Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi

KORELASI KEAKTIFAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR DI MADRASAH TSANAWIYAHT NEGERI (MTs. N) NGANTRU TULUNGAGUNG SKRIPSI

  Oleh:

DEWI FARIDA ANDRIYANI NIM. 3211063044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG 2010

KORELASI KEAKTIFAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTs. N) NGANTRU TULUNGAGUNG SKRIPSI

  Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu Ilmu Pendidikan Islam

  Oleh:

DEWI FARIDA ANDRIYANI NIM. 3211063044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG AGUSTUS 2010

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Skripsi dengan judul “Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi Belajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngantru Tulungagung” yang ditulis oleh Dewi Farida Andriyani ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

  Tulungagung, 23 Juli 2010 Pembimbing,

  Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag. NIP. 19611110 199001 1 001

PENGESAHAN

  Skripsi dengan judul “Korelasi Keaktifan Siswa Dengan Prestasi Belajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngantru Tulungagung” yang ditulis oleh Dewi Farida Andriyani ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi STAIN Tulungagung pada hari Sabtu, tanggal 7 Agustus 2010, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Islam.

  Dewan Penguji Skripsi

  Ketua,

  Sekretaris,

  Drs. H. Masduki, M.Ag

  Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag

  NIP. 1962 0708 1998 031 001

  NIP. 19611110 199001 1 001

  Penguji Utama

  Drs. H. Munardji, M.Ag NIP. 195412181986021001

  Tulungagung, 7 Agustus 2010 Mengesahkan,

  STAIN Tulungagung Ketua,

  Dr. Maftukhin, M.Ag NIP. 19670717 2000031 002

MOTTO

        

  Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang

  telah diusahakannya”.  (Qs.An-Najm: 39).

  Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’anul Karim (Al-Qur’an dan Terjemahannya), terj. Hasbi Ashshiddiqi, (Jakarta: Pelita II, 1979), hal. 874.

  

  PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan skripsi ini kepada:

   Ayah dan ibuku yang telah membesarkan dan mendidik.  Kakak yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.  Sahabat-sahabatku yang setia menemaniku dikala senang dan sedih.  Teman-teman PAI-B, teman-teman KKN, teman-teman PPL yang

  telah memberikan inspirasi dalam pembuatan skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Swt, atas semua limpahan rahmad-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi Belajar di MTs.N Ngantru Tulungagung” ini dengan baik.

  Sholawat serta salam semoga tetap tersanjungkan kepada Rasulullah Saw, yang telah membawa cahaya terang untuk kita semua dan yang selalu kita nantikan syafa’atnya di yaumul kiyamah nanti.

  Skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

  1. Bapak DR. Maftukhin, M.Ag, selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

  (STAIN) Tulungagung yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.

  2. Bapak Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah rela meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan kepada penulis sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

  3. Segenap bapak ibu dosen yang telah membimbing, dan mendidik penulis selama

  belajar di STAIN Tulungagung.

  4. Bapak kepala MTs.N Ngantru Tulungagung beserta guru dan staf pegawai yang telah memberi izin dan bantuan penulis selama mengadakan penelitian di wilayah yang menjadi wewenangnya.

  5. Ayah dan ibu yang dengan sabar mengasuh penulis sehingga dapat menyelesaikan

  studi dengan baik.

  6. Saudaraku yang tersayang yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini.

  Dengan harapan semoga amalnya diterima Allah Swt, dan diberi balasan yang berlipat ganda. Amin.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, sebab itu saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan.

  Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

  Tulungagung, 23 Juli 2010 Penulis

  Dewi Farida Andriyani NIM. 3211063044

ABSTRAK

  Dewi Farida Andriyani, 3211063044, Tahun: 2010, “Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi Belajar di MTs.N Ngantru Tulungagung”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung, Pembimbing: Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag., NIP.19611110 199001 1 001.

  Kata Kunci: Keaktifan Siswa (dalam Kegiatan Intrakurikuler, dalam Kegiatan Ekstrakurikuler), Prestasi Belajar.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs Negeri Ngantru Tulungagung ? . 2. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs Negeri Ngantru Tulungagung ? . 3. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar di MTs Negeri Ngantru Tulungagung ? .

  Pola penelitian: Penelitian pendidikan, penelitian verifikatif, penelitian deskriptif dan penelitian korelasional. Populasi: Siswa kelas VII dan VIII di MTs Negeri Ngantru Tulungagung semester genap tahun pelajaran 20092010 yang berjumlah 314 siswa. Sampling: Stratified Proportional Random Sampling. Sampel:

  48 siswa. Variabel bebas: Keaktifan siswa (dengan sub variabel: Keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dan Keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler), Variabel terikat: Prestasi belajar. Sumber data: responden, dokumentasi. Metode pengumpulan data: angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data: data teoritis menggunakan metode deduktif dan komparatif, dan data empiris menggunakan metode induktif dengan bantuan statistik melalui rumus chi-kuadrat, koefisien kontingensi dan phi.

