EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan TEL

T V & R ADIO

N A SION A L

2 015 -2 019

RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO NASIONAL 2015-2019

Edwina Triwibowo Wawan Dhewanto PT. REPUBLIK SOLUSI

iv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO NASIONAL 2015-2019

Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:

Penasihat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf Harry Waluyo, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan

Penanggung Jawab Poppy Saitri, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK M. Iqbal Alamsjah, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media Sagit Suwidhi, Kepala Seksi Karya Kreatif Audio

Tim Studi Edwina Triwibowo Wawan Dhewanto

ISBN

978-602-72387-5-6 Tim Desain

RURU Corps (www.rurucorps.com) Rendi Iken Satriyana Dharma Sari Kusmaranti Subagiyo Yosiinah Rachman

Penerbit

PT. Republik Solusi

Cetakan Pertama, Maret 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Terima Kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)

Abie Besman Agnes Widyanti Arie Ardianto (DJ Arie) Bowo Usodo Dadang Rahmat Hidayat Danang Sanggabuwana Dini Aryanti Putri Erina HC Tobing Gantama F Gandjar Gebyar Ahadiakbar G Gita Andriani Harsya Subandrio Hasudungan Silalahi Helmy Yahya Iqbal Ramadhan Irman Meilandi Kalamullah Ramli Marcellus Ardiwinata Prasetyo Wibowo Prita Prawirohardjo Ronni Suyanto Syaharuddin heodora Rosa Woro Widyastuti Yogi Hartarto

vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Kata Pengantar

Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.

Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.

Televisi dan radio sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, dapat dideinisikan secara terpisah, yaitu televisi yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, serta radio yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri kuliner di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentiikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.

Dalam upaya melakukan pengembangan konten televisi dan radio di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem televisi dan radio yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

vii

Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana televisi dan radio merupakan salah satu bagian dalam industri kreatif. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas industri televisi dan radio secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai konten televisi dan radio dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan pengembangan konten televisi dan radio lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan konten televisi dan radio selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, menciptakan konten televisi dan radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.

Salam Kreatif

Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Daftar Isi

Kata Pengantar

vii

Daftar Isi

xi

Daftar Gambar

xiii

Daftar Tabel

xv

Ringkasan Eksekutif

xvi

BAB 1 PERKEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA

1.1 Deinisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio

1.1.1 Deinisi Televisi dan Radio

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio

1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Dunia

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Indonesia

BAB 2 EKOSISTEM & RUANG LINGKUP INDUSTRI TELEVISI DAN RADIO INDONESIA 25

2.1 Ekosistem Televisi dan Radio

2.1.1 Deinisi Ekosistem Televisi dan Radio

2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio

2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio

2.2.1 Peta IndustriTelevisi dan Radio

2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio

2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan Radio

BAB 3 KONDISI UMUM TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA

3.1 Kontribusi Ekonomi Televisi dan Radio

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)

3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan

ix

3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga

3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor

3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio

3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio

3.4 Daya Saing Televisi dan Radio

3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio

BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO INDONESIA

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio

4.2.1 Visi Pengembangan Televisi dan Radio

4.2.2 Misi Pengembangan Televisi dan Radio

4.2.3 Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Televisi dan Radio

4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio

4.4.1 Arah Kebijakan sumber daya manusia kreatif di industri Televisi dan Radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing

4.4.2 Arah Kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri Televisi dan Radio Indonesia secara berkelanjutan

4.4.3 Arah Kebijakan industri Televisidan Radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan

4.4.4 Arah Kebijakan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif

4.4.5 Arah Kebijakan perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan

4.4.6 Arah Kebijakan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif

4.4.7 Arah Kebijakan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri Televisi dan Radio Indonesia

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Televisi dan Radio

x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

4.5.1 Mendorong dan memfasilitasi peningkatan jumlah lembaga pendidikan ilmu komunikasi di setiap provinsi di Indonesia

4.5.2 Mendorong peningkatan standar mutu lembaga pendidikan ilmu komunikasi yang sudah ada di Indonesia

4.5.3 Mendorong peningkatan jumlah sebaran lembaga sertiikasi media yang diakui secara nasional/dan internasional di setiap provinsi di Indonesia

4.5.4 Menegaskan kewajiban penetapan kode etik profesi di tingkat nasional dan global dalam dunia usaha

4.5.5 Memberikan jaminan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan radio

4.5.6 Memfasilitasi penelitian untuk mengidentiikasi dan mengembangkan sumber daya budaya lokal yang merupakan inspirasi dalam pengembangan konten kreatif televisi dan radio

