyak dijumpai Memakai pelindung pakaian tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
penyakit kulit akibat kerja dengan nilai p= 0,648. Pelindung pakaian dalam hal ini tidak mempengaruhi terjadinya penyakit kulit. Hal ini disebabkan tubuh dilindungi
oleh pakaian yang tidak dapat masuknya kuman atau zat-zat berbahaya lainnya. Bila dilihat dari data distribusi frekuensi untuk variabel ini, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara responden yang memakai pelindung pakaian 59 dengan yang tidak memakainya 41 sehingga tidak ada hubungan antara memakai pelindung
pakaian dengan PKAK. Memakai sepatu pelindung memiliki hubungan yang bermakna dengan PKAK
dengan nilai p= 0,002. Sepatu dapat melindungi pemulung dari resiko PKAK. Tidak
Universitas Sumatera Utara
masuknya kuman-kuman dan zat-zat kimia membuat pemulung terhindar dari penyakit kulit akibat kerja.
Penggunaan APD adalah salah satu cara efektif untuk menghindarkan pekerja dari kontak langsung dengan bahan-bahan yang menyebabkan PKAK. APD yang
sesuai akan sangat membantu pemulung dalam pengurangan resiko penyakit akibat kerja, sehingga perlu upaya terus menerus untuk melakukan promosi agar pemulung
dapat terus memakai APD dengan tepat Setyowati, 2007. Menggunakan krim pelindung memiliki hubungan yang bermakna dengan
PKAK dengan nilai p= 0,001. Kondisi lapangan TPA Terjun yang pada saat pemulung bekerja biasanya dalam cuaca yang cukup panas. Pemakaian krim
pelindung wajah sangat membantu pemulung untuk mencegah penyakit kulit pada wajah karena dapat digunakan sebagai pertahanan terhadap sinar matahari yang bisa
membuat sel- sel kulit rusak sehingga kulit mudah terserang penyakit Membersihkan diri dan mandi setelah bekerja tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan terjadinya PKAK dengan nilai p= 0,998. Hal ini disebabkan karena pemulung kurang memperdulikan personal hygiene seperti membersihkan diri dan
mandi. Pemulung seharusnya memiliki kesadaran untuk menjaga dan merawat kebersihan dirinya masing-masing. Bila dilihat dari data distribusi frekuensi untuk
variabel ini, tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden yang membersihkan diri dan mandi setelah bekerja 60,7 dengan yang tidak
melakukannya 39,3 sehingga tidak ada hubungan antara membersihkan diri dan mandi setelah bekerja dengan PKAK.
Universitas Sumatera Utara
Personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya Wolf dkk, 1997. Personal
hygiene mempunyai arti yang besar dalam memelihara dan mempertahankan kehidupan seseorang. Terutama bagi pemulung sampah yang kondisi lingkungan
kerjanya kurang baik. Setiap orang mempunyai tuntutan dan pandangan yang berbeda mengenai kebutuhan personal hygiene. Upaya untuk memelihara personal hygiene
antara lain: 1.
Membersihkan diri yaitu membersihkan kulit, air untuk mandi disesuaikan dengan keinginan seseorang, sebaliknya memakai sabun kemudian dikeringkan dengan
handuk. 2.
Pakaian harus sering diganti dan dibersihkan. 3.
Tangan dicuci dibawah kran yang mengalir dengan mempergunakan sabun, juga setelah dari toilet dianjurkan mengeringkan dengan handuk kecil yang terbuat dari
kain. 4.
Rambut dapat menyimpan banyak kuman penyakit, oleh karena itu rambut dapat menjadi sumber infeksi. Oleh karena itu dianjurkan untuk mencuci rambut dengan
teratur. Berdasarkan hasil penelitian, Penyakit Kulit Akibat Kerja PKAK yang
terjadi pada pemulung sampah dapat dicegah dengan memakai beberapa cara diatas. Meskipun hasil penelitian tidak menunjukkan semua cara diatas memiliki hubungan
yang bermakna dengan PKAK, namun upaya seperti mencuci tangan dengan sabun setelah bekerja merupakan suatu upaya yang memiliki hubungan yang bermakna pada
Universitas Sumatera Utara
PKAK pada pemulung. Jika dilihat dalam kegiatan pemulung sehari-harinya yang selalu berhubungan dengan sampah dan bergelut dengan sampah, mencuci tangan
dengan sabun setelah bekerja akan sangat bermanfaat dan berpengaruh dari mudah
tidaknya zat-zat tersebut masuk kedalam tubuh dan mengakibatkan PKAK.