  Hasil penelitian: 1. Ada korelasi yang positif lagi signifikan antara intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs.N Ngantru Tulungagung. 2. Ada korelasi yang positif lagi signifikan antara intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs.N Ngantru Tulungagung. 3. Ada korelasi yang positif lagi signifikan antara intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar di MTs.N Ngantru Tulungagung.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Dalam pendidikan formal, khususnya di madrasahsekolah keaktifan siswa sangat diperlukan. Dengan keaktifan siswa di madrasahsekolah, maka siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dan dapat memberikan makna dalam kehidupannya kelak. Pengertian keaktifan menurut Anton M. Mulyono adalah “kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-

  kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik.” 1

  Berangkat dari kedudukan siswa sebagai seseorang yang dididik, siswa dalam kegiatannya di madrasahsekolah memiliki harapan untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Prestasi belajar adalah “hasil dari pengukuran serta

  penilaian usaha belajar. 2 ” Dengan prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa dapat diketahui bahwa siswa tersebut termasuk kelompok siswa yang pandai,

  sedang atau kurang. Prestasi belajar tersebut lazim dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun simbol dan pada tiap-tiap periode tertentu.

  Keaktifan siswa dapat berkorelasi dengan prestasi belajarnya. Keaktifan siswa di madrasahsekolah tersebut meliputi keaktifan siswa dalam kegiatan

  1 Dyan Kurniawati, “Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas XA MA AL ASROR Dalam Belajar Sejarah Melalui Penerapan Penelitian Sejarah Secara Sederhana”, http:digilib.unnes.ac.id,

  diakses 31 Maret 2010.

  2 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),hal. 43.

  intrakurikuler dan keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, bahkan keaktifan siswa dalam kegiatan-kegiatan sosial. Dengan keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, maka siswa akan memiliki

  prestasi belajar yang lebih baik. 3 Karena dengan mengikuti kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, siswa tidak hanya memiliki kemampuan dasar

  dan sukses secara kognitif-pandai dalam menguasai mata pelajaran saja, tetapi siswa juga dapat mengembangkan potensi, minat dan bakatnya secara optimal serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Selain itu, dengan keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler melibatkan pengembangan generasi muda sebagai penerus bangsa. Secara akademis, hal ini amat menarik untuk diteliti lebih lanjut, terutama mengingat bahwa siswa merupakan pihak yang dipersiapkan menjadi generasi penerus memperjuangkan cita-cita kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama di masa mendatang.

  3 Berdasarkan observasi penulis pada kegiatan belajar mengajar, di MTs. N Ngantru terdapat keaktifan siswa dalam bidang intrakurikuler yang relatif banyak seperti keaktifan siswa bertanya

  dalam belajar mengajar, keaktifan siswa mencatat dalam belajar mengajar, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, keaktifan siswa mendengarkan materi pelajaran; dan dalam bidang ekstrakurikuler yang juga relative banyak, seperti keaktifan siswa dalam ekstra tilawah, ekstra olah raga bola voli, ekstra pramuka. Berdasarkan buku daftar piagam penghargaan, dapat diketahui prestasi belajar siswa MTs. N Ngantru, seperti pada tahun 2004 juara lomba mata pelajaran yang diselenggarakan oleh DIKNAS tingkat Kecamatan dengan nama siswa Dwi Indah Sari, Nisfatul Afifah, dan Siti Afifah, pada tahun 2004 juara II (LPTQ Tulungagung), pada tahun 2005 juara 1 MTQ remaja puteri Kecamatan Ngantru, pada tahun 2005 juara II lomba bola voli putera MTs. N (MILAD MAN 2 Tulungagung), pada tahun 2007 juara III apresiasi seni di MAN Tulungagung, pada tahun 2010 juara

  1 regu pramuka LT II (putera) dan LT (puteri) tingkat SMPMTs gerakan Kwarran Ngantru. Berdasarkan wawancara dengan bapak Masrukin, S.Ag beliau mengatakan bahwa: “pada tahun pelajaran 2010 ini dalam Ujian Akhir Nasional siswa yang lulus berjumlah 106 siswa dari jumlah total siswa kelas 9: 117 siswa. Ini semua dapat dipandang sebagai bentuk-bentuk keunikan di MTs.N Ngantru mengenai keaktifan siswa dan prestasi belajarnya.

  Paparan di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang hasilnya dituangkan dalam skripsi ini dengan judul “Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi Belajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngantru Kabupaten Tulungagung.”

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan pada tema skripsi sebagai permasalahan umum, maka penulis dapat mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

  1. Keaktifan siswa

  a. Intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler

  b. Intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler

  c. Intensitas keaktifan siswa dalam organisasi kepemudaan.

  d. Intensitas keaktifan siswa dalam organisasi keolah-ragaan.

  e. Intensitas keaktifan siswa dalam organisasi sosial keagamaan.

  2. Prestasi belajar.

  3. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dengan prestasi belajar.

  4. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan

  prestasi belajar.

  5. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam organisasi kepemudaan dengan

  prestasi belajar.

  6. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam organisasi keolah-ragaan dengan

  prestasi belajar.

  7. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam organisasi sosial keagamaan

  dengan prestasi belajar.

  8. Korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar.

C. Pembatasan Masalah

  Dari permasalahan yang diidentifikasi tersebut, maka yang diteliti lebih lanjut penulis batasi sebagai berikut:

  1. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung.

  2. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan

  prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung.

  3. Korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar di MTs. Negeri

  Ngantru Tulungagung.

D. Rumusan Masalah

  Berpijak dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

  1. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler

  dengan prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung ? .

  2. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler

  dengan prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung ? .

  3. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar di MTs.

  Negeri Ngantru Tulungagung ? .

E. Tujuan Penelitian

  Berpijak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah:

  1. Untuk mengetahui korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan

  intrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung.

  2. Untuk mengetahui korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan

  ekstrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung.

  3. Untuk mengetahui korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi

  belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

  1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan

  hazanah intelektual mengenai korelasi keaktifan siswa dengan prestasi belajar.

  2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat berguna:

  a. Bagi kepala madrasahsekolah

  Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam menetapkan kebijakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, sehingga dengan adanya keaktifan siswa tersebut tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

  b. Bagi guru

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam peningkatan proses belajar mengajar sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

  c. Bagi siswa

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan keaktifan diri masing-masing agar dapat meraih prestasi belajar yang lebih baik untuk untuk bekal menyongsong kehidupan yang akan datang.

  d. Bagi orang tua siswa

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberi wawasanbimbingan pada anak (yang kini menjadi siswa) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

  e. Bagi supervisorpenilik madrasah

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan kinerja supervisor yang berkaitan dengan peningkatan keaktifan siswa pada kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler di madrasah.

  f. Bagi Kasi Mapenda kementerian agama RI kabupaten

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

  perencanaan, perbaikan,

  pengembangan,

  penyempurnaan, serta pengambilan kebijakan yang diarahkan pada efektifitas pencapaian tujuan pendidikan di madrasah.

  g. Bagi peneliti yang akan datang

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan penunjang dalam pengembangan designrancangan penelitian yang berkaitan dengan topik tersebut.

G. Penegasan Istilah

  Agar sejak awal para pembaca mendapatkan pemahaman mengenai apa yang akan diteliti oleh penulis, maka perlu diberikan penegaan istilah terkait dengan tema skripsi, sebagai berikut:

  1. Secara konseptual, yang dimaksud dengan korelasi keaktifan siswa dengan prestasi belajar adalah tingkat hubungan kuantitatif antara intensitas kegiatan siswa dengan intensitas hasil belajar.

  2. Secara operasional, yang dimaksud dengan korelasi keaktifan siswa dengan

  prestasi belajar adalah tingkat hubungan kuantitatif antara intensitas kegiatan siswa di bidang intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang diukur melalui angket berskala ordinal dengan intensitas hasil belajar yang diukur melalui buku rapor.

H. Sistematika Pembahasan

  Untuk mempermudah pemahaman yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, maka perlu adanya sistematika pembahasan yang jelas. Berikut ini dikemukakan pokok-pokok masalah dalam skripsi ini. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

  BAB Pertama yaitu pendahuluan, pembahasan pada sub ini merupakan gambaran dari keseluruhan isi skripsi yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah dalam judul, serta sistematika pembahasan.

  BAB Kedua yaitu berisikan tentang tinjauan teoritis yaitu uraian tentang hasil kajian telaah kepustakaan tentang keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler dan prestasi belajar siswa, asumsi, hipotesis penelitian, uji signifikansi, serta paradigma penelitian.

  BAB Ketiga adalah memuat cara-cara memperoleh data sekaligus metode pengolahan data, sehingga memenuhi tuntutan skripsi ini, terdiri dari: pola penelitian, populasi, sampling dan sampel, variabel dan pengukurannya, data dan sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur penelitian.

  BAB Keempat suatu pembahasan hasil penelitian yang meliputi deskripsi keadaan latar, penyajian data, analisis data dan diskusi hasil penelitian.

  BAB Kelima adalah merupakan bab penutup yang didalamnya dikemukakan kesimpulan sebagai suatu jawaban dari masalah yang telah diteliti dan dianalisa. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat diperoleh suatu gambaran yang sebenarnya dari masalah penelitian, sehingga dapat memberi saran-saran.

  Kemudian dilengkapi daftar rujukan dan lampiran-lampiran yang diperlukan.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kondisi Psikis Siswa Madrasah Tsanawiyah

  Siswa Madrasah Tsanawiyah termasuk pada tingkatan masa remaja. Masa remaja adalah “fase perkembangan yang pasti dilalui oleh setiap manusia dewasa”. 1 Menurut Zakiyah Daradjat dalam buku kapita selekta pendidikan

  menjelaskan bahwa:

  Masa remaja itu terbagi menjadi dua periode, yaitu pertama masa remaja pertama, kira-kira umur 13 sampai dengan umur 16 tahun di mana pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat; dan kedua masa remaja akhir, kira-kira umur 17 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja juga dimasukkan ke dalam masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. Oleh karena itu, maka remaja belum mampu menguasai secara penuh fungsi fisik dan

  psikisnya. 2

  Dengan adanya hal tersebut remaja perlu mendapatkan perhatian dan bimbingan yang serius.