4.5.7 Mengembangkan sistem pengarsipan (isik dan nonisik) terkait penelitian dan informasi sumber daya budaya Indonesia sebagai bahan sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio

4.5.8 Mendorong pengembangan tingkat profesionalisme wirausaha kreatif di bidang Televisidan Radio

4.5.9 Mengembangkan ragam serta meningkatkan kualitas standar usaha kreatif nasional di bidang Televisidan Radio

4.5.10 Mendorong pengembangan konten karya kreatif yang berkualitas dengan menghadirkan unsur-unsur lokal Indonesia melalui ajang penghargaan bergengsi dan festival

4.5.11 Memfasilitasi program pembiayaan untuk industri televisi dan radio pemula di tingkat lokal

4.5.12 Mendukung pembentukan bank data konten kreatif televisi dan radio di Indonesia yang dapat diakses secara global sebagai salah satu fungsi wadah pengarsipan

4.5.13 Memfasilitasi program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu untuk skala Pasar global

4.5.14 Memfasilitasi penyebaran konten kratif lokal melalui bursa konten acara internasional

4.5.15 Mendorong usaha peningkatan jangkauan siaran televisi serta kualitas jaringan penyiaran televisi dan radio di Indonesia

xi

4.5.16 Mendukung adanya kebijakan subsidi kebutuhan fasilitas pengadaan penyiaran dan pemrograman

4.5.17 Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri Televisi dan radio dengan pengembang perangkat lunak pemrograman dan penyiaran

4.5.18 Mendorong terciptanya penyempurnaan kebijakan terkait penyiaran yang bisa mendukung iklim lingkungan bisnis televisi dan radio menjadi lebih kondusif

4.5.19 Memfasilitasi pembentukan lembaga milik pemerintah yang secara aktif mendukung penciptaan konten Televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing

4.5.20 Mengaktifkan kembali dan memfasilitasi asosiasi keprofesian media untuk berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global

4.5.21 Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif Televisi dan Radio dengan memberikan subsidi atau sponsorship bagi konten kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan even internasional

4.5.22 Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun usaha kreatif secara berkala

4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya Indonesia 92

4.5.24 Memfasilitasi pengarsipan di bidang Televisi dan Radio yang dapat memperkaya proses pengembangan konten acara kreatif

BAB 5 PENUTUP

xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Daftar Gambar

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton

7 Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radiodan Rating Penonton

7 Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio

28 Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi

29 Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio

29 Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio

30 Gambar 2 - 5 Rantai Nilai Produksi Subsektor Televisi dan Radio

32 Gambar 2 - 6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio

36 Gambar 2 - 7 Rantai Nilai Penyiaran Subsektor Televisi dan Radio

37 Gambar 2 - 8 Peta Pasar

38 Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio

39 Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio

41 Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio

43 Gambar 2 - 12 Peta Industri Subsektor Televisi

45 Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio

Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013)

60 Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif (BPS, 2013)

61 Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013)

62 Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga (BPS, 2013)

63 Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio (BPS, 2013)

64 Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS, 2010-2013)

xiii

Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional (Wikipedia, 2011)

68 Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration (Nastiti, 2011)

75 Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak (Menkominfo, 2011)

76 Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio

Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019

xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Daftar Tabel

Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013

58 Tabel 3 - 2 Tabel Kebijakan Subsektor Televisi dan Radio

66 Tabel 3 - 3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan

69 Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan

70 Tabel 3 - 5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan

71 Tabel 3 - 6 Daftar 5 Acara dengan Rating Tertinggi

72 Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga

73 Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar

74 Tabel 3 - 9 Potensi Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio

xv

Ringkasan Eksekutif

Pergeseran makna dari televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia. Pemahaman mengenai deinisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan deinisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan deinisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.

Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di Indonesia. Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktual dari subsektor televisi dan radio dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri kreatif subsektor televisi dan radio sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi dalam mengembangkan industri kreatif subsektor televisi dan radio di Indonesia.

Ekosistem televisi dan radiomerupakan sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan ( interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai tersebut. Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk televisi dan radio.

Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Visi, misi, tujuan dan, sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan jangka menengahtelevisi dan radio pada periode 2015-2019. Poin-poin tersebut menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi atau lembaga terkait secara terarah dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia.

xvi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

If y

uf

il t

op

la

,y

ua

re p

la

in

gt

of

il

B e nj a m

in F ra

n kl

in

BAB 1

Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kegiatan kreatif televisi dan radio, maka perlu dipelajari deinisi televisi dan radio menurut beberapa ahli di dunia serta bagaimana perkembangan dari deinisi-deinisi tersebut untuk melihat adanya perubahan makna baik menyempit maupun meluas. Pergeseran makna dari deinisi televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia.

Pemahaman mengenai deinisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan deinisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan deinisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.

1.1.1 Definisi Televisi dan Radio

Televisi dan radio pada dasarnya merupakan kegiatan penyebaran informasi dan gagasan kepada publik yang dilakukan secara serentak. Akan tetapi, pada awal masa penemuannya, televisi dan radio memiliki tujuan yang berbeda. Radio dibuat sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan pemerintah dalam menyebarkan informasi secara serentak. Pada saat itu, fungsi utama radio adalah sebagai alat penyebar informasi semata.

Berbeda dengan radio yang pertama kali dibuat sebagai media penyebar informasi untuk publik, pada awal masa penemuannya, televisi dikenal sebagai media yang digunakan untuk menampilkan gambar bergerak yang disertai suara secara serentak kepada publik. Hal ini menjadikan fungsi utama televisi adalah sebagai salah satu sumber hiburan bagi publik.

Seiring dengan adanya perkembangan industri jurnalistik, pada awal tahun 1950–an, televisi mulai marak digunakan sebagai media penyampaian aspirasi rakyat secara luas. Deinisi televisi pun mulai bergeser menjadi suatu media yang memfasilitasi kultur demokratis pertama bagi publik

agar dapat menyuarakan pendapatnya tanpa terikat oleh peraturan pemerintah. 1 Hal ini juga dipicu oleh semakin maraknya stasiun-stasiun televisi dan radio milik swasta yang menyiarkan beragam program acara yang tidak terkait dengan kepentingan pemerintah. Untuk mengontrol hal tersebut, pemerintah di berbagai negara mulai memberlakukan undang-undang yang terkait dengan peraturan penyiaran konten acara pada media elektronik.

Di Indonesia, deinisi televisi dan radio secara umum selalu mengacu ke undang-undang yang diberlakukan pada masanya. Saat ini, undang-undang yang berlaku terkait dengan penyiaran adalah Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002. Dalam UU Penyiaran tersebut terdapat

(1) Harper Collins, 2012

2 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019 2 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grais, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya, untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

Selain istilah siaran dan penyiaran yang terkait dengan industri televisi dan radio, dalam UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 juga dideinisikan lebih jauh terkait dengan kegiatan penyiaran televisi dan radio, sebagai berikut ini:

Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

Berdasarkan kedua deinisi tersebut, dapat dilihat bahwa siaran dan penyiaran merupakan kegiatan atau proses penyebarluasan dari konten televisi dan radio kepada publik secara serentak. Dalam hal ini, unsur kretivitas itu sendiri tidak terlalu banyak dilibatkan secara langsung, sehingga kegiatan penyiaran dan siaran dalam subsektor televisi dan radio di ekonomi kreatif tidak akan terlalu difokuskan. Oleh karena itu, deinisi televisi dan radio secara umum berdasarkan undang-undang perlu dilakukan penyesuaian lebih lanjut sehingga relevan dengan kontekstual pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

Dengan mempertimbangkan empat fungsi utama media kepada publik, yaitu sebagai sumber informasi, fasilitas hiburan, memberikan pendidikan, serta memberikan unsur persuasi, maka deinisi televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif sebaiknya mampu mencakup keempat fungsi tersebut, serta mampu menciptakan atau meningkatkan nilai tambah baik secara ekonomi maupun secara sosial kepada publik. Oleh karena itu, pengembangan televisi dan radio sangatlah terkait dengan pengembangan konten televisi dan radio yang terkait dengan pengelolaan gagasan dan informasi yang dikemas sehingga dapat menghasilkan konten yang menghibur, menginspirasi dan mendidik bagi para penikmatnya.

BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 3

Berdasarkan pemikiran di atas, maka televisi dalam industri kreatif dapat dideinisikan sebagai berikut:

Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan

Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014

Sedangkan deinisi radio terkait dengan industri kreatif untuk adalah:

Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan

gagasan dan informasi secara berkualitas

kepadapenikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.

Sumber: Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014

Dalam deinisi televisi dan radio di atas, terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam menjelaskan deinisi televisi dan radio secara lebih mendalam, yaitu:

1. Proses pengemasan yang dimaksud adalah kegiatan pemrograman informasi atau gagasan yang diajukan sebagai ide agar menjadikonten acara televisi dan radio. Pada proses pengemasan, unsur kreativitas dinilai memiliki pengaruh dan keterlibatan yang tinggi dalam upaya menghasilkan konten acara yang berdaya saing;

2. Gagasan yang dimaksud adalah rancangan yang tersusun di pikiran para pencetus ide kreasi konten acara yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk konsep akhir atau naskah;

3. Informasi yang dimaksud merupakan penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita terkait suatu kejadian yang nantinya akan dikemas menjadi suatu konten acara yang sifatnya informatif;

4. Berkualitas dalam hal ini merupakan konten acara yang memiliki standar estetika dan teknis yang baik dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, baik sebagai sumber informasi, hiburan, pendidikan, serta unsur persuasi, sehingga dapat memberikan hiburan, pengetahuan, ataupun dampak sosial dan budaya yang positif bagi masyarakat.

