Penindakan Perempuan dan Kekerasan

b. Perlindungan

Perlindungan terhadap kekerasan dalam rumah tangga adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan UU RI No 23, 2004 ; 13. Perlindungan Sementara adalah perlindungan yang langsung diberikan oleh kepolisian danatau lembaga sosial atau pihak lain, sebelum dikeluarkannya penetapan perintah perlindungan dari pengadilanUU RI No 23, 2004 ; 13. Perintah Perlindungan adalah penetapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan untuk memberikan perlindungan kepada korban UU RI No 23, 2004 ; 13. Sebagaimana terdapat dalam Pasal 28H ayat 2 UUD RI tahun 1945 menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”. Dalam pasal 28H ayat 2 disebutkan bahwa “setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan” UU RI No 23, 2004 ; 33. Bentuk perlindungan secara operasional sebagaimana terdapat dalam Undang- Undang RI Nomor 23 tahun 2004 pada Bab VI Pasal 16 hingga Pasal 38.

c. Penindakan

Penindakan terhadap pelanggar tindakan kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu bentuk jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga. STISIP “Merdeka” Manado 14 Bentuk penindakkan terhadap kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana dinyatakan pada Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2004 dalam Bab VIII Ketentuan Pidana mulai dari Pasal 44 hingga Pasal 53.