  Menurut pandangan Affandi Agus terdapat keadaan umum psikis pada masa remaja adalah sebagai berikut:

  1. Perasaan ingin tahu

  Remaja ingin banyak mengetahui segala keadaan yang belum dikenal, seperti keadaan dirinya, keadaan orang lain, keadaan lingkungan. Dalam rangka mencari identitas diri dan memuaskan rasa ingin tahunya, terkadang remaja melakukan aktivitas yang menurut orang dewasa kurang masuk akal, seperti mendaki gunung di musim

  1 Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 446. 2 Ibid., hal. 447-448.

  hujan yang penuh bahaya, mengadakan perjalanan jauh dengan bersepeda, dan lain-lain.

  2. Ingin coba-coba

  Rasa ingin tahu mendorong remaja memiliki kecenderungan untuk ingin coba-coba. Sesuatu yang dijumpai, dilihat, atau didengar akan dicoba dipraktekkan, seperti setelah menyaksikan adegan petualangan dan kebut-kebutan dalam film. Keinginan coba-coba ini ada yang berbahaya, bilamana yang dicoba adalah barang-barang terlarang seperti minuman keras, ganja, morfin atau perbuatan terlarang seperti perjudian, pencurian, perampokan, pembunuhan, pergaulan bebas dengan lain jenis kelamin.

  3. Bersifat kritis

  Secara umum remaja mampu berfikir kritis. Remaja mencari kebenaran yang hakiki dengan mencocokkan antara teori dan empiri antara ucapan dan perbuatan. Remaja menilai orang lain semisal pendidik dengan kacamata kritis, sudahkah pendidik berbuat sesuai dengan teori, apakah yang dilakukan pendidik merupakan satunya ucapan dan perbuatan. Terkadang pendidik dibikin terdiam seribu bahasa oleh kritikan remaja, bahkan ada yang naik pitam dengan anggapan bahwa kritikan remaja itu telah menjatuhkan nama baiknya, dengan melupakan bahwa pendidik selama ini telah berusaha mendidik remaja untuk menjadi pandai, untuk mampu berfikir secara sehat dan kritis, untuk mengetahui mana yang benar dan salah. Seharusnya, pendidik bangga dengan keberhasilan usahanya.

  4. Keadaan emosi yang labil

  Dalam masa remaja, keadaan pisik dan psikis mengalami perkembangan menuju dewasa. Perkembangan ini dimotori oleh keaktifan hormon seks pada masing-masing jenis kelamin yang berpengaruh terhadap keadaan emosi remaja. Kalau pada masa kanak- kanak, seorang anak tampak cukup manis dan patuh; maka pada masa remaja, seorang remaja menunjukkan sifat-sifat yang mudah tersinggung, mudah marah-marah, mudah gelisah, mudah sedih. Bila pendidik kurang memahami kondisi ini, mungkin saja akan menilai remaja sebagai pihak yang serba menjengkelkan.

  5. Isi fikiran yang idealistik dan fantastik

  Beberapa tahun bersekolah, remaja banyak mempelajari buku-buku sejarah, fisika, matematika, agama, kewarganegaraan, dan lain-lain. Nilai-nilai pelajaran yang diperoleh bisa meresap dalam dirinya, dipahami, dimengerti, dihayati, dan dimiliki. Tokoh-tokoh sejarah, pahlawan ksatria sakti merupakan idola dan dambaan remaja. Remaja ingin hidup sebagai pahlawan yang penuh kesucian, bertindak adil, dan berani dalam keberanian. Remaja memuja-muja hak asasi manusia, harga diri, kebebasan berfikir, dan lain-lain. Siapa saja yang mencoba Beberapa tahun bersekolah, remaja banyak mempelajari buku-buku sejarah, fisika, matematika, agama, kewarganegaraan, dan lain-lain. Nilai-nilai pelajaran yang diperoleh bisa meresap dalam dirinya, dipahami, dimengerti, dihayati, dan dimiliki. Tokoh-tokoh sejarah, pahlawan ksatria sakti merupakan idola dan dambaan remaja. Remaja ingin hidup sebagai pahlawan yang penuh kesucian, bertindak adil, dan berani dalam keberanian. Remaja memuja-muja hak asasi manusia, harga diri, kebebasan berfikir, dan lain-lain. Siapa saja yang mencoba

  Fikiran yang idealistik ini bisa menyebabkan remaja melakukan kegiatan unjuk rasa untuk menjatuhkan pemimpin yang dinilai telah berbuat tidak adil lagi membayakan kepentingan perjuangan cita-cita bangsa seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

  6. Ingin hidup bebas

  Remaja mengidam-idamkan bisa menjalani kehidupan bebas baik dalam berfikir maupun bertindak. Kebebasan memiliki nilai tersendiri bagi remaja, dan dianggap menjunjung harga dirinya. Remaja ingin bebas dari pengaruh dan campur tangan siapa saja seperti orang tua dan pendidik. Meski di satu sisi terdapat perasaan bergantung pada orang tuanya, karena remaja belum mampumencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Kenyataan ini bisa menimbulkan konflik batin yang meresahkan dan mengganggu ketentraman, lebih-lebih bila remaja menghadapi pendidik atau orang tua yang dianggap olehnya kurang mengerti dan menghargai perasaannya.

  7. Spontanitas dan solidaritas

  Remaja lazim mempumyai perasaan solidaritas yang tinggi, suka berkelompok dengan teman-teman sebaya. Karena cintanya pada kelompok, seolah-olah kelompok itu adalah dirinya sendiri. Kelompok menjadi identitas diri remja. Kebahagiaan dan kegembiraan kelompok merupakan kebahagian diri remja. Penderitaan kelompok merupakan penderitaan diri remaja. Pencemaran nama baik kelompok berarti pencemaran nama baik diri remaja. Remaja akan membela mati-matian

  bilamana teman sekelompoknya diganggu. 3 Jadi, dapat dikatakan bahwa keadaan psikis siswa Madrasah

  Tsanawiyah sama juga halnya dengan keadaan psikis pada masa remaja.

B. Keaktifan Siswa

  Dunia pendidikan pada saat ini semakin kompleks dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, terutama dalam bidang teknologi informasi. Terlihat hampir seluruh materi pelajaran telah dapat diakses melalui teknologi

  3 Ibid., hal. 450-453.

  informasi. Hal ini harus diimbangi dengan sikap yang arif dan bijaksana dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi tersebut. Untuk menyikapi hal itu para pelajar dituntut lebih aktif dalam belajar. Hal tersebut dilakukan supaya para siswa tidak tertinggal baik dari segi pengetahuan dan informasi.

  Berangkat dari keaktifan siswa tersebut, maka di sini akan dijelaskan tentang keaktifan siswa di madrasahsekolah yang meliputi keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Namun, sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu yang dimaksud dengan keaktifan adalah “suatu kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi

  baik fisik maupun non fisik”. 4 Selain itu, keaktifan yang dimaksud dalam hal ini adalah adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan di bidang intrakurikuler dan

  ekstrakurikuler.

  Adapun dalam buku yang berjudul Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, membagi pengertian keaktifan menjadi dua, yaitu:

  1. Keaktifan jasmani adalah kegiatan yang nampak bila murid sibuk bekerja,

  seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi model, berkebun dan lain-lain.

  2. Keaktifan rohani adalah kegiatan yang nampak bila murid sedang mengamati

  dengan teliti, mengingat memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan. 5

  4 Dyan Kurniawati, “Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas XA MA AL ASROR Dalam Belajar Sejarah Secara Sederhana”, http:digilib.unnes.ac.id-, diakses 31 Maret 2010.

  5 Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 25.

  Dalam belajar masih banyak ditemui siswa yang tidak aktif. Ketika guru menyampaikan pelajaran, siswa hanya bersikap pasif. Menurut Rlzqi, ada beberapa yang mungkin menyebabkan siswa tersebut tidak aktif antara lain:

  1. “Siswa tersebut memang tidak tahu mengenai pelajaran yang pada saat itu

  (tidak belajar).

  2. Hilangnya kepercayaan diri siswa untuk mengeluarkan pendapat, mereka

  beranggapan percuma memberikan pendapat, toh tidak akan didengar dan diterima”. 6

  Hal di atas merupakan sesuatu yang harus dirubah. Karena, jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak pada generasi penerus bangsa yang selanjutnya. Maka dari itu, perlu adanya metode mengajar yang harus dirubah. Dalam buku pengantar didaktik metodik kurikulum PBM disebutkan bahwa: “Dimana siswa harus dilatih dalam hal bekerja sendiri, oleh sebab itu jangan guru saja yang aktif di dalam kelas tetapi berilah kesempatan kepada siswa-siswa agar turut mengambil bagian yang aktif di dalam pengajaran yang diberikan, jadi harus

  berjalan paralel”. 7 Dengan demikian guru dalam kegiatan belajar mengajar harus berusaha membangkitkan motivasi, sehingga siswa aktif dalam kegiatan belajar.

  Adapun faktor-faktor psikologis dalam belajar yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

  1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

  6 Rlzqi, “Keaktifan Siswa”, dalam http:rlzqi.wordpress.com-, diakses 13 April 2010. 7 Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik…, hal. 25.