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio

Menurut Fred Wibowo, dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi Program Televisi (2007), ruang lingkup substansi dari konten televisi mencakup empat kategori besar, yaitu berita lunak, program hiburan, permainan, serta musik dan pertunjukan. Keempat kategori besar tersebut

4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019 4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

1. Kategori Berita Lunak,yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:

a. Current Afair , merupakan konten acara berita yang membahas persoalan kekinian yang terjadi dalam skala lokal, nasional, maupun internasional;

b. Magazine , merupakan konten acara yang menyajikan berita dengan topik atau tema yang serupa dengan konten yang seringkali juga ditemukan dalam media cetak majalah;

c. Dokumenter, meliputi acara-acara yang menyuguhkan tayangan yang bersifat noniksi, bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mengedukasi ataupun menghibur, menyediakan analisis yang cukup dalam dan tajam terhadap suatu subjek;

d. Talkshow , meliputi program acara yang menampilkan satu atau lebih orang untuk membahas topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara.

2. Kategori Hiburan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:

a. Drama dan Komedi, merupakan konten acara yang meliputi cerita iksi, termasuk dramatisasi dari peristiwa yang sesungguhnya. Jenis tayangan drama dan komedi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu drama berseri, sitcom berseri, seri spesial (mini seri atau drama yang dibuat khusus untuk televisi tertentu), ilm yang ditayangkan di televisi, animasi, stand-up comedy, komedi improvisasi, komedi lepas, dan sketsa komedi;

b. Variety Show , merupakan program acara yang sebagian besar kontennya adalah pertunjukan (tidak selalu musik atau komedi), yang terdiri dari beberapa kegiatan seni peran individu seperti menyanyi, menari, atraksi akrobat, sketsa komedi, pertunjukan monolog, atau sulap;

c. General Entertainment dan Human Interest , merupakan program acara yang membahas seputar dunia hiburan serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Contoh paling populer dari program jenis ini adalah acara gosip selebriti dalam dan luar negeri, festival, acara penghargaan, atau peragaan busana.

3. Kategori Permainan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:

a. Game Show , merupakan program acara yang memfasilitasi kemampuan unjuk bakat atau perlombaan;

b. Reality Show , merupakanprogram acara yang dibuat tanpa menggunakan skrip drama atau situasi komedi. Program seperti ini menampilkan sepenuhnya kejadian yang sesungguhnya, dan biasanya melibatkan publik atau individu yang bukan berprofesi di industri televisi/radio/ilm.

4. Kategori Musik dan Pertunjukan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:

a. Pertunjukan, merupakan jenis program acara yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan ataupun di luar ruangan;

b. Klip Musik, adalah kategori konten acara yang menyiarkan beberapa kumpulan klip musik;

c. Program Klip Musik, merupakan program acara yang tidak hanya menyiarkan klip musik, tetapi juga memiliki segmen interaktif atau pemrograman.

BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 5

Fred Wibowo: Tokoh Media, Seni, dan Kebudayaan Fred Wibowo adalah seorang praktisi media yang juga berprofesi sebagai penulis berbagai macam buku yang cukup berperan dalam dunia penyiaran, seni, dan kebudayaan. Salah satu bukunya yang paling terkenal di Indonesia adalah Teknik Produksi Program Televisi yang diterbitkan pada tahun 2007 oleh PINUS Publisher. Buku ini kemudian dijadikan salah satu pedoman bagi para produser dan program creator televisi tentang bagaimana menciptakan program televisi yang baik, dengan seluruh latar belakang persiapannya. Fred saat ini aktif berpartisipasi dalam Rumah Produksi dan Pusat Pelatihan Audio Visual SAV Puskat di Yogyakarta. Selain itu, beliau juga sempat berperan dalam industri perilman sebagai sutradara dan produser.

Gambar Sampul Buku Teknik Produksi Program Televisi Sumber: siper.mmtc.ac.id

Adapun untuk konten radio, ruang lingkup dari materi yang disiarkannya sendiri dibedakan berdasarkan beberapa jenis kategori sebagai berikut ini:

1. Berita, yaitu konten-konten acara yang menyiarkan suatu kejadian atau situasi tertentu baik yang terjadi di wilayah lokal, nasional, maupun internasional;

2. Siaran lepas, yaitu konten acara yang dibawakan secara bebas oleh penyiar dengan satu tema tertentu yang telah ditentukan;

3. Siaran dengan naskah, yaitu konten acara yang sepenuhnya mengacu pada naskah yang telah disusun sebelumnya tanpa adanya improvisasi dialog oleh penyiar;

4. Musik, yaitu konten radio yang hanya terdiri dari beberapa kumpulan lagu tanpa adanya konten tambahan dari penyiar.

Sedangkan di Indonesia sendiri, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam keputusan KPI yang berlaku, yakni Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI, yakni Pasal 21 P3 dan Pasal 33 – 39 SPS, menyatakan bahwa konten penyiaran dapat diklasiikasikan berdasarkan penonton yang kemudian disebut sebagai rating penonton, sebagai berikut:

1. Kategori P (Pra-sekolah), untuk anak umur 2 hingga 6 tahun;

2. Kategori A (anak-anak), untuk usia 7 hingga 12 tahun;

3. Kategori R (remaja), untuk usia 13 hingga 17 tahun;

4. Kategori D (dewasa), untuk usia di atas 18 tahun;

5. Kategori SU (semua umur), untuk seluruh kelompok usia di atas 2 tahun.

6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Berdasarkan kategori-kategori pengelompokan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka ruang lingkup konten televisi dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-1.

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton

Sedangkan, kategori pengelompokan ruang lingkup konten radio sendiri dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-2 .

Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radio dan Rating Penonton

BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 7

Berdasarkan ruang lingkup konten pada Gambar 1-1 dan Gambar 1-2, maka dapat dilihat bahwa untuk setiap jenis program akan memiliki sasaran segmen penikmat konten televisi dan radio yang dibedakan berdasarkan rentang umur, yang merupakan target pengembangan konten yang menjadi fokus pengembangan konten televisi dan radio dalam konteks pengembangan industri kreatif di Indonesia.

1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Dunia

Sebelum televisi dan radio ditemukan, proses pertukaran informasi dilakukan hanya sebatas dua arah melalui telegram yang ditemukan pada tahun 1837. Telegram merupakan satu-satunya bentuk komunikasi dua arah yang digunakan pada saat itu, dan cukup populer untuk menyampaikan berbagai informasi dan pesan baik yang bersifat kenegaraan maupun pribadi. Lama-kelamaan, berangkat dari adanya kebutuhan pemerintah untuk menyampaikan informasi secara serentak kepada publik dalam waktu yang singkat, telegram dinilai sudah tidak mampu lagi memfasilitasi hal tersebut, sehingga perlu untuk mencari solusi dari kendala yang dihadapi.

Kemudian pada tahun 1876, Alexander Graham Bell berhasil menemukan alat komunikasi media secara elektronik melalui telepon, yang pada saat itu merupakan terobosan baru media komunikasi, di mana jalur informasi bisa diberikan secara real time dalam dua arah. Telepon yang ditemukan oleh Bell, kemudian mengundang minat David Sarnof, seorang manajer di perusahaan telegram, American Marconi, untuk mengadopsi teknologi nirkabel yang digunakan telepon pada telegram, sehingga informasi yang disebarkan dengan telegram dapat disiarkan secara cepat.

Jika dirunut berdasarkan waktu, maka perkembangan televisi dan radio ini dapat dilihat pada beberapa periodisasi, yaitu pada Era Pra Perang Dunia I; Era Perang Dunia I (1914–1918); Pasca Perang Dunia I; Era Perang Dunia II (1939–1945); Era Pasca Perang Dunia II;danEra Modern.

Era Pra Perang Dunia I. Sebelum Perang Dunia I terjadi, Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric Corporation Amerika, berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirim suara manusia dan juga musik. Sementara itu, tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan audion menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi lebih mudah. Akan tetapi, pemerintah dan publik masih belum menilai radio sebagai suatu media yang cukup teruji dalam menyampaikan informasi dengan cepat dan akurat.

Kepopuleran dan pentingnya peran radio dalam menyampaikan pesan secara serentak kepada publik mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Berdasarkan peristiwa tersebut, radio dinilai sebagai medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat, sehingga pemerintah pun mulai melirik radio.

Era Perang Dunia I (1914–1918). Pada masa Perang Dunia I, Sarnof menerbitkan sebuah memoyang menyatakan bahwa radio music box mulai bisa dijual dan dimiliki secara pribadi oleh publik.Secara resmi, badan militer angkatan laut memiliki hak penuh untuk mengelola penyiaran

8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019 8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Foto Stasiun Radio pada Perang Dunia I Sumber: Wikipedia

Ketika Amerika mulai terlibat ke dalam Perang Dunia I, stasiun radio milik swasta terpaksa dihentikan hak siarnya dan sebagian diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah. Bahkan, pemerintah pun menetapkan bahwa selama perang dunia berlangsung, masyarakat dilarang memiliki stasiun radio pribadi ataupun receiver radio. Sehingga, pada saat Perang Dunia I berlangsung, radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasauntuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum di internal pemerintahan. Hingga setelah Perang Dunia I hampir usai, masyarakat mulai menuntut keterbukaan informasi terkait kondisi dan perkembangan Perang Dunia I dari pemerintah dan militer. Pada tahun 1919, pemerintah Amerika mulai mengumumkan status konlik Perang Dunia I yang telah berakhir, dan Marconi pun berhasil membuat negosiasi peraturan akan kebebasan publik untuk terlibat di dunia penyiaran, di bawah pengawasan pemerintah sebagai syarat utamanya.

Pasca Perang Dunia I. Stasiun radio yang pertama kali muncul di Amerika dan bahkan di dunia, adalah KDKA pada tahun 1920. 2 Stasiun radio KDKA menjadi ikon pelopor stasiun radio swasta di dunia, hingga akhirnya stasiun radio milik pribadi lainnya mulai bermunculan. Hingga pada tahun 1926, sebuah perusahaan manufaktur radio berhasil mengembangkan teknologi yang membuat sistem instalasi radio menjadi lebih sederhana, sehingga dapat digunakan secara pribadi di rumah penduduk. Penemuan tersebut memiliki dampak signiikan pada kepopuleran radio sebagai alat media masa di era pasca Perang Dunia I. Hal ini ditunjukan dengan jumlah

(2) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran- dunia/], April 2009

BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 9 BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 9

Adapun stasiun radio yang cukup popular di Inggris, yang hingga kini masih menguasai dunia penyiaran, mulai didirikan, yaitu British Broadcasting Company (BBC) oleh General Post Oice (GPO) pada tahun 1922. Pembentukan BBC ini merupakan gabungan dari enam perusahaan telekomunikasi, di antaranya adalah Marconi (perusahaan komunikasi radio), Metropolitan Vickers (MetroVick), General Electric, Western Electric, dan British homson-Houston. pada saat itu, konten drama radio sangat populer, hingga di tahun 1929, BBC memperoleh 6000 naskah drama radio yang dikirimkan untuk disiarkan. 3

Logo KDKA Radio www.davey.com

KDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di Dunia KDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di Dunia KDKA merupakan stasiun radio tertua di Amerika dan di dunia. Banyak orang mempertanyakan apakah KDKA merupakan sebuah singkatan dan memiliki makna tertentu, tapi ternyata KDKA sendiri diambil dari sebuah daftar kode untuk kapal angkatan laut.Stasiun radio KDKA didirikan oleh seorang ahli teknik ternama, bernama Frank Conrad pada tahun 1920 di Pittsbrugh AS, yang secara tidak sengaja

bereksperimen membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya. 4 Pada saat itu, Conrad

menyiarkan lagu-lagu, hasil pertandingan olahraga, serta menyiarkan instrumen musik yang dimainkan oleh putranya sendiri. Kalimat yang pertama kali disiarkan adalah “his is KDKA, of the Westinghouse Electric and Manufacturing Company, in East Pittsburgh, Pennsylvania. We shall now broadcast the election returns”. Kalimat pembuka yang sangat ikonik tersebut

disiarkan pertama kali oleh Leo Rosenburg pada 2 November 1920. 5 Dalam waktu singkat,

pendengar stasiun radio yang dibuat oleh Conrad pun meningkat dengan pesat, seiring dengan meningkatnya penjualan pesawat radio pada masa tersebut. Hingga saat ini KDKA masih aktif mengudara di jaringan 1020kHz dan menjadi stasiun radio pelopor yang kini dioperasikan di bawah manajemen CBS Radio.