2.3. Perempuan dan Kekerasan

Kekerasan Violence adalah suatu serangan assault baik terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan terhadap manusia bisa terjadi karena macam sumber, salah satunya adalah kekerasan yang bersumber pada anggapan perempuan. Kekerasan semacam itu disebut gender related violence, yang pada dasarnya terjadi karena adanya ketidaksetaraan kekuatan atau kekuasaan dalam masyarakat. Banyak macam kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan perempuan yang dilakukan mulai dari tingkat rumah tangga sampai kepada tingkat negara, antara lain: 1. Perkosaan terhadap perempuan, termasuk perkosaan dalam perkawinan. Perkosaan terjadi jika seseorang memaksa untuk mendapatkan pelayanan seksual tanpa ada kerelaan dari yang bersangkutan. Meskipun ketidakrelaan ini acapkali tidak terekspresikan karena berbagai faktor, seperti ketakutan, malu, keterpaksaan ekonomi, sosial, dan kultural, bahkan tidak jarang karena adanya ancaman tertentu. 2. Tindakan pemukulan dan serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga domestic violence. Termasuk kekerasan dalam rumah tangga ini adalah kekerasan atau penyiksaan terhadap anak child abuse. STISIP “Merdeka” Manado 15 3. Penyiksaan organ alat kelamin genital mutilation, seperti penyunatan terhadap anak perempuan, yang salah satu alasannya adalah untuk mengontrol perempuan. 4. Prostitusi atau pelacuran. Pelacuran merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang diselenggarakan karena suatu mekanisme ekonomi yang merugikan perempuan. Masyarakat dan negara acapkali memandang pekerja seksual selalu menggunakan standar ganda, artinya di satu sisi, pemerintah melarang dan menangkapi pekerja seksual, namun di sisi lain negara juga menarik pajak dari pekerja seksual. Selain itu, pekerja seksual dianggap rendah oleh masyarakat, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan pekerja seksual selalu ramai dikunjungi orang. 5. Kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk pornografi. Jenis kekerasan ini termasuk kekerasan nonfisik, yakni pelecehan terhadap kaum perempuan di mana tubuh perempuan dijadikan objek demi keuntungan seseorang. Hal ini disebut pornografi. 6. Kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana enforced sterilization. Keluarga Berencana di banyak masyarakat menjadi sumber kekerasan terhadap perempuan. Karena untuk memenuhi target dalam mengontrol pertumbuhan penduduk, perempuan acapkali dijadikan korban demi suksesnya program tersebut, meskipun kita semua tahu bahwa persoalannya tidak saja pada perempuan melainkan juga berasal dari kaum lelaki. Namun karena telah terjadi bias gender, maka perempuan yang dipaksa untuk melakukan sterilisasi, meskipun sering kali membahayakan perempuan baik seca fisik maupun kejiwaan. STISIP “Merdeka” Manado 16 7. Kekerasan terselubing molestation. Ada beberapa bentuk yang dapat dikategorikan sebagai kekerasan terselubung molestation, misalnya memegang atau menyentuh bagian tubuh perempuan dalam berbagai cara dan kesempatan tanpa kerelaannya. Jenis kekerasan terselubung ini dapat terjadi di tempat kerja, tempat umum seperti dalam bus dan sebagainya. Pelecehan seksual ini juga sering terjadi di tempat umum, seperti dalam bus kota dan lain sebagainya. 8. Kekerasan terhadap perempuan yang paling umum dan sering terjadi dan dilakukan dalam masyarakat adalah berupa pelecehan seksual sexual and emotional harassment. Jenis kekerasan semacam ini yang banyak terjadi adalah unwanted attention from men. Selain itu, pelecehan juga terjadi dalam bentuk lelucon jorok secara vulgar dan ofensif di hadapan kaum perempuan, menyakiti, atau membuat malu seseorang dengan omongan kotor, menginterogasi seseorang tentang kehidupan atau kegiatan seksualnya atau kehidupan pribadinya dalam struktur organisasi kerja, meminta imbalan seksual dalam rangka janji untuk mendapatkan kerja atau promosi di tempat kerja, atau menyentuhmenyenggol bagian tubuh tanpa serela atau tanpa seizin yang bersangkutan. Kasus pelecehan seksual yang terjadi terhadap buruh perempuan juga bukan rahasia lagi Tempo,2010; 39. Semua orang menganggap bahwa perkawinan itu merupakan hal yang sakral dan diberkati oleh kaum ulama, biasanya perkawinan ini hanya dapat berakhir karena kematian. Berdasarkan anggapan inilah maka setiap keluarga berusaha untuk menjaga keutuhan keluarganya, karena salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya fungsi- fungsi keluarga adalah kebutuhan dari keluarga. STISIP “Merdeka” Manado 17 Jika keluarga tidak dapat menjaga keutuhannya, maka keluarga yang bersangkutan akan mengalami apa yang dinamakan broken home. Yang dimaksud dengan keutuhan keluarga, yaitu keutuhan struktur dalam keluarga di mana dalam keluarga, di samping adanya seorang ayah, juga adanya seorang ibu beserta anak-anaknya. Selain itu, juga adanya keharmonisan dalam keluarga di mana di antara anggota keluarga itu saling bertemu muka dan saling berinteraksi satu dengan lainnya. Dalam keluarga yang broken home, di mana sering terjadi percekcokan di antara orang tua dan sikap saling bermusuhan disertai tindakan-tindakan yang agresif, maka dengan sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan-kegagalan dalam menjalankan fungsi- fungsi keluarga yang sebenarnya. Kegagalan-kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga dapat disebabakan karena beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang menyebabakannya, antara lain: 1. Faktor pribadi, di mana suami-istri kurang menyadari akan arti dan fungsi perkawinan yang sebenarnya. Misalnya, sifat egoisme, kurang adanya toleransi, kurang adanya kepercayaan satu sama lain. 2. Faktor situasi khusus dalam keluarga. Beberapa di antaranya adalah: a. Kehadiran terus-menerus dari salah satu orang tua baik dari pihak suami atau istri mereka. b. Karena istri bekerja dan mendambakan kedudukan yang lebih tinggi dari suaminya. c. Tinggal bersama keluarga lain dalam satu rumah. d. Suami-istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan di luar. Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas inilah yang menyebabakan fungsi- fungsi keluarga tidak dapat berjalan semestinya, antara lain: 1. Fungsi kebutuhan seks dan reproduksi, yaitu suami-istri tidak kerasan tinggal di rumah serta timbul sikap dingin dan masa bodoh dari pihak istri dalam memenuhi kebutuhan seksual; STISIP “Merdeka” Manado 18 2. Fungsi pemeliharaan, di mana orang tua kehilangan atau kurang menjadi kebutuhan psikologis anak; 3. Fungsi sosialisasi, di mana anak-anak menjadi terlantar akibat kurang mendapat perhatian orang tua; serta 4. Fungsi-fungsi keluarga lainnya yang tidak dapat dijalankan dangan baik. Selain hal-hal di atas yang menyebabkan broken home, masih ada faktor-faktor yang dapat untuk menghindari terjadinya broken home terutama ialah kokohnya perkawinan dalam keluarga dan menghindari gangguan-gangguan dalam keluarga. Sebagaimana fungsi keluarga antara lain disebutkan : 1. Fungsi biologis, dimana keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, tempat pembentukan manusia baru, yang merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. 2. Fungsi Afeksi, dimana adanya hubungan social yang penuh dengan kemesraan dan kasih saying. 3. Fungsi proteksi, yakni perlindungan secara fisik, ekonomis, dan psikologis. 4. Fungsi pengaturan seksual, dimana keluarga merupakan lembaga utama yang merupakan wahana untuk mengatur dan mengorganisir kepuasan keinginan melalui tingkat toleransi yang berbeda-beda terhadap perilaku seksual. 5. Fungsi sosialisasi proses belajar, menunjukkan peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak Ngenget, 2003 ;45-46. Sebagaimana dalam buku membangun keluarga sejahtera dikemukakan 8 fungsi keluarga yaitu : 1. Fungsi keagamaan, keluarga diharapkan mampu berfungsi sebagai wahana untuk menciptakan seluruh anggota menjadi insan-insan agamais yang penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Fungsi Sosial Budaya, keberadaan keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk menggali, mengembangkan, dan melestarikan kekayaan sosial budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. 3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang, keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal- balik rasa cinta dan kasih saying antara STISIP “Merdeka” Manado 19 setiap anggota keluarga, antar kekerabatan serta antar generasi merupakan dasar terciptanya keluarga yang harmonis. 4. Fungsi melindungi, keluarga diharapkan berfungsi sebagai tempat perlindungan yang memberikan rasa aman, tentram, lahir dan batin sejak janin dalam kandungan sampai lanjut usia. 5. Fungsi reproduksi, setiap pasangan suami-istri yang diikat dengan perkawinan yang sah diharapkan dapat memberikan keturunan yang berkualitas, sehingga dapat menjadi insan pembangunan yang handal dimasa yang akan datang. 6. Fungsi mendidik dan sosialisasi, keluarga diharapkan mampu berfungsi menjadi pendidik yang pertama dan utama bagi anak dalam menumbuh-kembangkan kekuatan fisik, mental, sosial dan spiritual secara serasi, selaras dan seimbang. 7. Fungsi ekonomi, keluarga diharapkan mampu berfungsi meningkatkan ketrampilan dalam usaha ekonomis produktif, sehingga tercapainya upaya peningkatan pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan keluarga. 8. Fungsi Pelestarian Lingkungan, keluarga juga diharapkan mampu menempatkan diri dalam lingkungan sosial-budaya dan lingkungan alam yang dinamis secara serasi, selaras, dan seimbang BKKBN, 1996 ; 6-9

2.4. Peran Pelayan Khusus GMIM dalam Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga