Jika klopidogrel tidak memungkinkan, direkomendasikan pemakaian ticlopidin 250 mg bid
4.1.2.1. Obat Antitrombotik Oral
Terapi antitrombotik merupakan terapi yang penting untuk memodifikasi proses dan progresifitas dari penyakit.
4.1.2.1.1. Obat Penghambat Siklo-Oksigenase COX AspirinAsam Asetil Salisilat ASA
Aspirin bekerja dengan cara menekan pembentukan tromboksan A2 dengan cara menghambat siklooksigenase di dalam platelet trombosit melalui asetilasi
yang ireversibel. Kejadian ini menghambat agregasi trombosit melalui jalur tersebut dan bukan yang lainnya. Sebagian dari keuntungan ASA dapat terjadi
karena kemampuan anti inflamasinya, yang dapat mengurangi ruptur plak. Dosis awal 160 mg, lalu dilanjutkan dengan dosis 80 mg sampai 325 mg untuk
seterusnya. Dosis yang lebih tinggi lebih sering menyebabkan efek samping gastrointestinal. Aspirin tidak menyebabkan hambatan total agregasi trombosit
karena aspirin tidak sempurna menghambat aktivitas trombosit yang dirangsang oleh ADP, kolagen, serta trombin dalam konsentrasi rendah dan aspirin tidak
menghambat adhesi trombosit.
Pasien APTSNSTEMI dgn risiko rendah
Pasien APTSNSTEMI dgn risiko tinggi
ASA + Klopidogrel +
LMWH SK atau UFH IV ASA +
Klopidogrel + LMWH SK atau UFH IV +
Antagonis GP IIbIIIa IV
Gambar 6. Terapi Antitrombotik
Dari studi ISIS-2, dosis 160 mg ASA digunakan dimana secara jelas menunjukkan efikasi ASA pada pasien dengan dugaan IMA. Karenanya dosis
minimum ASA sebesar 160 mg direkomendasikan pada pasien APTSNSTEMI. Dari percobaan lain yang sama dan terandomisasi dari terapi antitrombotik,
didapatkan penurunan yang bermakna dari kematian, IMA dan stroke dengan penggunaan jangka panjang anti trombotik pada pasien yang berbeda-beda
kategori. Pada penelitian dengan dosis yang berbeda dari ASA dengan penggunaan
jangka panjang pada pasien dengan PJK menunjukkan hasil yang sama efikasinya untuk dosis perhari antara 75 – 325 mg. Pada pasien yang datang
dengan dugaan SKA dan belum menggunakan ASA, dosis pertama yang digunakan atau diberikan adalah ASA yang sudah dihancurkandikunyah untuk
mencapai kadar yang cukup di darah. Penyelidikan Veterans Administrarion Cooperative Study, Canadian Multicenter Trial, dan Montreal Heart Institute
Study membuktikan bahwa aspirin menekan risiko kematian kardial serta menekan kejadian infark miokard fatal dan non fatal sebanyak 51 - 72 pada
pasien APTS. Kontraindikasi aspirin sangat sedikit, termasuk alergi biasanya timbul gejala
asma, ulkus peptikum aktif, dan diatesis perdarahan. Aspirin disarankan untuk semua pasien dengan dugaan SKA, bila tidak ditemui kontraindikasi
pemberiannya.
4.1.2.1.2. Antagonis Reseptor Adenosin Diphospat