  2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu

  maju;

  3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan

  teman-teman;

  4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha

  yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;

  5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;

  6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir belajar. 8

  N. Frandsen dikutip oleh Sumadi Suryabrata juga mengemukakan motif- motif untuk belajar itu adalah:

  1. Adanya kebutuhan fisik;

  2. Adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari kekhawatiran;

  3. Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain;

  4. Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat;

  5. Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri. 9

  Dari pemaparan di atas dapat ditegaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan belajar dapat tercipta jika terdapat faktor-faktor psikologis pada diri siswa yang mendorong siswa tersebut untuk belajar. Selain itu juga, perlu adanya motivasi dari guru dalam memberikan pelajaran, sehingga dengan motivasi tersebut dapat membangkitkan antusias siswa dalam mencerna pelajaran serta siswa terdorong untuk aktif dalam kegiatan belajar. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah guru harus mengubah metode mengajarnya dari guru sebagai pengajar yang mendominasi kegiatan di kelas dan siswa menerima pelajaran dengan mendengarkan saja menjadi guru bertindak sebagai inspirator dan

  8 Skripsi Add Comments, “ Hubungan Gaya Belajar Auditorial (Auditorial Learning Style) dengan Prestasi Belajar Peserta Didik”, http:pangandaraninfo.com-, diakses tanggal 8 April 2010.

  9 Skripsi Add Comments, “Hubungan Gaya Belajar Auditorial (Auditorial Learning Style) dengan Prestasi Belajar Peserta Didik”, http:pangandaraninfo.com-, diakses tanggal 8 April 2010.

  motivator dalam kegiatan belajar serta siswa yang aktif dalam kegiatan belajar tersebut. Aktif yang dimaksud adalah adanya keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat, menganalisis, berbuat dan lain sebagainya.

  Di samping siswa dituntut aktif dalam kegiatan intrakurikuler, siswa juga dituntut aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Karena dengan keaktifan siswa dalam ekstrakurikuler, siswa dapat memperoleh banyak pengalaman hidup. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan minat, bakat serta potensi yang ada pada dirinya secara optimal, sehingga dapat bermanfaat di kehidupan yang akan datang.

  Hal ini juga berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan siswa MTs yang sudah memenuhi masa remaja. Tugas-tugas perkembangan ini merupakan petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan memahami sesuatu hal yang diharapkan oleh lingkungan masyarakat dalam usia tertentu, khususnya pada masa remaja. Hal tersebut penting untuk mengetahui sesuatu yang harus dipelajari dalam masa kehidupan tertentu untuk mempersiapkan perealisasian tugas-tugas pada masa berikutnya. Agar sesuai dengan tuntutan lingkungan masyarakat yang lebih luas.

  Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, dalam pandangan Andi Mappiare, adalah sebagai berikut:

  1. Menerima keadaan pisik dan menerima peran sebagai pria atau wanita.

  2. Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang sesama dan lain jenis kelamin.

  3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang dewasa, seperti orang

  tua, pendidik, dan lain-lain.

  4. Memperoleh kepastian kebebasan mengatur ekonomi.

  5. Memilih dan mempersiapkan diri kearah pekerjaan tertentu.

  6. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang diperlukan dalam

  hidup sebagai warga negara.

  7. Menginginkan berperilaku yang diperbolehkan masyarakat.

  8. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.

  9. Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang

  didapat dari ilmu pengetahuan yang memadai. 10

C. Keaktifan Siswa yang Diteliti

  1. Keaktifan Siswa dalam Kegiatan di Bidang Intrakurikuler

  Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap siswa dalam suatu lembaga pendidikan. Kegiatan intrakurikuler ini juga sama artinya dengan kegiatan kurikuler. Keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler yang dimaksud adalah kegiatanaktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di kelaslaboratorium, siswa tersebut berpartisipasi secara aktif baik fisik maupun non fisik.

  “Keaktifan siswa di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan”. 11 Jika hanya fisik siswaanak yang aktif, tetapi pikiran

  dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Ini sama halnya siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal, belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri individu setelah berakhirnya melakukan kegiatan belajar, walaupun tidak semua perubahan termasuk

  10 Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 474.

  11 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka

  Cipta, 2006), hal. 38.

  dalam kategori belajar. Menurut Sardiman A.M, bahwa: “di dalam belajar diperlukan aktifitas. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar”. 12

  “Prinsip-prinsip aktivitas belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa”. 13 Untuk melihat

  prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu jiwa ini secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan, yaitu:

  a. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama

  Menurut pandangan ini dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa mendominasi kegiatan belajar siswa. Siswa terlalu pasif, sedang guru aktif dan segala inisiatif berasal dari guru. Gurulah yang menentukan bahan dan metode, sedang siswa menerima begitu saja. Aktivitas siswa hanya terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Para siswa hanya bekerja karena atas perintah guru, menurut cara yang ditentukan guru, dan juga berpikir menurut cara yang ditentukan oleh guru. Dalam hal ini yang banyak beraktivitas adalah guru dan guru

  menentukan segala sesuatu yang dikehendaki. 14

  b. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern

  Menurut aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Maka dari itu, secara alami siswa juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam- macam kebutuhan. Oleh karena itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang

  12 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), hal. 93-94.

