Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)

C. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)

C.1 Apresiasi Proses apresiasi karya seni dari televisi dan radio adalah salah satu rantai nilai pendukung dalam sektor tersebut. Tahapan apresiasi ini terbagi menjadi beberapa jenis seperti ditunjukkan pada Gambar 2-9.

Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio

BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 39

Acara-acara yang disiarkan selanjutnya akan diapresiasi dalam bentuk pemberian beragam penghargaan dan nominasi, kritik oleh para pakar ilm atau acara radio serta penonton.Bentuk apresiasi yang diberikan oleh asosiasi jurnalistik berupa penghargaan, sedangkan untuk apresiasi dari penonton dan kritikus adalah rating yang diberikan secara spesiik untuk satu acara tertentu.

Adapun bentuk apresiasi berupa literasi, yakni bentuk pengajaran akan konten-konten acara televisi dan radio yang direkomendasikan untuk dinikmati sesuai dengan segmen umur penikmatnya. Bentuk apresiasi dalam bentuk literasi ini diberikan oleh tenaga pendidik secara formal dan oleh orang tua secara nonformal.

Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor penyiaran televisi dan radio. Berikut ini jenis-jenis bentuk penghargaan yang terdapat di Indonesia beserta aktor yang terlibat di dalamnya untuk subsektor penyiaran acara televisi:

• Panasonic Gobel Awards. • Musium Rekor Indonesia (MURI). • SCTV Awards. • Infotainment Awards. • Penghargaan Peabody. • KONI Awards. • Anugerah Jurnalistik Pertamina. • Muctar Lubis Award. • KPI Awards. • Citra Pariwara Awards.

Sayangnya, beberapa penghargaan besar yang diharapkan mampu menjadi pemicu untuk mengembangkan kreativitas dalam pemrograman konten, ternyata justru kurang mampu mendongkrak kualitas konten acara. Selain itu, stasiun-stasiun televisi lokal yang cenderung tidak memiliki ambisi untuk mengompetisikan kontennya dalam beberapa ajang penghargaan bergengsi secara nasional, membuat hasil kreativitas lokal yang berkualitas tidak dapat tertangkap dan mendapat apresiasi dari masyarakat. Hal ini tentunya membuat konten-konten acara lokal menjadi kurang menarik bagi para perusahaan pengiklan untuk berinvestasi di dalamnya.

Sedangkan jenis-jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor radio juga tidak kalah jumlahnya dengan industri televisi. Berikut ini beberapa penghargaan yang dianugerahkan untuk konten radio:

• Indonesian Radio Awards. • Penghargaan Peabody. • Apresiasi Jurnalistik Jakarta. • Anugerah Adinegoro. • MH hamrin Award (PWI Award). • Jusuf Ronodipuro Award.

C.2 Pendidikan Dokumen acara dan apresiasi yang telah didapatkan selanjutnya dapat menjadi input pada tahapan studi. Tahapan ini merupakan proses jalannya kegiatan pembelajaran ilmu penyiaran televisi dan radio dilakukan.

40 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio

Proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara formal dan nonformal. Proses pembelajaran secara formal dilakukan oleh sekolah jurusan penyiaran dengan ijazah atau sertiikasi resmi yang diakui. Sedangkan pendidikan nonformal bisa diperoleh melalui komunitas- komunitas yang memberikan kuliah umum secara singkat terkait dalam bidang penyiaran televisi dan radio. Berbeda dengan pendidikan formal, pendidikan nonformal tidak disertai dengan ijazah, tetapi memiliki sertiikasi kompetensi. Proses dari kedua jenis pendidikan ini nantinya diharapkan akan menghasilkan tenaga ahli yang kemudian dapat berperan dalam memberikan ide-ide kreatif mengenai konsep awal penyiaran televisi dan radio.

Sekolah pendidikan ilmu penyiaran secara formal, baik televisi maupun radio, di Indonesia sudah mulai memiliki jumlah yang cukup banyak walaupun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar. Akan tetapi, pendidikan ilmu penyiaran tidak hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi juga pendidikan nonformal yang bersertiikasi ataupun tidak. Di Indonesia sendiri, fasilitas seperti ini biasanya disediakan oleh komunitas penyiaran televisi ataupun radio dalam bentuk seminar, workshop, dan festival.

Aktor-aktor di bidang akademisi yang berperan dalam rantai nilai studi adalah sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan formal terkait dengan ilmu penyiaran di Indonesia. Adapun sekolah-sekolah yang memiliki program pendidikan ilmu penyiaran dan jurnalistik tersebut adalah sebagai berikut:

• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bina Nusantara Medan. • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan Medan. • Akademi Ilmu Komunikasi Padang. • Akademi Komunikasi Bina Ekatama. • Akademi Komunikasi Media Radio dan Televisi.

BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 41

• Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi Indosiar. • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung. • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. • Akademi Komunikasi Indonesia “Yayasan Pendidikan Komunikasi”. • Akademi Komunikasi Yogyakarta. • Akademi Telekomunikasi Indonesia Yogyakarta. • UPN Veteran Yogyakarta. • Universitas Atmajaya Yogyakarta. • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya. • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Mahkamah Samarinda. • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Fajar. • Multi Media Training Center “MMTC” Yogyakarta.

Adapun di bidang bisnis, aktor yang menyelenggarakan ilmu pendidikan terkait dengan industry penyiarantelevisi dan radio adalah lembaga-lembaga kursus penyiaran. Biasanya lembaga-lembaga kursus ini sebagian besar didirikan oleh stasiun radio ataupun televisi itu sendiri. Beberapa contoh stasiun televisi dan radio yang membuka kursus bidang jurnalistik dan penyiaran adalah sebagai berikut:

• MitraFM Bekasi. • 99ers Radio School. • DJ Arie Broadcasting School. • Shinta Broadcasting School. • Journalist Development Program (JDP) TVOne. • Broadcast Development Program (BDP) RCTI. • Production Development Program (PDP), Cameraman Development Program (CAMDP),

dan Technic Development Program (TDP) oleh Metro TV.

Dari lapisan yang berperan sebagai penyelenggara ilmu pendidikan di penyiaran adalah komunitas- komunitas ilm, jurnalistik, atau radio. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa lembaga komunitas terkait dengan bidang penyiaran seperti berikut ini:

• Komunitas Penyiar dan Pendengar Siaran Radio. • Jaringan Radio Komunitas. • Komunitas Televisi Indonesia (KOMTEVE). • Komunitas Presenter Indonesia.

C.3 Pengarsipan Proses pengarsipan pada industritelevisi dan radio terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu pengumpulan- restorasi-penyimpanan-preservasi.

42 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio

Pada televisi dan radio, bentuk pengarsipan dapat dilakukan oleh beberapa pihak berikut ini:

1. Stasiun Televisi dan Radio

Dokumentasi yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio biasanya meliputi pengarsipan konten-konten yang disiarkan oleh stasiun-stasiun tersebut. Konten yang direkam oleh stasiun televisi dan radio itu sendiri disimpan sebagai arsip yang akan digunakan baik untuk bahan evaluasi ataupun sebagai bahan masukan dalam riset dan pengembangan konten acara. Adapun untuk acara-acara yang bersifat rekaman secara in-house akan disimpan dalam ruang pengarsipan internal setelah proses produksinya selesai dan diputar pada saat jadwal tayang acara tersebut tiba. Sedangkan untuk acara siaran langsung akan disimpan sebagai database untuk keperluan studi lembaga-lembaga pendidikan, apresiasi, ataupun keperluan lainnya. Hal yang sama dilakukan untuk dokumentasi jumlah penonton dan pendengar setiap acara.

2. Pemerintah

Peran pemerintah dalam proses pengarsipan diantaranya adalah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) ataupun preservasi dalam bantuk museum yang dapat diakses oleh publik secara bebas, mudah, dan cepat. Di Indonesia sendiri, museum yang menyimpan arsip dokumentasi seputar kejadian-kejadian bersejarah di industri penyiaran di Indonesia adalah Museum Penerangan. Museum ini tidak hanya menyimpan dokumentasi peristiwa- peristiwa bersejarah terkait penyiaran, tetapi juga replika studio penyiaran yang dapat mereleksikan suasana saat proses penyiaran sedang berlangsung.

3. Komunitas

Peran komunitas dalam proses pengarsipan cukup signiikan. Bahkan, beberapa dokumen daftar konten acara yang diarsipkan oleh komunitas terkadang memiliki kelengkapan serta aktualisasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan dokumen pemerintah. Terlebih lagi, untuk kemudahan akses publik, dokumen komunitas terkadang tidak memiliki birokrasi yang rumit sehingga mempercepat proses akses secara langsung.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya rantai nilai pengarsipan, meliputi proses pendokumentasian acara televisi dan radio yang telah disiarkan secara langsung sebagai database yang nantinya akan digunakan baik untuk proses studi, apresiasi, maupun pencarian ide dan inovasi. Proses pengarsipan yang bentuknya berupa bahan mentah dari acara televisi dan radio disimpan oleh stasiun-stasiun itu sendiri. Sedangkan untuk dokumen-dokumen yang terkait dengan database, seperti rating, jumlah penonton diarsipkan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dibidang statistik seperti badan penelitian statistik

BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 43 BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 43