(3) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC, diakses pada 23 Juli 2014 (4) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran- dunia/], April 2009 (5) Wikipedia, “KDKA (AM)”, [http://en.wikipedia.org/wiki/KDKA_(AM)]

10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Di era pasca Perang Dunia I, prinsip televisi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan, Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884,akhirnya berhasil direalisasikan pada tahun 1928 oleh Vladimir Zworkyn di Amerika Serikat.Zworkyn menemukan tabung kamera atau iconoscopeyang mampu mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan dipancarkan kedalam gelombang radio. Dengan bantuan rekannya, Philo Farnsworth, Zworkyn berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair di tahun 1939. Tujuan dibuatnya televisi pada saat itu adalah sebagai alat penyedia hiburan berupa gambar bergerak kepada publik. Akan tetapi, respon publik terhadap penemuan televisi ini, sayangnya tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh harga pesawat televisi yang dinilai relatif masih sangat mahal bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini membuat orang-orang yang bekerja di industri televisi tidak yakin bahwa televisi akan mampu berkembang pesat di dunia media.

Era Perang Dunia II (1939–1945). Memasuki era Perang Dunia II, perkembangan sistem frekuensi radio sempat terhenti seiring dengan terhambatnya perkembangan teknologi. Sistem radio yang populer digunakan pada saat itu adalah frekuensi Amplitudo Modulasi (AM), di mana kualitas suara yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan kualitas frekuensi radio FM saat ini. Baru pada pertengahan 1930–an, Edwin H. Amstrong berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi FM. Akan tetapi, meletusnya Perang Dunia II menghambat pengembangan frekuensi radio FM untuk dipopulerkan kepada masyarakat. Faktor lain yang menghambat perkembangan radio FM pada saat itu adalah ketertarikan industri yang mulai

berkurang terhadap radio yang disebabkan oleh mulai meningkatnya kepopuleran televisi. 6 Industri- industri besar lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan televisi di ranah publik.

Meskipun terhambat dan cenderung berlangsung sangat lambat, akan tetapi penyempurnaan teknologi baru pemrograman televisi dapat diselesaikan ketika Perang Dunia II telah berakhir. Hal ini tentunya berhasil mendorong kemajuan industri televisi dalam melakukan proses produksi konten acaranya. Kamera televisi yang baru dikembangkan tidak lagi membutuhkan banyak cahaya untuk dapat menangkap kualitas gambar yang baik, sehingga para pengisi acara di studio tidak lagi terganggu dengan alat pencahayaan yang berlebihan. Pengembangan lain yang ditemukan adalah ukuran layar televisi yang lebih besar, serta terdapat lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah stasiun televisi lokal pun mulai membentuk jaringan.

Adapun stasiun televisi jaringan yang pertama kali dibuat adalah WRGB, sebuah stasiun televisi yang berlokasi di Albany, New York, USA. WRGB memulai percobaan penyiaran pertamanya

dengan dukungan penuh oleh perusahaan General Electric pada awal tahun 1928. 7 Hingga di akhir tahun 1928, program televisi harian pertama pun mulai disiarkan secara reguler oleh WRGB hingga sebelum Perang Dunia II berakhir. Kini, WRGB masih mengudara di bawah merek dagang CBS 6 dan mendominasi siaran berita televisi di Amerika dengan stasiun CBS 6 News andalannya. Sedangkan di Inggris, BBC sendiri memulai siaran percobaan untuk televisi pada tahun 1932, hingga akhirnya mulai menyiarkan programnya secara reguler pada tahun 1934. Namun sayangnya, pada 1939 hingga 1946, siaran televisi dihentikan karena adanya Perang Dunia II.

(6) http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/ (7) http://en.wikipedia.org/wiki/WRGB, July 2014

BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 11

Logo Stasiun TV Jaringan Pertama di Dunia Sumber: Logopedia

Era Pasca Perang Dunia II. Mulai akhir tahun 1945, setelah Perang Dunia II berakhir dan kesejahteraan masyarakat mulai mengalami peningkatan, harga pesawat televisi pun mulai dirasa tidak terlalu tinggi. Masyarakat pun mulai beralih ke televisi sebagai media penyaji hiburan sehari-hari. Hal ini tentunya membuat jumlah stasiun televisi mengalami peningkatan yang cukup pesat, dan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi pribadi pun mencapai lebih dari 50% dari total jumlah rumah tangga.

Perkembangan industri televisi juga dipicu oleh industri televisi di AS yang mulai mengikuti model industri radio untuk membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan program lokal juga bekerjasama dengan tiga televisi jaringan yaitu CBS, NBC, dan ABC. Sebagaimana radio, ketiga televisi jaringan itu juga menjadi sumber program utama bagi stasiun ailiasinya.

Logo Stasiun Televisi Terpopuler di Amerika Sumber: teamdoctorsblog.com

Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah stasiun radio dan televisi di dunia, maka kebutuhan bisnis dan komersil di industri televisi dan radio pun semakin tinggi. Hal ini kembali membuat makna kata televisi dan radio mengalami perluasan menjadi tidak hanya sebatas media penyebaran berita dan hiburan, tetapi juga informasi terkait kebutuhan komersil atau iklan.