  13 Ibid., hal. 97. 14 Ibid., hal. 98.

  beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latarbelakang masing-masing. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif. 15

  Dalam hal kegiatan belajar, Rousseau memberikan penjelasan bahwa: segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada

  aktivitas, proses tidak mungkin terjadi. 16

  Dengan memperhatikan pendapat ahli di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

  Adapun jenis-jenis aktivitas belajar siswa dapat digolongkan sebagai berikut:

  a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

  b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

  c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

  diskusi, musik, pidato.

  d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

  angket, menyalin.

  e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

  f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:melakukan

  percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

  15 Ibid., hal. 99. 16 Ibid., hal. 94-97.

  g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

  h. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. 17

  Dalam hal ini, dapat dikemukakan beberapa aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:

  a. Mendengarkan

  Mendengarkan adalah salah satu aktivitas dalam proses belajar mengajar. “Berusahalah mendengarkan, karena mendengarkan adalah

  kerja keras, untuk berpartisipasi secara aktif”. 18 “Ketika sedang menerima penjelasan dari guru tentang materi tertentu dari suatu bidang studi, maka

  pendengaran dan perhatian siswa harus betul-betul dipusatkan kepada penjelasan guru”. 19 Pentingnya mendengarkan penjelasan guru, karena

  apa yang guru jelaskan terkadang tidak ada di dalam buku paket. Atau sudah ada di dalam buku paket, tetapi keterangannya belum jelas. Dengan mendengarkan secara aktif penjelasan tentang bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru, “siswa akan memperoleh manfaat bagi

  perkembangan pribadi siswa tersebut”. 20

  b. Membaca

  17 Ibid., hal. 101.

  18 T. Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal

  Anak. (Yogyakarta: Amara Books, 2005), hal. 169.

  19 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 98-99. 20 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 219.

  Membaca merupakan salah satu aktivitas belajar. Karena kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh siswa selama menuntut ilmu di sekolahmadrasah. Dengan sebelumnya membaca bahan pelajaran yang akan dibahas dalam proses belajar mengajar, siswa akan lebih mudah memehami dan mengerti materi pelajaran. Maka dari itu, perlu aktif dalam membaca baik itu buku bahan pelajaran maupun buku-buku lain yang dapat menambah wawasan pengetahuannya. Sebab dengan aktif membaca sangat membantu siswa dalam kegiatan belajar. Menurut Burhanuddin Salam kegunaan membaca adalah sebagai berikut:

  b.1. ”Menambah pengetahuan.

  b.2. Menunjang kemampuan berpikir kritis.

  b.3. Dapat menyenangkan hati (bersifat rekreatif)”. 21

  c. MenulisMencatat

  Dalam aktivitas belajar siswa terutama pada saat kegiatan belajar mengajar, menulismencatat merupakan kegiatan yang penting. Karena dengan adanya siswa yang aktif mencatatmenulis apa yang telah dijelaskan oleh guru mengenai pelajaran dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran tersebut. Penjelasan yang guru sampaikan itu tidak harus ditulis semua. Siswa dapat mencatatmenulis hal-hal yang dianggap

  21 Burhanuddin Salam, Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Rineka

  Cipta, 2004), hal. 48-49.

  penting saja. Mencatatmenulis semua penjelasan dari guru merupakan cara mencatat yang salah. Sedangkan “cara mencatat yang baik mencatat hal-hal yang dianggap penting diantara yang tidak penting”. 22 Selain itu,

  dengan siswa menulismencatat dapat diketahui tingkat pemahaman siswa di dalam suatu materi pelajaran.

  d. Mengerjakan Tugas

  Mengerjakan tugas merupakan salah satu aktivitas belajar siswa. “Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, siswapelajar, tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan mengerjakan tugas-

  tugas studi”. 23 Setiap guru pasti memberikan tugas untuk diselesaikan, baik secara berkelompok ataupun secara individu. Semua penugasan yang

  guru berikan itu pelajarsiswa kerjakan tepat waktu dan mengabaikannya boleh jadi siswa tersebut akan mendapatkan sanksi dari guru. Tentu saja sanksinya bersifat mendidik. Selain itu, “dengan siswa mengerjakan tugas dapat merangsang siswa untuk aktif belajar, baik secara individual

  maupun secara kelompok”. 24

  e. Membuat Ringkasan dan Ikhtisar

  “Bagian kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari semua kegiatan belajar siswa adalah membuat ringkasan atau ikhtisar”. 25 Kegiatan

  22 Djamarah, Rahasia Sukses…, hal. 101. 23 Ibid., hal. 90. 24 Djamarah dan Zain, Strategi…, hal. 85. 25 Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 223.

  membuat ringkasan atau ikhtisar ini biasanya dilakukan oleh siswa setelah siswa tersebut selesai membaca suatu buku, suatu bab, atau suatu materi pelajaran tertentu. Disamping itu, “banyak siswa yang merasa terbantu dalam belajarnya, karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya”. 26 Dengan membuat ikhtisar atau ringkasan dapat membantu

  siswa dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku yang berhubungan dengan pelajaran di madrasahsekolah.