Tes tempel dilakukan pada responden yang terindikasi dermatitis kontak. Hal ini bertujuan untuk melihat jenis zat kimia yang ada di responden yang mengalami
dermatitis kontak. Dari 17 responden yang terindikasi dermatitis kontak dipilih 10 orang responden yang mengikuti tes tempel. Berdasarkan hasil tes tempel pada
responden dapat dilihat bahwa ada bahan-bahan logam berbahaya yang pada saat dilakukan pengujian pada responden memberikan hasil positif yaitu cobalt chloride
dan nickel sulphate. Dari 10 responden yang diuji coba 5 orang positif mengandung zat cobalt chloride, 2 orang positif mengandung zat nickel sulphate dan 2 orang
positif sekaligus menderita kedua logam tersebut. Kedua zat tersebut merupakan sampah yang dapat membahayakan manusia dan dapat di golongkan sebagai salah
satu limbah B3 www.Pikiranrakyat.com, 1994. Hal ini dapat dilihat dari pembagian sampah berdasarkan tipenya, kedua zat tersebut merupakan sampah industri yaitu
sampah yang berasal dari kegiatan industri, sampah industri ada yang beracun bila mengandung logam berat Peavy dkk, 1985.
Hal ini juga didukung dalam klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya yaitu sumber sampah industri berasal dari perusahaan yang bergerak dibidang industri
berat, industri ringan, pabrik-pabrik dan lain-lain. Zat cobalt chloride digunakan untuk industri seperti pada industri pembuatan turbin gas mesin dan motor, sebagai
Universitas Sumatera Utara
bahan baja tahan karat, pewarna permanen pada porselin, gelas, kaca, ubin dan email www. wikipedia.org, 2010. Cobalt merupakan salah satu penyebab dari gangguan
pernafasan dan kulit www.desiccant.co.id, 2010. Zat nickel sulphate banyak ditemukan pada industri pembuatan jam tangan,
kursi roda serta peralatan rumah sakit. Nickel adalah penyebab utama dermatitis kontak alergik di dunia. Hampir semua pasien yang alergi nickel juga alergi cobalt
Mc. Connel, 2010. Kedua zat ini menunjukkan bahwa di TPA Terjun memiliki kandungan sampah dengan zat dari sisa-sisa pembuangan industri. Kondisi ini akan
sangat berbahaya bagi pemulung sampah yang sehari-harinya bekerja di TPA terjun dan terpapar oleh zat-zat sisa pembuangan industri.
Penggunaan tes tempel menunjukkan bahwa diantara 10 responden yang diduga menderita dermatitis kontak alergi berdasarkan pemeriksaan klinis didapatkan
hasil hanya 9 responden yang didiagnosa pasti merupakan penderita dermatisis kontak alergi. Seseorang umumnya tidak terjadi reaksi pada paparan awal dengan
bahan alergen, setelah paparan berulang seseorang menjadi tersensitisasi dengan bahan alergen. Sering seseorang mengatakan sudah berbulan-bulan bekerja pada
pekerjaan yang sama tidak menyebabkan kelainan pada kulitnya Taylor, 2008. Seseorang dengan kecurigaan bahan alergen tertentu dianjurkan untuk menghindari
bahan tersebut selamanya. Hal ini yang harusnya dimengerti oleh pemulung, bahwa penyakitnya sulit sembuh karena pemulung terus menerus terpapar oleh bahan yang
sama.
Universitas Sumatera Utara
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: 1.
Jenis kelamin, lama bekerja, umur tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan terjadi penyakit kulit akibat kerja dengan nilai p= 0.170, p= 0,759 dan
p= 0,680.
2. Personal hygiene seperti mencuci tangan dengan sabun setelah bekerja
memiliki hubungan yang bermakna dengan penyakit kulit akibat kerja p=0,000. Membersihkan diri dan mandi setelah bekerja tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan terjadinya penyakit kulit akibat kerja p=
0,998.
3. Pemakaian APD seperti memakai pelindung tangan saat bekerja memiliki
hubungan yang bermakna dengan penyakit kulit akibat kerja p= 0,003. Memakai pelindung pakaian tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
penyakit kulit akibat kerja p= 0,648. Memakai sepatu pelindung memiliki hubungan yang bermakna dengan penyakit kulit akibat kerja p= 0,002.
Menggunakan krim pelindung memiliki hubungan yang bermakna dengan
penyakit kulit akibat kerja p= 0,001.
4. Pada uji tes tempel ditemukan kandungan zat berbahaya yaitu cobalt chloride
dan nickel sulphate yang biasanya berasal dari limbah buangan industri.
Universitas Sumatera Utara