12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019

Era Modern. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan internet pada akhir tahun 1980–an, cakupan industri sektor televisi dan radio semakin meluas.Penyiaran informasi dan hiburan mulai dilakukan tidak hanya melalui jaringan radio/satelit/kabel, tetapi juga melalui internet. Internet Protocol Television (IPTV) ditemukan pertama kalinya pada 1995 oleh Judith Estrin dan Bill Carrico. Terdapat tiga jenis klasiikasi IPTV yang ada hingga saat ini, yaitu Live Streaming, Time-Shifted TV, dan Video on Demand (VOD). Kemudian, perusahaan radio internet AudioNet untuk pertama kalinya menyiarkan secara langsung konten webcast dari WFAA-TV dan KCTU-LP pada tahun 1998.

Logo Web Streaming Media Sumber: www.fxsound.com

Disamping perkembangan era multimedia yang semakin pesat, pada September 1997, National Geographic Channels mulai secara resmi diluncurkan di Inggris, Eropa, dan Amerika. Pada awal kemunculannya, National Geographic Channels dinilai berhasil mengangkat konten

pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai tren yang berbeda di dunia penyiaran. 8 Hingga dua

(8) http://en.wikipedia.org/wiki/National_Geographic_Channel, diakses pada 23 Juli 2014

BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 13 BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 13

berbeda. Namun, hal tersebut tetap tidak dapat mendongkrak rating yang rendah. 9 Puncaknya pada 2002 , BBC Knowledge terpaksa dihentikan.

Semakin pesatnya perkembangan teknologi media digital, hal ini tentunya membuat deinisi televisi dan radio menjadi jauh lebih luas lagi. Titlaw (2012), seorang pakar media internasional,kemudian memaknai penyiaran televisi dan radio sebagai suatu kegiatan yang menyuguhkan informasi dan hiburan secara audio dan audio-visual kepada seluruh publik, terlepas dari jaringan distributor yang digunakannya. Salah satu contoh kesuksesan televisi berbasis web baru-baru ini adalah keberhasilan yang dicapai oleh Netlix pada tahun 2013,dengan menoreh sejarah sebagai stasiun televisi berbasis web pertama yang mampu meraih nominasi Primetime Emmy Award untuk drama seri House of Cards, Arrested Development, dan Hemlock Grove pada Primetime Emmy Awards ke-65.

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Indonesia

Perkembangan industri televisi dan radio di Indonesia dimulai ketika Angkatan Laut Kerajaan Belanda pertama kali mengoperasikan fasilitas radio komunikasi di Sabang pada tahun 1911. Pada saat itu, fasilitas radio digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengatur lalu lintas kapal laut yang melintas Selat Malaka, jalur perdagangan yang sangat padat pada masanya. Setelah Perang Dunia I usai, tepatnya pada tahun 1925, Batavia Radio Society atau Radio Batavia Vereniging (BRV) mulai didirikan di Jakarta. BRV merupakan sekelompok broadcaster yang mulai mengudarakan siaran tetap berupa pemutaran musik dari luar negeri. Lahirnya BRV inilah yang mulai mengawali keberadaan radio siaran di Hindia Belanda (Indonesia). Salah satu stasiun radio milik swasta yang paling popular di Hindia Belanda adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan oleh Bumi Putera di Solo pada tahun 1933. 10

Pada 8 Maret 1942, saat Belanda menyerahkan diri kepada Jepang, radio siaran yang ada dihentikan sepenuhnya. Kemudian Jepang mendirikan lembaga penyiaran baru yang dinamakan Hoso Kanri Kyoko dengan cabang-cabangnya di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Kedelapan stasiun daerah inilah yang kemudian menjadi embrio pendirian Radio Republik Indonesia (RRI). Setelah masa ini, kemudian televisi dan radio di Indonesia berkembang dalam beberapa era, yaitu: Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965); Orde Baru (1966–1998); Era Reformasi.

Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965). Di awal masa kemerdekaan, RRI mulai didirikan oleh pemerintah Indonesia sebagai stasiun radio resmi pertama milik pemerintah pada

11 September 1945. Pada masa itu, RRI mempunyai peran penting dalam mengampanyekan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 kepada dunia. Berkat siaran

(9) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC_Knowledge, diakses pada 23 Juli 2014 (10) http://id.wikipedia.org/wiki/Nederlandsch-Indische_Radio_Omroep_Maatschappij, Februari 2014