  f. Bertanya Mengenai Hal-Hal yang Belum Jelas

  Kegiatan bertanya juga merupakan salah satu aktivitas belajar. Pada siswa, biasanya apa yang telah dijelaskan oleh guru sudah pasti semuanya tidak dapat dimengerti. Oleh karena itu, dengan siswa aktif bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas, maka siswa dapat menguasai bahan pelajaran dengan baik. Selain itu, perlu diketahui bahwa kegiatan bertanya memiliki kegunaan untuk:

  f.1. menggali informasi;

  f.2. mengecek pemahaman siswa;

  f.3. memecahkan persoalan yang dihadapi;

  f.4. membangkitkan respon kepada siswa;

  f.5. mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa;

  f.6. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa;

  f.7. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki oleh guru;

  f.8. membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;dan

  f.9. menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 27

  26 Djamarah, Rahasia Sukses…, hal. 81. 27 Nurhadi, et. all., Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning CTL) dan

  Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), hal. 46.

  Moh.Uzer Usman membagi aktivitas belajar siswa ke dalan beberapa hal, antara lain:

  a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan

  eksperimen, dan demonstrasi.

  b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya

  jawab, diskusi, menyanyi.

  c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan

  penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

  d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atleti, menari, melukis.

  e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat

  makalah, membuat surat. 28

  Dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa di madrasahsekolah adalah bervariasi. Jika berbagai macam aktivitas tersebut dapat diciptakan, tentu madrasahsekolah tersebut akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan informasi kebudayaan.

  2. Keaktifan Siswa dalam Kegiatan di Bidang Ekstrakurikuler

  Keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler ini yang dimaksudkan adalah adanya partisipasi aktifkeikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

  “Keikutsertaanpartisipasi

  siswa

  dalam kegiatan

  ekstrakurikuler ini sangat penting sekali”. 29 Karena berawal dari keikutsertaan siswa dalam berorganisasi inilah akan melahirkan pemimpin-pemimpin masa

  28 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal.

  29 Kfcngalah, “Kegiatan Ekstrakurikuler (Ekskul) Memainkan Peran Penting dalam

  Pengembangan Kepemimpinan Masa Depan”, http:kfcngalah.wordpress.com-, diakses 31 Maret 2009.

  depan bangsa. Pemimpin masa depan bangsa Indonesia tersebut adalah siswa- siswa yang sekarang sedang aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di madrasahsekolah.

  Dalam berorganisasi dibutuhkan keseriusan, keaktifan dan keuletan siswa. Dengan ini akan melahirkan siswa yang mandiri, kreatif dan handal serta memiliki kemampuan untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang ada. Karena dalam berorganisasi siswa tidak terlepas dari berbagai macam rintangan, halangan, atau persoalan yang muncul baik yang datang dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi.

  Menurut Suharsimi Arikunto, kegiatan ekstrakurikuler adalah “kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan

  pilihan”. 30 Sedangkan definisi kegiatan ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah: “kegiatan yang dilakukan di luar jam

  pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang

  telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum”. 31 Menurut B.Suryosubroto, kegiatan ekstrakurikuler adalah “kegiatan tambahan di luar

  struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa”. 32

  30 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal.

  31 Ibid., hal. 271. 32 Ibid., hal. 271.

  Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolahmadrasah.

  Dalam kaitannya dengan keaktifan siswa pada kegiatan ekstrakurikuler yang telah dijelaskan sebelumnya, maka siswa diharapkan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Partisipasi siswa yang dimaksud adalah keikutsertaan atau keterlibatan siswa dalam kegiatan- kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolahmadrasah. Partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sangat penting bagi pengembangan program ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh madrasahsekolah. Menurut B. Suryosubroto, partisipasi siswa dalam suatu organisasi dipengaruhi oleh:

  a. “Adanya daya tarik dari objek yang bersangkutan.

  b. Karena diperintahkan untuk berpartisipasi.

  c. Adanya manfaat bagi dirinya”. 33

  Dengan demikian kegiatan ekstrakurikuler sebagai organisasi siswa di madrasahsekolah agar dapat melibatkan semua siswa di madrasahsekolah, harus menyelenggarakan jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa

  33 Ibid., hal. 285.

  dan memiliki kemanfaatan bagi dirinya sebagai sarana pendewasaan diri dan penyaluran bakat-bakat siswa.

  Di madrasahsekolah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sangat bervariasi. Hal tersebut juga ditentukan oleh kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ekstrkurikuler antara satu madrasahsekolah dan madrasahsekolah yang lain saling berbeda. Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah:

  a. Kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa secara 2 perorangan atau kelompok ditetapkan oleh sekolah berdasarkan oleh minat siswa, tersedianya fasilitas yang diperlukan serta adanya guru atau petugas untuk itu, bilamana kegiatan tersebut memerlukannya.

  b. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk diberikan kepada siswa hendaknya diperhatikan keselamatannya dan kemampuan siswa serta