Cara Mengaktifkan Siswa dalam Kegiatan Belajar

D. Cara Mengaktifkan Siswa dalam Kegiatan Belajar

  Untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut menerapkan metode pengajaran yang dapat menimbulkan antusiasme siswa. Sehingga dengan timbulnya antusiasme siswa terhadap kegiatan belajar dapat mendorong siswa aktif dalam belajar.

  Menurut Basyaruddin Usman, ciri-ciri pengajaran dengan model pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dapat diidentifikasi sebagai berikut:

  1. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan,

  proses belajar mengajar dan evaluasi.

  2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan

  mengalami, menganalisis, berbuat, atau pembentukan sikap.

  3. Adanya keikut-sertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi

  yang cocok untuk kelangsungan proses belajar-mengajar.

  4. Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa,

  bukan sebagai pengajar atau instruktur yang mendominasi kegiatan kelas.

  5. Biasanya menggunakan bermacam-macam metode atau teknik secara

  bervariasi, disamping penggunaan alat dan media secara terencana dan terintegrasi dalam pengajaran. 45

  44 Ibid., hal. 60-63.

  45 Basyaruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. (Jakarta: Ciputat Pers,

  2002), hal. 27.

  Dengan memperhatikan penjelasan di atas, maka keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tersebut berkaitan dengan model pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Mengingat bahwa dengan mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal, maka guru harus berusaha mengaktifkan belajar siswa.

  Dengan cara memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh

  karena itu perlu dilakukan sepanjang hayat. 46

  Tidak hanya itu saja, perlu diketahui juga bahwa proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar tersebut. Upaya yang dapat dilakukan guru antara lain:

  a. Melalui Karyawisata

  Guru membawa para siswa ke luar ruang kelas untuk belajar. Bisa di lingkungan sekolah untuk mengenal situasi dan lingkungan sekolah, bisa juga mengunjungi obyek wisata yang ada sangkut pautnya dengan materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Dengan begitu pengetahuan dan pemahaman para siswa bertambah berkat pengalamannya selama melakukan karyawisata. Dalam prosesnya, karyawisata dilakukan dengan menghubungkan konsepsi yang telah disampaikan di kelas dengan situasi yang ada pada objek wisata, sehingga karyawisata itu benar-benar mengaktifkan para siswa.

  b. Melalui Seminar

  Hasil yang didapat para siswa dari karyawisata perlu dilanjutkan dengan seminar atau diskusi, sehingga pengetahuan siswa menjadi berkembang. Dengan dan melalui seminar atau diskusi, pengalaman para

  46 Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan

  Mengajar yang Efektif dan Edukatif. (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2008), hal. 170.

  anak didik akan terungkaplah dan aktif memecahkan permasalahan yang tidak bisa dipecahkan oleh anak didik secara individual. 47

  Upaya guru melalui karyawisata dan seminar tersebut dapat membawa siswa untuk belajar aktif dengan melibatkan aktivitas para siswa.

  Sehubungan dengan hal ini, maka proses belajar mengajar yang baik adalah dimana guru harus mampu menerapkan suasana yang dapat membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga siswa mampu mencoba memecahkan persoalannya. Guru juga perlu mengaktifkan siswa untuk berpikir, yaitu dengan cara siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahui saja.

  Adapun menurut Uzer Usman cara lain untuk memperbaiki dan meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut:

  a. Cara memperbaiki keterlibatan kelas

  1. Abdikanlah waktu yang lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan

  belajar-mengajar.

  2. Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar-

  mengajar dengan menuntut respons yang aktif dari siswa. Gunakan berbagai teknik mengajar, motivasi, serta penguatan (reinforcement).

  3. Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya

  dilakukan secara cepat dan luwes.

  4. Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dngan tujuan

  mengajar yang akan dicapai.

  5. Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat murid. Untuk itu

  guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan dan prosedur pengajaran.

  b. Cara meningkatkan keterlibatan siswa

  47 Djamarah dan Zain, Strategi Belajar…, hal. 36.

  1. Kenalilah dan bantulah anak-anak yang kurang terlibat. Selidiki apa

  yang menyebabkannya dan usah apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut.

  2. Siapkanlah siswa secara tepat. Persyaratan awal apa yang diperlukan

  anak untuk mempelajari tugas belajar yang baru.

  3. Sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.

  Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berperan secara aktif dalam kegiatan belajar. 48

  Selain apa yang telah dipaparkan di atas, guru juga harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong semua siswa aktif melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses belajar tersebut, yakni:

  1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi

  terkendali.

  2. Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan

  rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.

  3. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa

  sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat bantu pengajaran termasuk guru itu sendiri sebagai sumber belajar.

  4. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama

  dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-masing siswa secara mandiri. Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan terencana.

  5. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan

  manusia bagaikan bapak anak, bukan hubungan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi persoalan belajar.

  6. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi

  sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.

  7. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tapi

  juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.

  8. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau

  pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajar.

  48 Usman, Menjadi Guru…, hal. 26-27.

  9. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah,

  dan tidak diperkenankan membunuh atau mengurangimenekan pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru harus mendorong siswa agar selalu

  mengajukan pendapatnya secara bebas. 49 Disamping guru yang berusaha mencari agar siswa aktif dalam belajar, maka

  siswa juga harus berusaha aktif dalam kegiatan belajar. Dimana dengan siswa berusaha aktif dalam kegiatan belajar, sehingga dari pembelajaran dapat tercapai.

  Menurut Gagne dan Briggs sebagaimana dalam Martinis Yamin menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas meliputi sembilan aspek. Dimana aspek tersebut dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu:

  a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka

  berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

  b. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.

  c. Mengingatkan kompetensi prasyarat.

  d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari.

  e. Memberi petunjuk pada siswa cara mempelajarinya.

  f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

  g. Memberi umpan balik (feed back).

  h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan

  siswa selalu terpantau dan terukur.

  i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran. 50

  49 Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 201-202.

  50 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa. (Jakarta: Gaung Persada Perss, 2007), hal.